Chapter 9

1.6K 71 0
                                    

Kita lanjut chapter 9 iya!

YANG...

GAK VOTE, KOMEN, FOLLOW FIX KALIAN GAK ASIK!











Minggu pagi nyatanya bukan alasan Binar untuk bangun terlambat sesuai angannya semalam, tampaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pagi nyatanya bukan alasan Binar untuk bangun terlambat sesuai angannya semalam, tampaknya. Binar sepertinya ingin lari pagi sekarang.

Yah.... Bukan lari pada umumnya, Binar sekedar berlari kecil dan jalan-jalan biasa. Ia rindu menghirup udara bersih yang belum terkontaminasi polusi yang lagi marak di Ibu kota.

Binar tersenyum disela mengikat tali sepatunya, ia mengingat kenangan ketika masih di Bandung dulu. Bisa dibilang ini rutinitas di hari weekendnya, namun. Setelah pindah ke Jakarta dua bulan lalu ia tak sempat untuk sekedar berjalan-jalan seperti ini, eh bukan. Binar sebenarnya belum cukup tahu tentang rute di sini, jadilah selama dua bulan itu ia hanya beraktivitas di dalam rumah selepas pulang sekolah.

Menyibukkan diri dengan belajar dan melukis, sebenarnya Sophia sering menawari jalan-jalan sore namun ia sedikit tak enak meninggalkan Karel, ia takut Pria itu tak mendapati dirinya ketika cowok itu pulang dari aktivitas mainnya.

Padahal biar dirinya ada maupun tidak ada Karel selalu menganggapnya tidak ada, tapi tetap saja ia hanya ingin disamping Karel terlepas dari itu semua.

Saat Binar tengah sibuk dengan ingatannya, tampaknya Karel juga melakukan hal yang sama yaitu lari pagi. Cowok berbadan bagus itu terlihat berjalan santai menuruni tangga dengan berbalut setelan olahraga yang menambah kadar ketampanan seorang Karel Ryand Samudra.

Bukan apa-apa iya... mau Karel gunain baju murah atau mahal tetap saja auranya mendukung sekali buat di akui ketampanannya.

Seujung mata Binar tak sengaja melirik saat Karel sampai di tangga terakhir, gadis mungil itu sudah selesai mengikat sepatunya. Binar berdiri dari duduk, manik teduhnya tak lepas dari Karel yang tengah disibukkan oleh ponselnya.

Sesaat Karel mengalihkan pandangan, melihat Binar yang masih mematung di tempatnya dengan mata yang masih memandanginya. Tapi Karel tak sudi ingin lebih jauh seperti menyapa dan sebagainya, ia tidak mau membuat cewek itu besar kepala.

Cowok itu pun kembali ke ponselnya, Dengan wajah datar dan dinginnnya Karel berjalan melewati Binar begitu saja.

"Aku boleh ikut, Karel?"

Entah keberanian dari mana ia bertanya demikian, namun. Ia akan terus mencoba buat diakui Karel suatu saat nanti.

Kaki Karel terhenti, Pria itu menoleh, memandangi Binar dengan alis terangkat. Seperti Binar sedang melayangkan pertanyaan bodoh yang tentu Karel tidak akan menyetujuinya.

"Ajak dia, Karel,"

Suara seseorang dari atas tangga membuat atensi Karel beralih dari Binar, Karel tampak tersenyum remeh ketika ia mendapati Kakak perempuannya di sana.

Maaf, Aku TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang