20: Pindah Apartemen

15.4K 854 10
                                    

Malam harinya Anjani dibawa Sean pergi ke sebuah apartemen mewah yang berada tidak jauh dari kampus tempat wanita muda itu kuliah.

Saat memasuki apartemen, Anjani dibuat takjub dengan interior mewah yang memanjakan matanya.

Di lantai bawah terdapat 1 buah kamar, dapur yang menyatu dengan ruang makan dan juga ruang untuk menonton TV. Toilet di luar, dan ruang tamu.

Sementara di lantai atas terdapat tempat untuk berolahraga, kolam renang, dan satu buah kamar besar lainnya yang akan mereka tempati.

Anjani bisa membayangkan jika bangun dari tidur hanya butuh beberapa langkah sampai akhirnya ia bisa masuk ke dalam kolam renang yang berada di pinggiran balkon. Ini adalah hidup yang penuh dengan kenikmatan. Anjani merasa senang untuk itu, meskipun ia harus menjadi istri Sean lebih dulu baru bisa merasakan hal seperti ini.

Wanita muda itu tersenyum menatap air kolam yang tampak jernih. Ia tersentak kaget saat merasakan pelukan hangat di belakang tubuhnya.

Gaun tidurnya yang mengenakan tali spaghetti serta bagian bawah yang panjang di atas lutut, membuat kulit putihnya tampak bersinar di bawah sinar lampu.

Wanita itu menoleh dan mencium pipi suaminya. Ini sebagai bentuk rasa senangnya karena Sean membawanya ke tempat yang begitu menenangkan. Tidak perlu pergi jauh ke kota orang lain untuk menikmati pemandangan yang begitu memikat seperti ini.

"Kamu senang dengan suasana di sini?"

Anjani menganggukkan kepalanya dan menatap lurus ke depan. Mereka berada di pinggir balkon dan menatap pemandangan indah Ibukota dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.

Beberapa langkah dari posisi mereka adalah kolam renang dengan air jernih dan terlihat dari pantulan cahaya lampu.

"Aku senang dan menyukainya, Mas. Ini pertama kalinya aku merasa seperti di surga dengan kolam renang di balkon. Kita bisa menikmati pemandangan sore dari sini sambil berenang."

Senyum gadis itu terpancar dengan lembut, membuat Sean yang menatapnya ikut tersenyum. Merasa beruntung karena ia bisa membuat wanita kecilnya bahagia.

"Kalau begitu kita akan tinggal di sini selama beberapa waktu sampai renovasi rumah kita selesai. Lalu, kita kembali ke istana kita, dan memulai hidup dengan bahagia di sana bersama keluarga kecil kita nanti."

Anjani memegang kedua lengan Sean yang melingkar di perutnya.

"Mas masih ingin punya anak dari aku?"

"Tergantung." Pria itu meletakkan dagunya di atas bahu wanita kecilnya.

"Maksud Mas tergantung bagaimana?"

"Kalau kamu menginginkan anak, maka kita bisa membuatnya. Tapi, kalau kamu tidak menginginkan anak, kita tetap bisa melakukan hubungan seks dengan pengamanan yang tentu saja tidak akan membuatmu hamil."

Anjani merasa terharu mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya. Semuanya terserah padanya. Jarang ada laki-laki yang tidak egois seperti Sean. Tapi, kalau dipikir lagi jelas saja Sean tidak akan memikirkan untuk memiliki anak mengingat jika dia sendiri sudah memiliki tiga orang putra. Satu di antara ketiganya sudah pernah bertemu dengannya. Sementara duanya belum pernah ia ketahui wajahnya.

"Mas Sean jelas saja tidak menginginkan anak lagi. Mas Sean sudah punya 3 orang anak laki-laki."

"Hmm. Mereka bertiga adalah orang dewasa. Tentu saja sudah punya kehidupan sendiri. Tapi, aku menyerahkan semua ini padamu karena tidak ingin kamu merasa sakit saat hamil, apalagi melahirkan." Pria menggigit gemas pipi istrinya. "Tapi, kalaupun seandainya kamu hamil, aku ingin anak perempuan. Aku sudah bosan merawat anak laki-laki."

Anjani tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya.

Wanita muda itu juga berharap ia bisa memberikan keturunan pada Sean. Tidak masalah ia akan mengalami proses menyakitkan saat hamil maupun melahirkan. Asal ada darah dagingnya dan Sean di antara mereka.

"Masuk dalam. Ini sudah malam. Tidak baik, terlalu banyak terkena angin malam."

Tanpa basa-basi Sean segera mengangkat tubuh istrinya masuk ke dalam.

Menutup pintu geser ke arah balkon, pria itu kemudian meletakkan tubuh mungil istrinya di atas tempat tidur.

Sean menatap lekat manik mata istrinya, kemudian senyum mesum muncul di bibirnya kala tatapannya jatuh pada bibir istrinya yang terlihat seakan memanggilnya untuk dijamah.

Keduanya berguling di tempat tidur dengan suara desah hangat yang memenuhi kamar tempat mereka akan tinggal untuk pertama kalinya dan beberapa waktu ke depan.

Keesokan paginya.

Pagi-pagi sekali Anjani sudah berada di dapur dan memasak untuk suaminya. Ia sendiri sudah membersihkan diri dan berpakaian rapi. Wanita muda itu akan memasak hidangan sarapan untuknya dan juga sang suami. Tidak ada pekerja yang hadir di apartemen ini hingga membuatnya harus turun tangan sendiri.

Beberapa kali Anjani ingin memasak saat berada di rumah Sean yang lama, namun pria itu tidak mengizinkannya untuk masuk ke dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab para pelayan di rumahnya.

Menurut Sean, tidak masalah jika ia tidak bisa memasak. Baginya yang terpenting adalah Anjani merasa nyaman dengan kehidupan yang sekarang.

Pelukan hangat dirasakan oleh wanita muda itu saat ia sedang mencuci buah yang akan dipotong. Wangi dari sabun dan shampo tercium memenuhi rongga hidungnya saat pria yang berstatus sebagai suaminya meletakkan dagu di atas bahunya. Anjani tahu jika suaminya sudah bangun dan melihatnya ada di dapur.

"Aku bisa memasak sendiri, Mas. Meskipun belum tentu enak, tapi aku berusaha untuk melayani Mas." Anjani berujar ketika tangan Sean sudah menjalar di sekitaran pinggang dan perutnya.

"Ugh, istri yang baik yang membuat aku semakin mencintaimu." Bibir pria itu bergerak mengecup leher istrinya. "Apapun yang kamu masak tentu saja aku akan menyukainya, Sayang. Kamu beri racun pun tidak masalah. Aku akan rela mati di tanganmu."

"Jangan bicara sembarangan, Mas. Meskipun aku tidak terlalu cinta sama kamu, aku juga tidak mau menjadi tersangka karena membunuh suami sendiri." Anjani menepuk pelan punggung tangan suaminya.

"Itu kata kiasan yang aku ucapkan spesial untuk kamu, Sayang." Sean membalas. "Aku pasti akan membuatmu tergila-gila dan semakin mencintaiku. Hari ini kamu bilang kamu tidak begitu cinta padaku, tapi begitu aku menunjukkan pesonaku, kamu pasti akan terpukau dan akan terus menempel padaku."

Terdengar tekad yang menggebu-gebu dalam nada suara Sean, membuat Anjani yang mendengarkannya saja merasa geli. Apalagi jika itu orang lain yang mendengarnya pasti merasa sangat geli.

"Iya, Mas. Kamu yang terbaik." Wanita muda itu tersenyum menanggapinya.

Setidaknya ada Sean yang akan menemaninya di saat ia selalu merasa sendiri selama ini.





Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang