Chapter 63

1.2K 41 12
                                    

Hai gais!

Gue kembali.

Setelah sekian purnama. Baru sekarang bisa update🫣

Im sorry, im so busy guys huhuhu.

Kerjaan gue didunia nyata lebih menguras tenaga dan jiwa aseekkkk🤣 waktu buat Karel dan Binar pun tidak ada huhuhu.

Kalian sehat iya. Tetap sehat pokoknya. Titik!

Oke. Cus kita lanjut.

Buat info aja, cerita ini sebentar lagi ending. Mungkin akan ada ekstra partnya. Tergantung mood Saia nantinya wkwkwk

Vote komen tetap berlaku!
Dukungan serta partisipasi kalian dalam cerita ini sangat penting. Gue jadi tau. Sampai mana batas menulis gue. Kritik dan saran juga dipersilahkan.

Jika ada tulisan yang gak bener atau kurang dalam bahasa kepenulisan. Tolong ditandai iya. Kasih tau gue. Jangan diem oke guys!

Sesungguhnya kita hanyalah pengarang yang sedang mencari kesenangan buat menciptakan dunia kita sendiri. Tapi ingat ... Realita lebih penting dari segalanya. Jangan mengaitkan apa yang ada dalam cerita ini dengan realita yang kalian jalani. Jangan berkhayal jika nanti ketemu pangeran dan sebagainya. Karena emang itu semua tidak ada wkwkwk.

Hanya karangan fiktif belaka yang disusun sedemikian rupa menjadi sebuah cerita. Terciptalah dunia fiksi wkwkwk

###

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###






🥀🥀🥀

🥀🥀🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bi ... jangan angkat berat, biar aku aja," Karel mengambil tas ransel yang berisi pakaian serta kebutuhan-nya selama di Rumah Sakit.

"Badan Bi kecil, berat taukkk" Karel tersenyum, menoel gemas hidung kecil mancung milik Binar, Gadis itu pun meresponnya dengan sedikit kesal.

"Aku udah besar gini dibilang kecil, body shaming banget ... Ma ini Karel ngeledek nih" Binar merampas kembali tas yang akan disampirkan Karel pada pundaknya.

Maaf, Aku TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang