Chapter 37

1.9K 83 9
                                    

Karena yang komen ada, terlihat juga ketertarikan kalian dengan cerita gue. Alhasil guepun upload lagi demi kalian.

Sayangkan imajinasi kalian kalau gue up nya kelamaan.

Maka dari itu vote komennya dikencangkan iya wkwkwk.

Kalau bisa mah, kalian komen ditiap baris. Keluarkan uneg2 kalian disana. Mau komen apapun boleh. Bebas!. Gue baca kok komentar kalian dan tentunya gue balas juga🤗

Oke, are your ready?

Let'sss goooooo!!!!!!!


















Let'sss goooooo!!!!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!

Part2 berikutnya makin mencekam.














🌧️
🌧️
🌧️

Sejauh mata memandang, Binar melihat sebuah jembatan gantung yang tak terurus, cukup jauh dari khalayak keramaian di jalanan ibu kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejauh mata memandang, Binar melihat sebuah jembatan gantung yang tak terurus, cukup jauh dari khalayak keramaian di jalanan ibu kota.

Kakinya semakin dipercepat, senyum merekah terbit dari bibir ranumnya. Sepertinya... ini tempat terbaik buat ia melakukan bunuh diri. Sepi dan menepi.

Ia yakin tidak ada orang yang akan tahu, ia juga ikhlas kalau-kalau jasadnya nanti tidak ditemukan. Biarlah... badan mungilnya ini dimakan hewan ataupun ulat.

Dengan langkah yang mendebur bagai ombak di lautan, Binar mendongak menatap langit sore yang diselimuti awan gelap.

Mendung...

Pertanda turun hujan sebentar lagi, warna orange keemasan sang mentari mengintip malu di balik awan gelap di atas sana. Terpaan sedikit kencang angin sore membuat rambut Binar berterbangan di setiap langkahnya. Seolah gadis itu akan bertemu sosok yang dirindukan, senyumnya tak luntur dari bibirnya.

Kakinya berdiri di ambang batas jembatan, menghela nafas dalam nan panjang, Binar menggenapkan segala perasaannya, namun... hatinya bergetar begitu saja saat ia mencoba bersikap baik-baik saja, dadanya berdesir merasakan kesakitan yang teramat sangat. Ia sakit, ia lelah. Tapi Karel? hatinya mengatakan, kalau Pria itu suatu saat nanti akan membutuhkannnya. Bimbang, itu yang dirasakannya sekarang.

Maaf, Aku TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang