Chapter 8

1.6K 73 2
                                    

Oh iya...

Btw malam Minggu gaisss!

Senang kali aku, bisa up pas malam Minggu(^^)
Mayan mengisi kekosongan buat yang jomblo hahaha.

Oke kita langsung aja!

YANG...

GAK VOTE, KOMEN, FOLLOW FIX KALIAN GAK ASIK!

Makanan yang dijanjikan Binar untuk Kinan akhirnya siap, Binar menyusun makanan-makanan yang ia buat sendiri tanpa bantuan Bi Irah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makanan yang dijanjikan Binar untuk Kinan akhirnya siap, Binar menyusun makanan-makanan yang ia buat sendiri tanpa bantuan Bi Irah. Anak itu menolak bantuan Bi Irah karena kata Binar ini khusus untuk menyambut Kinan.

Kinan yang juga dari dapur langsung membantu Binar menata makanan mereka, wajah Kinan melongok kesegala arah. Nampaknya Kinan sedang mencari keberadaan Karel, adek tampannya yang dingin bak batu es di kutub utara itu sepertinya tak ada di sini. Btw akhir-akhir ini Karel sulit buat diajak bicara, awalnya cowok itu Pria yang hangat namun setelah insiden tak terduga yang keluarganya alami. Karel berubah seratus persen, anak itu jarang bicara. Apatis sekali dengan sekitar dan tidak mau tahu kesulitan orang, cenderung malas membantu orang.

Kinan sangat menyayangkan perubahan Karel, ia merasa gagal menjadi seorang Kakak yang baik buat Karel.

Perasaan Kinan, tadi saja Karel di sini setelah menjemputnya dari bandara, kok sekarang anak itu sudah hilang seperti ditelan lubang hitam.

"Karel mana, Bi?" Tanya Kinan pada Binar.

Gadis mungil itu menoleh, menatap sesaat wajah Kinan lalu mengarahkan pandangan pada lantai dua kamar Karel.

"Kamar mungkin, Kak" Jawab Binar dengan sedikit ragu.

Kinan pun memandangi hal yang sama seperti Binar, lalu gadis anggun itu mengangguk sekali seraya melangkah menuju tangga, berniat menyusul Karel di kamarnya.

"Kakak tinggal bentar iya, Sayang"

Binar pun mengangguk lalu kembali melanjutkan kegiatan, menata makanan di atas meja makan.

Ceklek.

Kinan membuka pintu kamar Karel, tidak dikonci. Batin Kinan.

Perlahan, Kinan mulai membuka pintunya semakin lebar. Hal pertama yang menyambut netranya adalah kegelapan yang diselimuti sinar remang-remang dari arah lampu tidur Karel.

Sesaat Kinan terpaku di daun pintu, di sana. Ia melihat Karel terduduk di atas lantai dengan punggung bersandar pada tepian ranjang.

Dada Kinan terasa sesak tatkala ia melihat tatapan kosong dibalik mata berair Karel, tak banyak namun Kinan yakin adeknya ini telah menangis.

"Karel" Panggil Kinan sembari melangkah menghampiri Karel.

Cowok itu tak menoleh pada Kinan, tatapan Karel masih saja seperti biasa.

Maaf, Aku TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang