Saat akan melangkah keluar dari kampus tempatnya menuntut ilmu, langkah Anjani tiba-tiba terhenti ketika melihat mobil Sean berdiri tak jauh dari gerbang.
Takut jika ada orang yang akan mengenalinya, Anjani segera berbalik ke arah lain yang berlainan arah dengan mobil Sean.
Gadis itu sudah beberapa hari ini berhasil menghindari pria berusia 45 tahun itu. Semenjak terakhir mereka melakukan percintaan di kamar mandi rumahnya, keesokan harinya Anjani langsung menghindar dari Sean bagaimanapun caranya. Termasuk di tempat ia bekerja pun Anjani bersikap seolah ia tidak mengenali Sean.
Anjani merasa malu dengan tingkah lakunya yang menyerahkan diri dengan sukarela pada pria yang bukan suaminya. Kadangkala sambil bekerja atau saat mengerjakan tugas kuliah, ia mengingat bagaimana ia dengan pasrah menyerahkan diri pada Sean. Hal inilah yang membuat Anjani merasa malu.
"Anjani, tunggu!"
Suara teriakan Sean langsung membuat Anjani tanpa sadar mempercepat larinya. Tanpa melihat ke kiri dan ke kanan, gadis itu segera menyeberang jalan dan menyetop taksi yang kebetulan lewat. Biarlah ia keluar uang saat ini, tidak masalah yang penting baginya ia bisa selamat dari jangkauan Sean.
Anjani dapat melihat bagaimana pria dengan setelan jas hitam itu berdiri di pinggir jalan sambil menatap tajam ke arah taksi yang sedang ia tumpangi.
"Cepat sedikit, Pak," suruh Anjani pada sopir. Gadis itu takut jika Sean berhasil mengejarnya. Maka dari itu setelah tiba di restoran tempatnya bekerja, ia akan langsung menyembunyikan diri di dalam restoran. Bila perlu ia akan mengambil alih tugas mencuci piring agar ia tidak perlu keluar dan bertemu dengan pria itu.
"Kamu mau coba main petak umpet sama aku, Anjani?" Sean terkekeh dingin menatap punggung mobil dengan mata tajamnya.
Sean menganggukkan kepalanya dan melangkah menuju mobilnya yang terparkir di depan kampus. Pria itu berniat untuk langsung kembali ke kantornya sambil merencanakan untuk mendapatkan Anjani menjadi miliknya.
Sesampainya di kantor, sudah ada Alex yang menunggunya. Alex adalah teman dekat Sean yang tahu seluk beluk semua hal tentang Sean.
"Kamu perlu suntikan dana lagi?" Sean langsung bertanya tanpa basa-basi pada temannya itu. Bulan lalu, Alex datang menemuinya meminta tolong agar ia mau menyuntikkan dana ke perusahaannya yang nyaris kolep.
"Tidak." Alex menggelengkan kepalanya. "Aku di sini justru mau mengembalikan uang yang aku pinjam bulan lalu."
"Secepat itu kamu mengembalikannya? Bagaimana bisa?" Sean menatap Alex tidak percaya. Akan banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan perusahaan dalam posisi semula. Jadi, hal ini tentu saja membuat Sean merasa aneh karena Alex sudah tiba-tiba mengembalikan dananya.
"Aku sengaja membuat berita kalau perusahaanku terancam bangkrut dan aku meminjam dana padamu untuk melakukan sesuatu."
"Apa itu?"
"Aku hanya menguji Andien, apakah dia masih setia atau pergi meninggalkanku setelah tahu aku bangkrut," sahut Alex dengan jujur.
Hal itu tentu saja membuat Sean mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa seperti itu? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau Andien itu adalah istri yang nyaris sempurna untuk kamu?"
"Aku tahu. Hanya saja, dia terlalu sempurna untuk menjadi istri. Tidak ada celah sama sekali. Jadi, aku curiga bisa saja dia menyembunyikan sesuatu. Tapi ternyata, dia memang benar-benar tulus padaku. Dia bahkan tidak meninggalkan aku meski aku bangkrut." Raut wajah Alex terlihat frustrasi, membuat Sean mengangkat sebelah alisnya.
"Lalu, ada masalah apa lagi?"
"Saat ini dia benar-benar marah padaku. Bahkan, berniat untuk menceraikan aku. Dia bilang, rumah tangga tanpa kepercayaan sama seperti perahu berlayar tanpa nahkoda." Alex mendengus mengingat apa yang diucapkan oleh istrinya. Sebagai laki-laki yang pernah ditinggal oleh calon istri dan anak yang ditinggalkan oleh ibu, Alex tentu saja berjaga-jaga untuk melindungi dirinya dari rasa sakit hati. Hanya saja Andien menganggap jika apa yang ia lakukan sungguh mengecewakan wanita itu.
"Itu kesalahan kamu sendiri. Kamu harus mencoba untuk memperbaiki apa yang sudah kamu perbuat. Itupun kalau kamu mempertahankan Andien." Sean membalas dengan santai. "Saat ini juga aku sedang memikirkan rencana untuk membuat perangkap agar kucing liar-ku bisa masuk."
Alex spontan mendongak menatap temannya dengan tak percaya. "Kamu masih belum bisa meluluhkan hati perempuan itu? Wah, kamu tidak seperti Sean yang aku kenal."
"Untuk mendapatkan berlian yang mahal, kita memang harus berjuang dan berkorban sedikit. Berbeda kalau untuk mendapatkan batu kali, akan sangat mudah, Lex. Begini-begini, aku juga masih normal untuk mencari wanita yang layak untuk mendampingi hidupku. Tidak usah membahas soal materi, cukup wanitanya cantik, pintar, baik, dan memiliki perhatian yang lebih untuk kita."
"Yah ... Yah ... Tidak ada juga yang memintamu untuk mendekati wanita materialistis, seperti sebelum-sebelumnya," sahut Alex acuh.
Berteman dengan Sean meskipun mereka berbeda usia, membuat Alex nyaman menceritakan semua keluh kesahnya. Pria itu tidak segan menceritakan rahasianya pada Sean, begitu pula sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...