Pagi ini Sean mengantar Anjani ke kampusnya. Niatnya setelah mengantar sang istri pergi ke kampus, ia akan pergi ke kantor pusat untuk memeriksa kondisi dan situasi di sana.
Meskipun perusahaan sudah ia serahkan kepada orang kepercayaannya, tetap saja ia tidak akan pernah benar-benar lepas tanggung jawab. Ia tidak mau jika perusahaan yang ia rintis dengan susah payah hancur di tangan orang lain.
Perusahaan utamanya berada di negara lain yang dikelola oleh putra sulungnya. Meskipun seandainya di sini hancur, ia masih memiliki banyak harta. Hanya saja, jika benar-benar hancur tentu saja ia akan dipandang orang sebelah mata. Tentu saja Sean tidak mau hal itu terjadi.
"Kiss me, Sayang."
Gerakan Anjani yang akan membuka pintu mobil terhenti ketika mendengar ucapan suaminya. Wanita muda itu kemudian memutar tubuhnya dan mengecup bibir Sean sambil memberi lumatan kecil.
"Aku berangkat, Mas."
Sean tersenyum dan membuka pintu mobil di sisi Anjani. "Kalau begitu belajar yang semangat, Manis. Nanti kalau kamu sudah mau pulang, kabari aku biar aku jemput."
"Iya, Mas." Anjani melempar senyum manis kemudian turun dari mobil. Wanita muda itu menunggu suaminya untuk pergi, namun kaca jendela justru terbuka.
Anjani menunduk sedikit dan bertanya, "kenapa lagi, Mas?"
"Kiss me, Honey. Dari jarak jauh tidak apa-apa. Soalnya, aku bakalan pisah sama kamu beberapa jam."
Anjani menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku suaminya. Namun, meski begitu, wanita muda itu memberi kecupan jarak jauh pada suaminya yang langsung pura-pura ditangkap Sean dan diletakkan di hatinya.
Melihat itu tentu saja Anjani hanya tersenyum geli. Namun, pria itu juga tidak lupa untuk memberi kecupan jarak jauh dan meminta Anjani untuk menerimanya.
Mau tak mau wanita muda itu akhirnya mengikuti apa keinginan suaminya. Jika tidak, Sean tidak akan pernah pergi sementara sudah ada banyak mahasiswa yang berdatangan dan melihat ke arah mobil Sean yang memang sedikit mencolok.
Akhirnya setelah saling memberi kiss jarak jauh, mobil yang dikendarai Sean melaju pergi. Melihat itu tentu Anjani merasa lega. Wanita muda itu kemudian memilih untuk masuk melalui gerbang kampus dan kebetulan bertemu dengan Haris yang sepertinya baru saja tiba.
"Kamu tadi berdiri di dekat mobil mewah itu kenapa, Anjani?" Haris bertanya dengan rasa penasaran yang tidak bisa ditutupi. Sejak tadi ia sudah memperhatikan bagaimana gerak-gerik Anjani saat berada di dekat mobil mewah tersebut.
"Aku tidak apa-apa." Anjani menjawab dengan santai sambil melangkah. "Kakak kenapa ada di sini?"
Anjani sengaja bertanya untuk basa-basi.
"Tadi aku sempat menunggu kamu. Tapi, tidak sengaja aku melihat kamu justru berdiri di samping mobil mewah itu."
"Oh." Anjani mengangguk paham.
Haris terus mengikuti Anjani sampai akhirnya ia nyaris tiba di kelasnya dan menghentikan langkah.
"Kakak kenapa ikut aku ke kelas?
Sadar jika sejak tadi ia mengikuti langkah Anjani, Haris menegakkan tubuhnya kemudian tersenyum kecil. Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum canggung.
"Oh, kalau begitu aku duluan. Bye, Anjani."
Anjani hanya mengangguk saat melihat Haris akhirnya pergi. Gadis itu kemudian masuk ke dalam kelas yang sudah ramai dan menunggu dosen pengajar tiba.
Sementara Sean sendiri yang sudah berada di kantor tepat di ruangan pribadinya sedikit dikejutkan dengan telepon dari sekretaris CEO.
Sekretaris CEO hanya menyebutkan jika ada Renia Wijayanto yang sudah menunggu di ruang tunggu.
Mendengar kedatangan Reni, mau tidak mau Sean akhirnya melangkah keluar dan langsung datang ke ruang tunggu.
Di lantai 25 ini hanya ada empat ruangan. Ruang pribadinya, ruang CEO, ruang sekretaris CEO, juga ruang untuk para tamu menunggu.
Pria itu membuka ruang tunggu kemudian melihat sosok Reni yang segera bangkit menyambut kedatangannya.
"Mas Sean. Aku sudah lama menunggu Mas datang."
"Oh, Reni. Ada apa kamu datang berkunjung pagi-pagi sekali?"
"Kemarin aku juga datang kemari, tapi kamu tidak ada di tempat. Sekretaris bilang kamu tidak hadir."
"Iya. Kebetulan saya sibuk. Ada perlu apa?" Sean mengambil posisi duduk di hadapan yang terhalang oleh meja. "Duduk di sofa kamu saja."
Sean memberi kode pada Reni agar wanita itu duduk di sofa tempatnya semula saat melihat Reni berniat untuk duduk di sebelahnya.
Reni tersenyum canggung kemudian duduk. "Aku kemarin bertemu dengan menantu kamu, Mas. Dia bersama seorang gadis muda. Menantumu bilang kalau gadis muda itu istri kamu. Itu tidak benar 'kan Mas?"
"Abel dan Anjani maksud kamu?"
"Iya. Gadis muda itu bernama Anjani kalau aku tidak salah ingat."
"Anjani memang istriku. Kami sudah menikah beberapa waktu lalu."
"Apa?" Reni terbelalak lebar mendengar langsung dari mulut Sean jika pria itu benar-benar sudah menikah. "Kamu benar-benar sudah menikah, Mas? Tapi kenapa harus dengan gadis muda itu? Dia bahkan tidak memiliki pengalaman apapun. Kenapa kamu tidak menikah denganku saja? Bukankah selama ini kita sudah cukup dekat?"
"Cukup dekat? Kapan kita menjadi teman dekat? Reni, sudah berapa kali saya katakan, saya tidak tertarik dengan kamu. Saya sudah jatuh cinta dengan istri saya, Anjani. Jadi, buang pikiran kamu tentang saya."
Sekali lagi Reni dibuat syok dengan pernyataan Sean. Ia tidak menyangka jika ia akan kalah dari seorang gadis muda yang bahkan tidak ada apa-apa dibandingkan dengan dirinya.
Reni pergi dengan amarah yang memuncak di hatinya. Wanita itu bertekad akan mendapatkan Sean dan menyingkirkan gadis muda yang tidak tahu apa-apa itu dari kehidupan Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...