Chapter 74 - Titip anak-anak.

510 17 0
                                    

Gue kembali!!!

Sekian lama gue gak up². Im so sorry, gue gak sempat megang laptop gue, Ampe² berdebu tau gak wkwkwk.

Maaf² Kate nih, part ini pendek, mampunya segini hihihi. Berikutnya dipastikan lumayan panjang. Semoga gak bosenin sampai tamat nanti.

Oke.

Selamat membaca pembacaku yang Budiman😘

Vote komen-nya iya ...

🥀

Kita melihat kejauhan dimana cahaya bersinar,Aku menyadari saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita melihat kejauhan dimana cahaya bersinar,
Aku menyadari saat itu ...
Aku tak bisa lagi bergerak maju ...
Setiap langkah membawaku lebih dekat ke perpisahan kita ...
Tanganmu yang dulu kupegang tampak mulai melenyap ...
Bagaimana bisa aku meninggalkanmu, ketika kamu adalah orang yang aku cintai.

🥀




"Kalian pulang jam berapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalian pulang jam berapa?"

Karel berhenti, melepas sendok berisi nasi dan lauk, sarapan kali ini ramai dengan teman-teman-nya.

Diam, berpikir "mmm ... kira-kira 1 jam sebelum ke bandara, harus sudah disini"

Restu mengangguk pelan, wajah pria bersetifikat abangnya Binar itu tampak normal, kalem dan serius.

Meja sepanjang karpet merah terbentang berjejer berbagai makanan hanya untuk sarapan pagi saja, kursi-kursi terisi sahabat-sahabat Karel dan Binar.

Mereka menyimak saja percakapan Karel dan Restu.

"Coba kita dikasi ikut, pasti seru ... iya gak Ken?" Ujar Zio dengan wajah dibuat cemberut.

Kenzo mengangguk brutal, "Iya Yo ... pan kite juga pen main ke sono"

"Kan besok juga bisa Ken ... Yo ... kali ini gue quality time ma cewek gue dulu" Sahut Karel pelan, melanjutkan makan-nya.

Karel tak melarang mereka buat kesana kemari, menikmati destinasi alam di Bandung, tapi kali ini jangan Kawah Putih, hari ini ia ingin fokus ke Binar, menghabiskan waktu bersamanya sampai jam keberangkatan-nya.

Maaf, Aku TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang