6

30.9K 1.4K 38
                                    

Anjani sudah membawa tasnya di punggung dan melangkah santai keluar dari restoran.

Langkah kecilnya membawa gadis itu menuju jalan raya berniat untuk pulang jalan kaki ke rumahnya yang berada tak begitu jauh dari restoran tempatnya bekerja. Jika dihitung melalui menit, hanya 15 menit untuk sampai di rumahnya dengan berjalan kaki.

Saat melangkah dengan santai di jalan trotoar, suara klakson mobil terdengar. Anjani mengabaikannya karena berpikir ini adalah jalan raya dan suara klakson biasa saja terdengar.  Namun, gadis itu segera menghentikan langkahnya ketika melihat mobil yang memberi klakson berhenti di pinggir jalan.

Pintu kaca depan terbuka membuat Anjani sadar jika pemilik mobil itu adalah Sean.

"Pak Sean?" Kening gadis itu mengernyit menatap pria yang duduk di balik kemudi sedang memberi kode padanya untuk masuk.

Ingat dengan janji yang diucapkan oleh Sean tadi, Anjani memilih untuk masuk ke dalam mobil. Gadis itu tidak mau berlama di luar mobil dan akan mengganggu pengguna jalan yang lain.

"Aku dari tadi tunggu kamu di luar restoran. Tapi sepertinya kamu tidak melihat keberadaanku," ujar Sean menatap Anjani.

Pria itu memang sengaja menunggu selama 1 jam lebih di luar restoran dan tidak masuk ke dalam yang akan mengganggu konsentrasi gadisnya dalam bekerja.

"Saya lupa, Pak."

"Tapi kamu tidak mungkin melupakan wajah tampan aku 'kan, Anjani?"

"Bapak terlalu percaya diri," sahut Anjani sambil menggeleng kepalanya.

Gadis itu diam, tidak lagi mau menyahut apapun yang diucapkan oleh Sean. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah gang kecil di mana mobil tidak bisa masuk.

"Saya duluan, Pak. Terima kasih atas tumpangannya."

"Aku akan mengantarkan kamu sampai depan rumah." Sean bisa berkata seperti itu karena saat melihat gang yang akan dilewati oleh gadisnya merupakan jalan gelap di mana bisa saja kejahatan tersembunyi di sana.

"Tidak perlu, Pak. Saya sudah biasa melewati jalan ini. Rumah saya tidak begitu jauh dari gang," tolak Anjani.

Gadis itu tidak mau menimbulkan kehebohan apalagi jika ada tetangganya yang belum tidur dan melihat ia diantar oleh seorang pria yang usianya jauh di atasnya.

Mendapat penolakan dari Anjani tidak membuat Sean gentar. Pria itu justru ikut turun dari mobil dan mengikuti Anjani dari belakang hingga membuat gadis itu hanya bisa menggeleng kepalanya.

"Saya sampai di sini saja, Pak. Tolong jangan ikuti saya lagi," ujar Anjani menatap melas pada Sean. Gadis itu berharap agar pria 45 tahun itu mengerti dengan tatapannya yang tidak ingin diantar sampai depan rumah.

Anjani memang terlahir sebagai orang miskin dan susah. Gadis itu tentu saja tidak mau ia semakin dicap jelek oleh orang lain karena melihatnya diantar oleh pria tua seperti Sean.

Sean melihat lampu rumah tak jauh dari posisinya berada. Kemudian ia menganggukkan kepalanya meski tahu jika Anjani belum tentu melihat anggukannya.

"Aku antar kamu sampai di sini saja?"

"Iya, Pak. Terima kasih." Anjani mengangguk sopan kemudian melangkah pergi. Namun, Sean sepertinya tidak memberikannya izin untuk pergi sebelum ia mendapatkan sebuah imbalan.

Sean menarik tangan Anjani kemudian menempelkan tubuh mungil itu ke dinding kasar kemudian merapatkan tubuhnya sendiri dengan tubuh Anjani.

Suasana yang gelap tak terlihat membuat ekspresi wajah keduanya samar.

Anjani sendiri terbelalak tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Bagaimana mungkin pria berusia 45 tahun ini dengan tidak tahu malu kini menempelkan bibirnya ke bibir Anjani kemudian melumatnya dengan gerakan kasar seolah sedang menemukan makanan di tengah kelaparan yang parah.

  "Pak."

Anjani berusaha mendorong dada Sean untuk menjauh darinya. Gadis itu tidak siap ketika Sean menyerangnya tiba-tiba.

Sean melepaskan tautan bibirnya kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Anjani. Pria itu berisik, "aku sangat menginginkan kamu, Anjani."

"Kita ada di gang, Pak. Semua orang bisa lewat di sini."

"Jadi, kita harus melakukannya di mana? Di hotel atau  di rumah kamu?"

Suara magnetis dari pria dewasa di depannya sungguh menggoda naluri Anjani. Dengan cuaca gelap dan dingin seperti ini, Anjani tidak munafik jika ia juga menginginkan kehangatan dari pria yang diam-diam membuatnya nyaman.

"Ke rumah saya aja. Tapi, bapak bisa lewat pintu belakang. Saya akan membuka pintu belakang rumah saya."

Sepertinya Anjani sudah kehilangan pikirannya semenjak menyetujui ajakan Sean. Gadis yang tidak pernah mendapat kasih sayang dari laki-laki, kehilangan akal saat mendapat perlakuan istimewa dari Sean. 

Anjani kemudian melangkah duluan dan beruntung keadaan perkampungan tempatnya tinggal sudah sepi.  Sementara Sean mengikutinya dari belakang sambil menghubungi bawahannya untuk mengambil mobil miliknya yang terparkir di depan gang. Sean tidak ingin keesokkan paginya ada orang yang mencurigai keberadaan mobilnya.

Anjani langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa mengeluarkan suara yang berisik takut jika ibunya sudah tertidur.

Gadis itu meletakkan tasnya di dalam kamar berbalik ke kamar ibunya dan melihat wanita yang sudah melahirkannya itu sudah tertidur pulas.

Setelah memastikan jika pintu depan sudah terkunci, gadis itu segera menuju dapur dan membuka pintu kayu hingga memperlihatkan sosok Sean yang berdiri sambil menyeringai menatapnya.

Suasana dapur yang gelap tidak membuat seringai Sean tak mampu dilihat oleh Anjani.

Jantung gadis 20 tahun itu berdebar kencang membayangkan hal yang akan dia lakukan bersama pria yang berusia 25 tahun lebih tua darinya.

Sean tanpa kata melingkarkan tangannya ke pinggang Anjani dan menundukkan kepalanya sedikit untuk melumat bibir gadis yang sudah membuatnya penasaran sejak lama.

Sean tahu jika dibalik penolakan Anjani, ada keinginan keras gadis itu untuk bersamanya. Kesabaran Sean akhirnya membuahkan hasil setelah berhasil memancing dan merangsang Anjani.

Keduanya berciuman di dapur yang gelap, sampai suara batuk ibu Anjani membuat gadis itu segera melepaskan tautan bibir mereka dengan wajah yang tampak tegang.

"Anjani."

Suara ibunya yang serak terdengar dari kamar. Anjani segera memberi kode pada Sean untuk menunggu di dapur lebih dulu.

"Bapak tunggu di sini dulu. Saya mau mengurus ibu saya sebentar."

Anjani kemudian berbalik pergi meninggalkan Sean yang tertawa tanpa suara menatap punggung mungil gadisnya.

Pertahanan diri Anjani selama ini akhirnya runtuh. Sikapnya yang ingin Sean menjauh darinya justru membuat pria itu semakin penasaran dan ingin memiliki Anjani. Mungkin setelah mereka melakukan hal yang diinginkan oleh Sean, pria itu akan berhenti mengganggunya.



Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang