38: Nenek Mirna

4.7K 384 19
                                    

Anjani memasuki area kampus dengan membawa buku-buku yang akan dipelajarinya hari ini.

Kejadian kemarin tentu saja menyebar ke seluruh kampus hingga kini ia menjadi pusat perhatian. Meski begitu, tidak ada yang berani untuk menyindir dan mengatainya. Hal ini membuat Anjani tampak merasa lega karena ia juga terlalu malas untuk berurusan dengan mereka.

Saat sedang melangkah melewati koridor kebetulan Anjani juga berpapasan dengan Laura. Laura mengerut keningnya karena merasa sepertinya ia pernah melihat Anjani di suatu tempat namun tidak ingat di mana.

Meski begitu ia tidak mengatakan pada kedua temannya. Mereka hanya berpapasan kemudian Anjani masuk ke dalam kelas di mana sudah ada teman-teman yang lebih dulu tiba di awal.

Tidak ada yang mengucilkan Anjani dan mereka hanya bersikap seperti biasanya. Paling-paling mereka akan menanyakan sesuatu pada Anjani tentang pelajaran yang tidak dimengerti.

Dosen datang dan memberi pelajaran. Mahasiswa dan mahasiswi menerima dengan cermat penjelasan yang diberikan oleh dosen mereka hingga jam kelas berakhir dengan Anjani memutuskan untuk pulang karena hari ini ia hanya memiliki satu mata pelajaran dan 1 dosen yang masuk saja.

Saat sedang melangkah melewati koridor lagi, seorang wanita paruh baya dengan rambut yang sudah agak memutih datang tiba-tiba dari arah berlawanan dan langsung melayangkan tamparan ke pipi Anjani.

Hal ini dilakukan secara tiba-tiba hingga membuat mahasiswa yang berada di dekat terkejut setengah mati.

Kemarin Anjani menyerang seniornya dan berita sudah menyebar. Kali ini Anjani justru diserang secara tiba-tiba oleh wanita tua.

"Dasar perempuan tidak tahu malu! Berani sekali kamu menyakiti cucu saya! Kamu pikir kamu itu siapa? Kamu itu hanya anak haram! Kamu mengerti tidak kalau kamu itu hanya anak haram?" Wanita itu berteriak dengan nyaring hingga membuat semua mata kini langsung fokus pada Anjani dan juga wanita tua itu.

Kebetulan wanita tua itu tidak datang sendiri melainkan bersama dua orang bodyguard yang menjaga di belakang.

"Gara-gara kamu, cucu saya harus dimarah sama kakeknya habis-habisan. Kamu itu bukan siapa-siapa di keluarga kami dan berani sekali kamu untuk mengadu pada suami saya! Kamu kira kamu siapa, hah?"

Wanita tua yang tidak lain adalah nenek Mirna menjambak rambut Anjani yang berusaha untuk dipisahkan oleh mahasiswa yang datang.

Anjani tidak melawan karena wanita tua di hadapannya jauh lebih tua dari dirinya sendiri. Anjani tentu saja tidak mau melawan karena ini bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh ibunya.

"Sudah cukup Anda memaki saya?" Anjani bertanya setelah Mirna berhasil dipisahkan darinya. "Kalau sudah cukup, biarkan saya pergi karena saya tidak ada urusan dengan Anda."

Nenek Mirna tentu saja membelalakkan matanya mendengar apa yang diucapkan oleh Anjani.

"Kamu berani berbicara seperti itu pada saya, hah? Kamu pikir kamu itu siapa?" Segera nenek Mirna akan melayangkan tamparan ke pipi Anjani untuk kedua kalinya, namun sebuah lengan lebih dulu menahan pergelangan tangan nenek Mirna, yang membuat wanita paruh baya itu menoleh ke samping dan menemukan seorang pria dewasa berdiri dengan tenang di hadapannya.

"Anda sudah melakukan kekerasan di lingkungan pendidikan kami. Tidak hanya itu saja, Anda melakukan perbuatan yang tidak patut dicontoh oleh mahasiswa dan juga mahasiswi kami." Pria itu berucap dengan dingin dan juga ekspresi wajahnya yang datar membuat nenek Mirna sedikit ketakutan. "Panggil bagian keamanan dan usir nenek ini untuk pergi dari sini. Jangan biarkan dia mau masuk di lingkungan kampus lagi dan mengganggu ketenangan mahasiswa yang menuntut ilmu di sini."

Segera salah satu pemuda langsung menghubungi bagian keamanan dan tak lama bagian keamanan datang langsung membawa nenek Mirna yang berusaha untuk memberontak pergi. Sementara dua orang bodyguardnya juga ditahan dan dibawa pergi dengan paksa.

Tatapan pria dewasa itu kemudian beralih menatap pada Anjani yang kini rambutnya sudah berantakan serta pipi yang memerah.

"Kamu bisa ikut saya ke kantor sekarang." Pria yang tidak lain adalah Adam memberi perintah membuat Anjani segera mengikuti Adam dari belakang dengan kepala tertunduk malu.

Sementara orang-orang yang ditinggalkan hanya bisa berbisik dan mengatakan jika Anjani terlalu sial untuk bertemu dengan wanita beringas seperti nenek tadi. Ada banyak yang kasihan dengan Anjani karena mereka cukup tahu jika Anjani adalah gadis pendiam dan tidak mudah bergaul. Jangankan untuk mencari masalah, mencari teman saja sulit dilakukan oleh Anjani.

Anjani sendiri setelah tiba di kantor langsung duduk di kursi yang tersedia. Gadis itu menundukkan kepalanya tidak berani untuk menatap pada Adam, selaku rektor di kampus tempat mereka menuntut ilmu.

"Kamu bisa obati luka kamu sendiri. Ini ada kotak P3K." Adam kemudian menyerahkan kotak obat pada Anjani serta kapas agar bisa mengobati bekas tamparan yang dilakukan oleh nenek Mirna. "Mau saya hubungi Sean sekarang?"

Tentu saja Anjani langsung mendongak dan menggelengkan kepalanya dengan panik. Sungguh dirinya tidak mau jika harus menghubungi Sean dan memberitahu pada pria itu tentang apa yang terjadi padanya. Terlebih lagi, suaminya itu saat ini sedang sibuk karena pemilihan CEO baru yang dilakukan secara ulang yang ditunda kemarin karena dirinya yang mendapatkan masalah.

"Jangan, Pak. Saya mohon jangan kasih tahu Mas Sean. Hari ini mas sangat sibuk dan saya tidak bisa merepotkan beliau dengan masalah kecil seperti ini," ujar Anjani menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah kalau begitu kamu obati sendiri luka kamu. Kalau tidak kamu mau saya panggilkan dokter?"

"Tidak perlu, Pak. Saya bisa mengobati luka saya sendiri."

Anjani mengambil kapas dan juga kotak obat di atas meja dan mulai mengobati lebam di pipinya bekas tamparan nenek Mirna yang terlihat sangat jelas di pipinya yang putih.

Hal ini tentu saja membuat Anjani khawatir dan berharap jika suaminya tidak menyadari ada perubahan di pipinya.

Anjani akan mencari ide agar suaminya tidak curiga. Anjani hanya takut saja jika pria itu akan melakukan sesuatu yang buruk pada nenek Mirna. Jelas ia bukan mengkhawatirkan nenek tua itu, hanya saja Anjani tidak mau Sean menemukan masalah hanya untuk membalas dirinya.

Melihat itu tentu saja Adam mengganggukan kepalanya. Namun, di dalam hatinya tentu saja ia tidak berjanji untuk tidak memberitahu Sean. Lebih baik dirinya yang memberitahu diawal daripada Sean mengetahui fakta ini dari mulut orang lain yang akan berakibat fatal.

Akhirnya Anjani pulang ke rumah dengan dijemput oleh sopir. Gadis itu membuka ikatan di rambutnya dan menggerai rambutnya hingga menutupi bagian pundak serta pipinya.

Anjani harus tiba di rumah sebelum Sean tiba.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang