58: Bongkar.2

5.9K 539 45
                                    

Anton Wijaya menatap pada cucu perempuannya dengan mata membelalak tak percaya.

"Laura, katakan sejujurnya apa yang terjadi?" bentak Anton penuh emosi.

Jelas saja Sean bukan lawan seimbangnya dan juga tidak mungkin ia bisa melawan pria yang ternyata sudah lama mengumpulkan bukti kejahatannya.

"A-aku tidak melakukan apa-apa, Opa. Om Sean hanya salah paham saja. Pasti simpanan Om Sean itu yang mengada-ngada. Dia mau menghasut supaya mama dan juga Om Sean putus," kata Laura penuh ketakutan.

Segera Sean menatap Laura dengan mata memicing kesal. "Siapa yang kamu bilang menghasut, hah? Kamu bilang apa tadi? Simpanan saya? Kamu pikir yang kamu celakai kemarin itu siapa? Itu Anjani, istri sah saya baik secara agama maupun hukum."

Kelopak mata Laura membelalak tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Sean. Gadis itu segera menatap mamanya yang kini sudah menundukkan kepalanya.

"Ma, itu tidak benar 'kan kalau Om Sean punya istri? Mama sendiri yang bilang kalau hubungan mama dan Om Sean sudah sangat serius. Tapi, cewek tidak tahu malu itu justru datang dan menggoda Om Sean. Mama bilang dia juga perempuan murahan--"

Laura belum selesai mengatakan kalimatnya ketika sebuah tamparan melayang ke pipinya. Kali ini Laura menoleh dan menatap pada kakeknya tak percaya jika beliaulah yang memberi tamparan ke pipinya.

"Opa tampar aku?"

"Kalau bisa, saya juga akan membunuh kamu andai saja kamu bukan cucu saya. Kamu mengerti tidak, kalau perempuan yang kamu bully dan sakiti fisiknya itu istri sah dari Pak Sean. Siapa yang bilang kalau dia istri simpanan dan juga selingkuhan Pak Sean? Laura, kamu mau tahu, kalau mama kamu itu mengada-ngada!" Anton Wijaya berteriak menatap pada cucunya. "Reni, lihat ini yang terjadi! Berkat kamu keluarga kita hancur dalam sekejap. Kamu memang anak tidak berguna yang hanya bisa membuat malu keluarga! Tidak cukup aib dulu kamu yang hamil di luar nikah? Tapi, lihat sekarang kamu kembali membuat keluarga kita malu. Kalau kamu tidak berguna untuk keluarga ini, setidaknya jangan membuat malu dan membuat hancur."

Napas Anton Wijaya memburu menatap pada anak dan cucunya yang sudah membuat kekacauan di keluarga mereka.

Saat ini yang harus dihadapi oleh Anton wijaya adalah kehancuran keluarganya sendiri. Perusahaan pasti berujung bangkrut dan ia berurusan dengan polisi akibat dari kasus-kasus yang pernah dilakukannya.

Sementara Sean yang melihatnya tersenyum puas. Apalagi kali ini melihat Laura yang menjadi bulan bulanan keluarganya sendiri.

Sean berjanji tidak akan memenjarakan Laura untuk saat ini karena menurut Sean akan terlalu enak kalau Laura hanya akan diam di penjara.

Pria itu kemudian memutuskan untuk pergi setelah memberikan serangan mutlak pada keluarga Laura.

Semua tamu undangan sudah diusir  oleh Anton Wijaya dan kini pria itu meluapkan emosinya dengan memberi cambukan pada ibu dan anak yang terus memohon agar Anton berhenti. Sayang sekali, Anton Wijaya yang sudah tersulut emosi kini membutakan mata hatinya.

Pria itu bahkan tidak peduli dengan anak dan cucunya yang sudah berdarah-darah. Sedangkan Randy beserta istri dari kakaknya dan keponakan yang menonton dalam diam bagaimana anak dan ibu itu mendapat perlakuan secara fisik oleh Anton Wijaya.

Tidak akan ada yang berani untuk melerai karena mereka juga masih sayang dengan nyawa mereka.

"Bawa mereka dan kurung mereka ke gudang sampai besok pagi!" perintah Anton pada anak buahnya.

Segera Laura dan Reni yang sudah tidak sadarkan diri kemudian diseret masuk ke dalam sebuah gudang yang tidak terpakai lagi.

Keduanya yang sudah babak belur kini tergeletak di dalam gudang yang sudah dikunci dari luar.

"Hancur sudah usaha yang sudah aku bangun mati-matian! Anak dan ibu memang sama saja!" Anton yang merasa kesal menghancurkan seisi ruang tamu hingga banyak pecahan kaca berserakan membuat anggota keluarga inti yang lain berusaha untuk bergerak sedikit menjauh darinya.

Sementara di sisi lain, papanya Tantri baru saja masuk ke dalam rumah dan segera melayangkan tamparan keras ke pipi anak perempuannya itu.

Hal ini tentu saja membuat dua orang kakak laki-laki Tantri bersama mamanya terkejut melihat perlakuan Papa mereka pada Tantri.

Tantri termasuk anak yang disayang dan bahkan lebih disayangi daripada kedua kakak laki-laki lainnya. 

Ketika Papa mereka datang menamparnya tentu saja membuat mereka terkejut setengah mati.

"Papa! Papa kenapa menampar Tantri? Memangnya dia ada salah apa?" Mamanya Tantri segera berteriak dan menghampiri suami serta anaknya. Tidak lupa wanita itu juga memeriksa pipi putrinya yang sudah memerah serta bibir yang mengeluarkan sedikit darah.

"Kamu tanyakan ke anak kamu ini apa yang sudah dia lakukan!" Papanya Tantri yang masih tersulut emosi berteriak marah.

Hal ini tentu saja mengejutkan mamanya Tantri serta anak-anaknya yang lain karena ini untuk pertama kalinya pria itu berteriak marah di hadapan mereka.

"Tantri, kamu kenapa, Nak? Tolong jelaskan ke Mama apa yang sebenarnya terjadi," bujuk mamanya Tantri dengan suara lembut.

Tantri mengangkat kepalanya dengan derai air mata yang menetes membasahi kedua pipinya karena rasa sakit yang luar biasa. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan menyahut, "aku juga tidak tahu kenapa, Ma."

Sungguh Tantri juga tidak tahu menahu apa yang menyebabkan papanya begitu marah dengannya.

"Kamu masih tidak menyadari apa yang kamu lakukan? Kamu mau tahu tidak, kamu yang ikut dalam kekerasan pembullyan di kampus tempat kamu belajar! Kamu tahu apa yang sudah kamu hasilkan? Papa dipecat dari kantor. Harusnya tahun ini Papa sudah naik jabatan, tapi alih-alih naik jabatan, Papa justru dipecat secara tidak hormat. Kamu tahu alasannya? Ini semua gara-gara kamu, Tantri! Kamu menghancurkan impian Papa untuk menjadi manajer di kantor papa! Kamu menghancurkan keluarga kita karena tidak bisa menghasilkan banyak uang lagi. Kamu penghancur semuanya!"

Pernyataan dari papanya Tantri tentu saja mengejutkan yang lain termasuk Tantri sendiri.

"T-tapi Pa, aku tidak mengerti maksud Papa. Apa maksud Papa itu Anjani? Tapi, dia bukan siapa-siapa. Dia tidak punya wewenang untuk bisa memecat papa." Tantri tentu saja menolak gagasan tersebut. Lagi pula Anjani hanya perempuan selingkuhan dan tidak akan memiliki wewenang hanya untuk memecat papanya yang sudah memiliki jabatan lumayan tinggi di kantor.

"Kamu bilang dia tidak punya wewenang? Asal kamu tahu, Tantri, perempuan yang kamu bully sampai dia masuk ke rumah sakit itu, merupakan istri dari pemilik perusahaan cabang tempat Papa bekerja! Mimpi Papa untuk masuk ke perusahaan pusat harus urung karena gara-gara kamu. Selamat ya, Nak, keluarga kita tidak akan bisa hidup dengan nyaman seperti ini lagi. Tunggu saja 1 tahun ke depan kita akan menggembel!"

Pria itu menatap putrinya dengan bengis kemudian langsung berbalik masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya.

Sedangkan Tantri diam membeku mendengar apa maksud dari ucapan dari papanya itu.

"Istri dari pemilik perusahaan utama tempat Papa bekerja?" Bibir Tantri bergetar hebat memikirkan apa yang diucapkan oleh papanya. "Apa maksudnya ini? Bukannya Laura sendiri yang bilang kalau dia selingkuhan dari pacar mamanya?"

Tantri menggelengkan kepalanya sementara kedua kakak laki-lakinya yang merasa kesal dengan sikap yang dilakukan oleh Tantri langsung berbalik pergi setelah meninggalkan kata-kata yang menghancurkan perasaan Tantri.

"Hibur itu, Ma, anak kesayangan kalian yang menghancurkan keluarganya sendiri." Salah satu kakak dari Tantri berucap sinis sebelum menarik adiknya untuk pergi dari hadapan Mama serta adik bungsu mereka.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang