Prolog

11.1K 270 44
                                    

Hai semua!

Selamat datang dicerita kesayanganku ini. Selamat bergabung dan selamat berderai air mata hahaha...

Btw ini sebenarnya cerita dari sekian cerita yang pernah aku buat tapi ku hapus dari wttpd huhu...

Soalnya udah gak mampu buat diterusin lagi dan alhamdulillahnya cerita yang ini akan segera rampung menuju ending.

Entah kenapa tertarik aja buat yang bergenre banyak bawang. Kek Seru aja gitu hehehe...

Jan lupa siapin popcorn dan setangkai tissue wkwkwk...

Oke Capcushhhh!!!

"Lama banget sih!" Kata Karel yang sudah duduk di atas motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lama banget sih!" Kata Karel yang sudah duduk di atas motor.

Binar tak ada ingin untuk sekedar membalas gerutu Karel, ia sekarang berdiri di samping Karel.

"Napa diem? Lo budek?"

Binar membalas pandangan Karel tepat di matanya yang menyiratkan kekesalan di sana.

"Aku gak pernah mau nyusahin kamu, aku juga gak pernah minta dijemput kamu" Kata Binar sedikit dingin, tentu Karel sedikit tak menyangka atas perubahan Binar. Yang ia tahu gadis ini hanya akan nunduk dan menangis dibentak olehnya.

"Kenapa lo?," Mata Karel bergerak meneliti wajah Binar.

"Seharusnya gue yang marah, repot banget jemput lo segala"

Entah kenapa perkataan Karel bikin Binar tak terima "Aku bilang apa tadi?" Kata Binar bertanya pada Karel namun cowok itu tak berekspresi yang berarti, tak ingin tahu dan biasa saja menanggapi pertanyaannya.

"Aku gak pernah mau nyusahin kamu, aku juga gak pernah minta dijemput kamu"

Karel tersenyum miring "Gue juga gak sudi jemput lo, kalau bukan ada Kinan dirumah, gak serepot ini gue ke lo. Persetan dengan pertunangan anjing itu"

Binar menatap karel tidak menyangka, lidahnya mendadak kelu. Ucapan Karel selalu saja mengiris hatinya. Ia pun terdiam tak mau membahas semuanya lebih jauh. Memang paling baik agar tak semakin terluka adalah diam.

"Naek" Titah Karel dingin, memandang ke arah depan.

Binar menatap cemas motor Karel yang lumayan gede dan tinggi itu, bagaimana caranya naik? Ia tak bisa naik tanpa memegang sesuatu atau... Pundak Karel? Binar melirik pundak kokoh Karel. Ragu-ragu Binar mau menyentuhnya, saat tangannya hampir menyentuh pundak Karel, ucapan Karel membuatnya meringsut mundur, menarik tangannya kembali.

"Gue gak terima pundak gue dipegang elo,"

"Gak usah pegangan, manja amat lo"

Karel berbicara tak sekalipun menoleh padanya, Binar merasa miris pada nasibnya. Sedingin dan sejijik itu Karel padanya, ia pun naik dengan susah payah ke jok belakang motor Karel. Sebagai gantinya ia memegang kuat tali tas ranselnya, tak mungkinkan ia memegang pundak atau pinggang Karel? lihat saja segimana sensitive Karel padanya.

Maaf, Aku TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang