Sean pulang ke rumah dengan senyum semeringah. Pemilihan CEO sudah dilakukan di perusahaannya dan ia bisa menganggur dengan bebas tanpa harus memikirkan pekerjaan yang menumpuk. Semua tanggung jawab perusahaan diserahkan pada CEO baru sementara dirinya akan menerima hasil dari buah kerja kerasnya selama ini.
Turun dari mobil, Sean membawa satu buket bunga berukuran besar. Sengaja ia pesan tadi pagi pada pemilik toko bunga untuk merakit buket bunga berukuran sangat besar agar bisa diberikan pada istrinya tercinta.
Sementara di sebelah tangannya terdapat sebuah tas dengan merk terkenal yang baru saja datang dari luar negeri dikirim oleh putranya. Sean memang memesan tas ini pada putranya karena kebetulan sang putra memiliki brand yang sudah terkenal dan mendunia. Kebetulan tas di tangannya limited edition dan hanya ada 10 orang di dunia yang memilikinya. Salah satunya adalah istrinya saat ini yang pasti akan menjadi pemilik dari tas limited satu ini.
Tidak sia-sia ia memiliki putra yang begitu pekerja keras. Lihat saja putranya yang berbakti dan sering membuat ulah akhirnya bisa sedikit bermanfaat untuknya.
Sean melangkah masuk dan mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari keberadaan sang istri. Namun, tidak melihat siapa-siapa akhirnya Sean memutuskan untuk naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.
Pria itu tersenyum semeringah melihat istrinya yang sedang duduk menghadap pada balkon memunggunginya hingga tidak sadar jika dirinya sudah ada di belakang.
Segera Sean menghampiri Anjani kemudian memberikan buket bunga tepat di hadapan perempuan cantik itu hingga membuat Anjani mendongak terkejut.
"Buket bunganya buat aku?"
"Tentu saja sayangku. Ini spesial buat kamu. Peluk aku dong kalau begitu." Sean merentangkan tangannya dan Anjani yang merasa senang langsung masuk dalam pelukan pria itu.
"Terima kasih banyak, Mas. Aku sangat suka dengan buket bunganya." Anjani mencium buket bunga yang memang sangat wangi membuatnya memejamkan mata.
Sean merasa bahagia melihat istrinya bahagia menerima pemberiannya. Pria itu kemudian meletakkan paper bag berisi tas milik Anjani.
"Ini tas untuk kamu, sayangku. Kalau tidak mau dipakai sekarang bisa disimpan untuk koleksi."
Pria itu mengambil buket bunga kemudian diletakkan di atas meja kecil di samping mereka, lalu memberikan paper bag berisi tas pada Anjani.
"Ini adalah tas limited edition yang dikirim oleh putra kita. Katanya ini hadiah untuk mama barunya. Semoga suka," ujar Sean menatap istrinya. Pria itu tertegun sejenak sebelum akhirnya tangannya bergerak mengusap pipi Anjani, membuat perempuan itu sedikit tersentak. "Sayang, tumben sekali kamu pakai bedak. Biasanya aku sering lihat kamu tidak pakai bedak sore-sore seperti ini," tanya Sean.
Anjani sedikit gugup ketika pertanyaan ini dilontarkan oleh Sean. Memang sengaja ia memakai bedak agak tebal agar bisa menutupi bekas tamparan yang dilakukan oleh nenek Mirna tadi.
"Oh, memangnya tidak boleh kalau aku tampil cantik saat menyambut suami pulang dari bekerja?" Anjani tersenyum menatap Sean.
"Tentu saja boleh karena aku pasti akan menyukai apapun yang berhubungan dengan kamu. Hanya saja--" Sean meletakkan ujung jempolnya di lidahnya kemudian tanpa mengatakan apa-apa, pria itu meletakkan jempol basahnya di pipi Anjani yang merupakan bekas tempat tamparan nenek Mirna. "Ada yang kamu sembunyikan. Ini bekas tamparan siapa, Sayangku?" Sean bertanya dengan nada yang paling lembut hingga membuat Anjani merinding.
"Bekas tamparan apa, Mas? Mungkin tadi karena ada nyamuk di pipiku terus aku pukul. Tidak sadar kalau aku memukulnya terlalu keras," ujar Anjani dengan sedikit gugup. Perempuan cantik itu tidak menatap pada Sean karena ia tahu jika Sean pasti akan menyadari jika saat ini sedang berbohong.
Sean kemudian mengusap kepala Anjani dan mencium pipi perempuan cantik itu. "Iya, Sayang. Makanya kamu harus hati-hati biar tidak digigit nyamuk."
Mencium bau di pipi Anjani yang bekas liurnya membuat Sean segera mengambil tisu basah dan mengusap pipi istrinya itu. Tidak lupa ia juga membantu untuk mengeringkannya dan berakhir ia mengecup pipi sang istri dengan gemas.
"Iya, Mas."
"Nyamuknya nakal sekali bisa menyakiti kamu seperti ini. Nanti kalau aku ketemu dengan nyamuknya, aku pasti akan membalaskan dendam kamu."
Anjani yang mendengarnya bukannya takut justru tertawa. Perempuan cantik itu mengusap pipi Sean. "Mas, nyamuk di dunia ini ada miliaran. Mana bisa kamu menemukan nyamuk yang sudah menggigit pipi aku," ujar perempuan cantik itu.
"Anything for you, Babe." Sean tersenyum kemudian memeluk Anjani dan memberikan ciuman di kening sama istri. Kemudian, meletakkan dagunya di atas pundak Anjani, dengan seringainya yang tidak disadari oleh Anjani karena pria itu tahu jika istrinya saat ini sedang berbohong.
Malam harinya, Sean izin pada Anjani mengatakan jika malam ini akan ada perayaan pengangkatan untuk CEO baru sehingga ia harus hadir. Acara dilangsungkan di sebuah klub malam hingga Sean tidak berniat untuk mengajak istrinya apalagi ke tempat maksiat.
Pria itu mencium kening Anjani sebelum masuk ke dalam mobil. Tidak lupa memberi pesan pada istrinya untuk kembali langsung ke kamar dan istirahat. Sean juga meminta pada Anjani untuk tidak menunggunya.
Di pertengahan jalan, Sean kemudian menghubungi salah satu nomor yang berada di kontak ponselnya.
"Kalian semua sudah siap?"
"Siap, Pak."
"Bagus kalau begitu. Kita bertemu di titik lokasi," ujar pria itu.
Sambungan telepon kemudian diputuskan dan Sean langsung melajukan kendaraannya membelah jalanan kota menuju rumah Pak Hartono yang menjadi titik fokusnya hari ini.
Istri cantiknya itu tidak mau jujur padanya maka dari itu Sean mencari tahu sendiri.
Fakta mengejutkan datang dari mulut Adam dan juga CCTV di mana lokasi Anjani diserang oleh nenek Mirna tadi. Sean harus menahan garam saat melihat istrinya ditampar pipinya dan bahkan di jambak rambutnya oleh wanita tua itu. Sebagai suami yang baik tentu saja Sean tidak terima. Sudah sering dikatakan olehnya jika ia pasti akan membalas siapapun yang berani untuk menyakiti istrinya.
Tidak peduli jika itu adalah wanita tua yang tidak lain adalah nenek biologis dari istrinya. Bagi Sean yang terpenting adalah balas dendam yang harus dilakukan.
"Wanita tua itu hanya ada di rumah sendiri? Baguslah kalau begitu." Sean menghubungi anak buahnya yang sudah berada di lokasi. "Pastikan tangannya terikat dengan baik dan siapkan gunting agar orang yang aku minta bisa mengeksekusinya dengan baik."
Kembali Sean mematikan sambungan telepon dengan senyum miring yang menghiasi wajah tampannya.
Pria itu akan memastikan sendiri siapa yang berani menyakiti istrinya akan merasakan pembalasan yang jauh lebih menyakitkan dari apa yang dialami oleh istrinya.
"Kamu tenang saja sayangku, karena suamimu ini pasti akan melakukan yang terbaik untukmu," gumam Sean pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...