Haiii semuaaa, Met malem Minggu!Pas juga nih, nemenin malam Minggu kalian. Ketemu Karel Binar
Oke cussss!
Kita lanjut part berikutnya🥀
Jan lupa vote komen guys! Ampun so sad gue :(
Dibalik matamu, dunia tidak bisa membohongiku.
-Binar-🥀🥀🥀
Hari Ke - 4
Kabut menyelimuti suasana pedesaan di sekitar Villa Samudra.
Embun pagi yang dibawa bekas malam yang dingin meninggalkan jejak pada tanah sekitarnya.
Bau embun yang bercampur pada tanah menambah ketenangan tiada akhir bagi seseorang yang sedang menikmatinya.
Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi cowok yang sekarang tengah berdiri di balkon kamarnya.
Tatapan mata Pria itu terlihat menerawang jauh, lurus ke depan dengan sedikit sirat mencekam, sepertinya ... cowok itu tengah berperang dengan pikiran beratnya.
Entah seperti apa isi kepalanya sekarang, semakin hari, ia seakan berat mengatakan semuanya.
Apalagi ia telah berjanji pada sang kekasih tentang waktu yang ia beri nanti buat mengungkapkan kebenaran pada dirinya.
Sesekali, ia bernafas pelan, uap hangat berhamburan disekitar mulut pria itu. Menegaskan jikalau tempat itu lumayan dingin dan memang keadaan saat itu sedang berkabut sangat tebal.
Memperbaiki letak peci hitamnya, cowok itu sesekali mengusap pelan lengannya yang berbalut koko putih dipadu padankan dengan sarung hitam tebal berjenis tenun itu, nampak terlihat cocok buat seorang Karel pagi ini.
Iyaapppp ... Karel sepertinya telah melaksanakan sholat subuhnya sekitar tiga puluh menit yang lalu, tapi cowok itu masih ingin dengan busananya saat ini, enggan berganti dengan baju lainnya.
"Apa gue bisa, ninggalin elo sendiri dalam keadaan gue seperti ini"Karel bergumam lirih, tatapan cowok itu dibarengi titik air tipis disudut netranya.
Ia tidak siap melihat Binar menangis sekali lagi karena dirinya.
Tanpa sadar, Karel menangis. Menumpahkan bendungan yang sedari tadi menyeruak disudut matanya meminta dikeluarkan.
"Kenapa harus seperti ini" Cicit Karel dalam tangisnya, menahan diri agar ia tak mengeluarkan suara tangisnya.
Bug ...
Buggg ...
Bugggg ...
Karel memukul dadanya, sungguh ia terasa sesak.
"Gue mesti gimana lagi ... Tuhaaannnn" Dengan lelehan air matanya, Karel menatap langit subuh yang seperlimanya sudah sedikit bercahaya, namun kabut masih saja mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Aku Terlambat
Подростковая литература{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA} "Karel, kamu sudah makan? "Peduli banget gue udah makan apa enggak," "Eh ... Dengar iya ... Lo di sini bukan berarti lo bebas mau tau tentang gue" "Kamu harus makan," "Kata mama, maag kamu tidak boleh kambuh lagi" "Mau...