22: Laura

13.5K 678 19
                                    

Sean mengambil jas yang tersampir di belakang kursinya kemudian melangkah keluar dengan siulan di bibirnya.

Ada senyum cerah yang terpampang nyata di wajah tampan pria itu.

Langkah kakinya yang ringan membawanya menuju lift yang langsung membawanya ke basemen kantor.

Hari sudah mulai sore dan sudah waktunya ia untuk menjemput sang istri yang sekarang berada di kampus.

Melajukan kendaraan roda duanya, Sean akhirnya tiba di kampus dan langsung pergi menuju ruang di mana Adam berada.

Kebetulan, saat Sean akan mengetuk pintu, pintu terbuka dan sosok seorang gadis muda keluar.

Menyingkir sedikit untuk mempersilakan gadis itu melewatinya, Sean akhirnya masuk dan menutup pintu belakang.

"Kamu punya selingkuhan daun muda?" tanya Sean tanpa basa-basi.

Adam yang saat ini sedang menatap berkas di tangannya hanya menggelengkan kepala dengan tuduhan sahabatnya ini.

"Aku masih waras untuk punya selingkuhan, Mas. Istriku juga masih muda dan cantik. Untuk apa aku mencari perempuan lain?" Pria itu menyahut dengan santai kemudian mempersilakan Sean untuk duduk. "Mas mau ada perlu apa lagi? Bukannya mahasiswi incaran mas udah sah menjadi istri mas?"

"Tidak apa-apa. Memangnya aku tidak boleh mengunjungi kamu? Lagi pula aku datang ke sini untuk menjemputnya yang masih berada di kelas." Sean berkata dengan santai sambil meletakkan kunci mobilnya di atas meja. "Ngomong-ngomong, jam segini kamu belum pulang juga?"

"Belum, Mas. Masih ada banyak hal yang harus aku kerjakan," sahut Adam.

Sean menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana untuk melihat apakah ada pesan masuk di ponselnya.

Ternyata sang istri sudah memberi pesan untuk menunggunya di ruang rektor saja. Jadi, beberapa menit menunggu akhirnya pintu ruangan diketuk membuat pria itu bangkit berdiri dan membukakan pintu untuk sang istri.

"Sa--"

Sean langsung menutup kembali mulutnya ketika melihat yang berdiri di hadapannya bukan sang istri melainkan mahasiswi lain yang juga tampak terkejut ketika melihat keberadaannya di sini.

"Om Sean?" Gadis itu menyapa Sean dengan senyum manis, ketika sadar siapa sosok yang berdiri di hadapannya.

"Iya. Kamu siapa?"

"Om lupa sama aku? Aku Laura, anaknya Mama Reni. Waktu itu kita pernah kenalan di pesta," ujar gadis itu bersemangat.

"Oh, mungkin aja. Soalnya saya lupa." Sean berkata dengan jujur karena ia tidak mengingat pernah berkenalan dengan gadis di hadapannya ini. "Kamu ada perlu sama Adam? Silakan masuk."

Pria itu menyingkir dari pintu kemudian mempersilakan Laura untuk masuk.

"Om Sean di sini ngapain?"

"Saya ada urusan."

"Oh. Kalau begitu aku masuk dulu, ya, Om." Laura tersenyum menatap Sean sebelum akhirnya ia melangkah masuk ke dalam ruangan Adam.

Sementara Sean sendiri lebih memilih untuk menunggu istrinya di depan ruangan daripada harus mendengar Adam berbincang dengan salah satu mahasiswanya.


Tak lama setelah menunggu, sosok Anjani terlihat dari ujung koridor, membuat pria itu menegakkan tubuhnya dan melempar senyum manis pada sang istri yang sepertinya juga baru menyadari kehadirannya.

Sean  melambaikan tangannya kemudian melangkah. Tanpa menunggu aba-aba, pria itu langsung memeluk istrinya dan mencium gemas pipi Anjani hingga membuat bulu kuduk perempuan itu merinding.

"Mas, nanti kalau ada orang lihat bagaimana?"

"Tidak akan ada, Sayang. Lagipula koridor ini juga sepi," kata Sean pada Anjani. Pria itu melepaskan pelukannya kemudian menatap sang istri dengan senyum manis yang menghiasi wajah tampannya. "Mau pulang sekarang?"

"Aku kangen sama ibu. Tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini aku selalu memikirkan ibu. Boleh, Mas?" Anjani mendongak menatap melas pada sang suami yang langsung mengangguk dengan antusias.

"Of course, Honey. Kita ke tempat ibu dan beli dulu makanan untuk mereka yang menunggu di rumah sakit."

Anjani tersenyum dengan puas hati. Merasa sangat bersyukur karena Sean mau mendengarkan apa yang diinginkannya.

Perempuan itu dengan penuh semangat menggandeng lengan Sean dan melangkah menyusuri koridor yang sepi menuju parkiran tempat di mana mobil Sean berada.

Pria itu dengan gentleman membukakan pintu depan untuk sang istri. Tak lupa memberikan kecupan di sudut bibir Anjani sebelum menutup pintu dan melangkah dengan santai menuju balik kemudi.

"Siap, Sayang?"

Anjani mengangguk sebagai jawaban.

Segera, Sean menyalakan kendaraannya kemudian melaju membelah jalanan kota membeli makanan terlebih dahulu sebelum akhirnya mobil kembali melaju menuju rumah sakit tempat di mana Bu Dewi  dirawat.

Setelah tiba di parkiran, Sean dengan semangat turun dari mobil dan membukakan pintu untuk istrinya terlebih dahulu, baru kemudian membawa plastik besar yang sengaja diletakkan di bagian belakang agar tidak mempersulit istrinya untuk memangku makanan tersebut.

Sean menggenggam tangan Anjani sambil melangkah menuju lantai di mana tempat Bu Dewi dirawat.

Setelah tiba di depan ruangan Bu Dewi,  Anjani mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum mendorongnya. Perempuan itu tersenyum melihat ibunya yang saat ini sedang menonton televisi.

"Bu." Anjani mendekat kemudian mencium pipi ibunya, sementara Sean meletakkan makanan di atas nakas dan mengangguk dengan hangat pada Bu Dewi.

"Kalian dari mana?" Bu Dewi bertanya dengan suara lembutnya.

"Tadi aku habis dari kampus terus dijemput sama mas Sean. Baru kami ke sini, Bu." Anjani menjawab sambil menatap pada Sean yang menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang diucapkannya.

Bu Dewi tersenyum merasa bahagia karena putrinya akhirnya bisa menemukan seseorang yang bisa melindunginya. Akhirnya Bu Dewi bisa tenang jika suatu hari nanti Tuhan memanggilnya.

Sean dan juga Anjani sibuk mengobrol dengan Bu Dewi. Sementara perawat yang biasa menjaga Bu Dewi saat ini sedang pulang karena ada urusan yang harus diselesaikan dan akan kembali dalam beberapa waktu.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang