Senyum Sean terus mengembang sambil terus merangkul pinggang istrinya. Pria itu tentu merasa sangat senang karena malam minggu seperti ini ia menghabiskan waktu dengan acara double date bersama Adam yang membawa istrinya.
Malam ini Sean berencana untuk kencan sepuasnya dengan sang istri.
Pakaian couple dikenakan oleh keduanya. Sean mengenakan kemeja berwarna merah marun, begitu juga dengan Anjani yang mengenakan kemeja berwarna merah marun yang dipadupadankan dengan rok sedikit di atas lutut. Sedangkan bagian bawah Sean mengenakan celana berwarna hitam yang membuatnya tampak lebih muda dari usianya.
Di belakang, ada Adam dan Kirana--istri adam--yang sudah berkenalan dengan Anjani.
Usianya 2 tahun lebih tua dari Anjani, maka dari itu Anjani memanggilnya dengan sebutan 'Mbak' yang langsung disetujui oleh Kirana.
"Bagaimana kalau kita menonton film horor?" Sean meminta pendapat istrinya.
"Boleh, Mas."
Pria itu juga menoleh ke belakang dan menatap pada Adam. "Dam, bagaimana kalau kita menonton film horor?"
Adam tidak langsung menjawab pertanyaan Sean. Pria itu menunduk dan menatap istrinya. "Bunda mau menonton film horor tidak?"
"Boleh. Tapi, ayah jangan tinggalin bunda ya. Soalnya bunda takut kalau nonton-nonton film horor seperti itu. Tapi, bunda juga penasaran," ujar Kirana dengan suara manjanya.
Adam yang berada di sebelah istrinya tersenyum sambil mengusap kepala Kirana dengan sayang. "Iya. Ayah pasti bakalan melindungi bunda dari pandangan horor itu." Tatapan Adam kemudian beralih menatap pada Sean yang masih menunggu jawaban dari mereka. "Istriku mau, Mas."
Baru kemudian Sean mengangguk dan melanjutkan kembali langkah mereka mencari bioskop. Dalam hati Sean berpikir dan berandai-andai jika Anjani bisa bersikap manja seperti apa yang dilakukan oleh Kirana pada Adam. Meski iri pada sahabatnya itu, Sean tidak bisa menuntut agar Anjani bisa seperti Kirana.
Pengalaman hidup Anjani lebih berat dari apa yang dialami oleh Kirana. Mungkin ini juga yang membentuk kepribadian Anjani untuk menjadi perempuan yang mandiri. Meski begitu, Sean bertekad jika ia pasti akan memanjakan istrinya sendiri tanpa diminta.
Memasuki bioskop setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya mereka mendapat posisi yang pas.
Film belum dimulai dan Sean sudah mulai berbicara dengan hangat pada istrinya. Posisinya Anjani berada di pojok pinggir, dirinya di tengah, di sebelahnya ada sosok Adam, lalu di sebelah Adam ada Kirana.
"Aku bahagia sekali kita bisa kencan seperti ini. Minggu depan kita kencan lagi, yuk? Bagaimana?" Sean menatap Anjani dengan penuh harap.
Anjani belum pernah berpacaran dan Sean akan membuat Anjani merasakan indahnya masa-masa remaja meski sudah menikah dan mengalami masa di mana istrinya itu bisa kencan bersama laki-laki seperti dirinya.
Ah, hanya dirinya seorang yang bisa berkencan dengan istrinya ini, ujar Sean di dalam hatinya.
"Boleh juga, Mas. Kalau begitu, nanti kita pakai baju couple lagi?" Anjani menatap pada suaminya dengan pertanyaan yang jelas. Pasalnya, sore tadi suaminya menghilang beberapa waktu sebelum kembali dengan membawa paper bag berisi pakaian couple mereka.
"Iya. Nanti mas yang carikan lagi baju couple yang bagus untuk kita berdua. Bagaimana? Kamu suka dengan pilihan pakaian yang aku belikan untuk kamu?"
Anjani tersenyum dan menjawab, "tentu saja aku suka. Terima kasih banyak, Mas."
Tangan Sean bergerak mengusap kepala Anjani dan mengecup keningnya. "Tidak usah berterima kasih karena memang itu hal yang harus dilakukan oleh suami untuk istri."
Baru kemudian mereka kembali memulai tontonan dengan Anjani yang tetap tenang karena ia tidak memiliki rasa takut sama sekali.
Hantu bukan lah masalah baginya, apalagi hanya di layar. Terlebih lagi Anjani sudah terbiasa hidup keras pulang malam-malam sekali setelah seharian bekerja.
Usai menonton dengan film yang agak menegangkan untuk sebagian orang, mereka kemudian keluar dan mencari restoran untuk mengisi perut. Meskipun ada cemilan, entah mengapa rasanya agak kurang memuaskan.
"Film tadi sangat seru. Endingnya memang sudah aku tebak jika dialah pelakunya."
Anjani langsung menoleh menatap suaminya. "Kok mas bisa tahu dia pelakunya? Sedangkan kita tadi juga semua agak terkejut karena di antara orang-orang itu, kalau dia pelakunya. Agak plot twist 'sih menurut aku."
"Kamu jangan salah, Sayang. Justru orang-orang yang tidak terlihat berbahaya itulah yang paling berbahaya. Pura-pura polos seolah dia tidak mengerti apa-apa, itu bisa saja jadi kamuflase."
"Lagi pula dari awal gelagatnya memang udah paling tidak mencurigakan." Adam menyeletuk.
"Berarti pandangan orang dewasa itu memang sangat luas dan hebat, ya. Aku saja sampai takjub melihat ayah dan Om Sean yang bisa menebaknya dari awal," ungkap Kirana penuh kekaguman.
Kirana memang memanggil Sean dengan sebutan 'Om' karena wanita itu sudah cukup lama mengenal Sean jauh sebelum dia menikah dengan Adam.
Tak lama kemudian, makanan mereka datang dan mereka menyantapnya dengan tenang.
Tiga orang gadis memasuki area restoran dengan penampilan modis ala anak kota. Di antaranya mereka adalah Laura, yang sepertinya melihat keberadaan Sean dengan beberapa orang.
"Lho, itu om Sean sama siapa? Kok ada perempuan di antara mereka?" Laura berkata pada kedua temannya membuat mereka segera mengalihkan tatapan dan mengikuti arah pandang Laura.
"Om Sean siapa, Lau?" Tantri menoleh menatap pada sahabatnya dengan bingung pasalnya ia juga tidak mengenal siapa laki-laki bernama Sean tersebut.
"Om Sean itu gebetan Mama aku. Dia laki-laki yang kaya raya dan usahanya banyak sekali. Kata mamaku kalau hartanya tidak akan bisa habis tujuh keturunan. Bahkan, anak-anaknya yang ada di luar negeri juga pengusaha kaya raya alias millionaire." Laura menceritakan dengan semangat siapa Sean dan ada sedikit kebanggaan dari raut wajahnya bisa mengenal sosok tajir seperti Sean.
"Memangnya Om Sean itu tidak punya istri? Takutnya Mama kamu justru mendekati pria beristri." Kali ini Niken berujar sambil menatap pada temannya itu.
Orang ketiga adalah hal yang paling dibenci oleh Niken karena keretakan rumah tangga kedua orang tuanya berasal dari orang ketiga.
"Tentu saja Om Sean tidak punya istri. Kalau dia punya istri mana mau mamaku dengan dia."
"Tapi Om Sean kamu itu terlihat sama perempuan. Apa mungkin anaknya?" Tantri menatap pada sosok perempuan di sebelah Sean dan melihat bagaimana pria itu memperlakukan perempuan yang seusia dengan mereka dengan sangat lembut dan memanjakan.
"Mungkin itu anak perempuan angkatnya kali. Aku juga tidak tahu pasti. Tapi, yang pasti dia itu tidak punya istri. Itu kata mamaku."
Kedua teman Laura menganggukkan kepala mereka. Kemudian Laura tidak ingin mengganggu Sean, mereka segera bergegas untuk mencari meja kosong.
Bagaimanapun perut mereka harus diisi karena tidak nyaman untuk keliling dalam keadaan perut yang kosong.
Midnight sale bakal dilakukan beberapa saat lagi, dan butuh tenaga untuk bertempur. Bagi Laura dan kedua temannya, ini adalah surga para wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...