Sean pulang ke rumah kemudian membersihkan diri. Pria dengan wajah yang tampan meski usianya sudah tidak muda lagi itu langsung bergerak naik ke atas tempat tidur, menghampiri istrinya yang ia tahu saat ini sedang pura-pura tidur.
"Sayang," panggil Sean dengan manis. "Kangen tahu tidak kalau aku tidak bertemu kamu selama 1 jam lebih. Di klub malam juga aku tidak fokus," rengek Sean sambil memutar tubuh Anjani. Pria itu menyungging senyum miring saat melihat bola mata Anjani yang bergerak.
Tangannya bergerak mengusap kening Anjani, kemudian beralih ke bola matanya, baru kemudian telunjuk Sean ditekan ke arah pipi Anjani dan menggelitikinnya hingga membuat perempuan cantik itu membuka kelopak matanya dan tersenyum manis.
"Mas, geli," keluh Anjani.
Sean mendekatkan wajahnya pada sang istri kemudian memberi kecupan di bibir perempuan cantik itu.
"Habisnya kamu mengabaikan Mas sendiri. Pura-pura tidur segala," ujar Sean pada istrinya.
"Hmm. Mas sendiri yang lama makanya aku tiduran aja di kasur."
"Maaf, ya, Sayang. Tadi itu mas mau pulang terus ditahan-tahan sama mereka. Ngomong-ngomong, sayangnya Mas ini sudah makan belum?"
"Udah tadi. Mas sendiri, di klub malam memangnya ada makanan?"
Meskipun Anjani bekerja keras sebelumnya namun ia belum pernah menginjakkan kaki di sebuah klub malam. Anjani hanya bekerja di sebuah restoran dan juga toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Perempuan cantik itu beberapa kali ditawari bekerja di klub malam sebagai pelayan karena gajinya lumayan apalagi tips-tips dari pelanggan. Hanya saja ibunya menentang keras dan mengancam tidak akan pernah mau berobat atau minum obat jika ia mengetahui Anjani bekerja di tempat seperti itu.
"Di klub malam mana ada makanan yang mengenyangkan, Sayang. Makanya itu tadi Mas makan dulu di bawah sebelum naik ke atas." Sean merapatkan tubuhnya pada Anjani dan memeluk istri cantiknya itu. Tidak lupa tangannya bergerak mengusap rambut Anjani yang sangat halus dan lebat tentunya. "Istrinya aku ini apa 'sih kurangnya? Sudah cantik, manis, dan selalu saja membuat jantungku berdebar." Sean tersenyum manis menatap Anjani.
"Manusia itu ada kurangnya kok, Mas. Hanya saja mungkin masnya belum melihat kekurangan aku. Buktinya aku juga kekurangan dalam hal finansial. Juga tidak secantik yang Mas bilang," ujar Anjani menatap suaminya.
"Tapi, di mataku kamu adalah wanita tercantik yang bisa membuat jantungku berdebar kencang. Pokoknya tidak ada yang lain." Sean bergerak mengecup bibir Anjani, membuat perempuan cantik itu merona malu.
Sean menyentuh piyama yang dikenakan Anjani dan membuka kancingnya satu persatu. Pria itu kemudian mengeluarkan satu buah dada sang istri untuk ia kulum sambil tidur seperti ini. Ini adalah hal biasa yang sering dilakukan oleh Sean saat akan tidur. Tidak tahu kenapa ia hobi sekali memasukkan puting buah dada sang istri ke dalam mulutnya, layaknya bayi.
"Hmmm."
Lidah pria itu bergerak di atas tonjolan kecil milik Anjani hingga membuat perempuan cantik itu mendesah.
Kebiasaan suaminya memang seperti itu dan anehnya jika dilarang, Sean justru merajuk dan minta dibujuk.
Usia pria ini memang sudah tua, tapi kelakuannya jika di dalam kamar mirip seperti bayi yang ingin dikelonin dimanja.
Sean semakin merapatkan tubuhnya dengan Anjani dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang sang istri sampai akhirnya keduanya sama-sama terlelap menuju alam mimpi bersama dengan saling mendekap erat.
___
Berita tentang Anjani yang diserang oleh seorang wanita tua tentu saja langsung menyebar ke seluruh kampus. Ada banyak spekulasi yang mengatakan jika hidup Anjani memang penuh dengan masalah. Bahkan, berita tentang perempuan cantik itu yang bisa saja menjadi simpanan om-om juga ikut menyebar.
Beruntungnya Anjani berada di kelasnya sehingga ia tidak mendengarkan kalimat-kalimat menyakitkan yang dilontarkan untuknya.
Teman di kelasnya juga tidak ikut campur karena itu bukan urusan mereka, selama Anjani sendiri tidak mengganggu mereka tentunya.
Perempuan cantik itu saat ini tengah menunduk sambil membaca buku sebelum dosen datang.
Tak lama kemudian pintu ruang kelas terbuka dengan kasar membuat orang-orang yang berada di dalam kelas tersentak dan menoleh menatap ke arah pintu.
Ternyata yang berdiri di depan pintu adalah sosok seorang gadis bersama dua orang temannya.
Mereka adalah Laura bersama Niken dan juga Tantri. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekitar dan kemudian mencari sosok yang ada di foto mamanya, sampai kemudian ia menemukan Anjani yang berada di pojok ruangan.
Laura segera menghampiri Anjani dan merebut buku yang ada di tangan perempuan itu dan membantingnya di lantai. Aksi yang dilakukan Laura tentu saja semakin membuat orang-orang di kelas terkejut.
Tidak ada yang menyangka jika Laura akan datang kemari dan membuat ulah dengan mengganggu Anjani.
"Kamu yang namanya Anjani? Perempuan tidak tahu diri yang menjual diri hanya ingin menjadi pasangan dari orang kaya?" Ini adalah pertanyaan yang cukup menyakitkan untuk Anjani namun perempuan cantik itu hanya menanggapinya dengan biasa.
"Kamu siapa dan apa kita saling mengenal?" Anjani bertanya dengan suara lemahnya. Tidak ada ketakutan sama sekali dari ekspresi wajahnya yang terlihat.
Dalam satu minggu ini ia sudah berapa kali diserang oleh orang-orang yang ia sendiri tidak tahu apa permasalahannya.
"Kamu mau tahu siapa aku? Aku adalah anak dari perempuan yang kekasihnya kamu rebut. Apa tidak ada laki-laki yang lebih muda yang bisa kamu ambil? Kenapa harus pacar mamaku? Kamu terlalu tidak punya harga diri dan murahan."
Kening Anjani mengerut menatap Laura dengan datar. "Pacar Mama kamu yang mana yang aku rebut? Soalnya aku tidak pernah merasa merebut siapapun dari siapapun. Kamu mungkin salah orang."
Merasa geram dengan balasan yang diucapkan oleh Anjani membuat Laura segera mendorong kepala gadis itu. Aksinya tentu saja membuat Anjani memejamkan matanya dan berusaha untuk mencoba sabar.
"Maling mana ada yang mau mengaku. Kalau kamu punya harga diri jauhi Om Sean karena sebentar lagi mamaku akan menikah dengan om Sean. Kalau kamu masih berani untuk dekat-dekat dengan om Sean lagi, aku tidak segan untuk memberi kamu perhitungan."
Setelah berdecih sinis, Laura kemudian membawa teman-temannya pergi keluar dari kelas dengan wajah angkuh.
Anjani sendiri hanya memejamkan matanya berusaha untuk menenangkan diri agar tidak terpancing emosi. Perempuan cantik itu menarik napas beberapa kali sebelum akhirnya ia bergerak mengambil bukunya yang dilemparkan oleh Laura.
Kenapa ia harus menjauh dari suaminya sendiri? Apa ada kesalahpahaman di sini? Batin Anjani bertanya-tanya. Perempuan itu mengangkat bahunya dan mulai membaca buku di tangannya daripada memikirkan gadis-gadis yang menyerbunya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...