Mobil yang dikendarai oleh Sean melaju memasuki area perkomplekan tempat di mana lokasi Anjani saat ini berada.
Pria itu kemudian melihat istrinya berdiri di depan gerbang ditemani oleh beberapa orang tidak dikenalnya.
Mobil kemudian berhenti tepat di depan Anjani dan Sean pun langsung turun.
"Mas." Melihat keberadaan suaminya, Anjani langsung bergerak mendekati Sean dan memeluknya. "Maaf, aku merepotkan Mas sampai harus mengganggu pemilihan yang Mas bicarakan tadi," ujarnya meminta maaf.
Sean membalas pelukan istrinya itu. "Tidak perlu meminta maaf karena ini memang sudah tugasku untuk menjaga dan melindungi kamu. Kamu baik-baik saja 'kan?"
Anjani melepaskan pelukannya kemudian menganggukkan kepala. Melihat hal itu tentu saja Sean tampak lega.
"Ayo, mau pulang sekarang?" tawar Sean, yang langsung mendapat anggukan dari Anjani.
Sean kemudian berbalik dan membuka pintu untuk istrinya, namun gerakannya ditahan oleh seorang pria.
Pria itu mengenakan setelan pengawal, yang langsung ditepis oleh Sean. Ekspresi wajahnya berubah dingin tidak menyenangkan menatap orang yang dengan berani menyentuhnya.
"Siapa kamu? Berani sekali kamu menyentuh saya." Sean bertanya dingin tanpa rasa takut sama sekali.
"Saya adalah pengawal Pak Hartono. Nona Anjani di sini datang karena diundang oleh Pak Harto."
"Terus apa hubungannya dengan istri saya? Kami tidak mengenal siapa Pak Harto dan siapa kalian."
Sean kemudian berbalik dan sekali lagi tangannya akan ditahan namun pria itu langsung memelintir tangan pengawal tersebut.
Tidak lupa Sean juga melemparkan tendangan pada tubuh pengawal yang dengan berani untuk menyentuhnya.
"Saya tidak senang melihat perilaku kamu. Jadi, jangan buat saya marah." Pria itu merapikan jas yang dikenakannya kemudian berbalik masuk ke dalam mobil setelah memastikan seatbelt terpasang di tubuh istrinya.
Segera mobil melaju pergi meninggalkan area perumahan tempat di mana Pak Harto dan keluarganya tinggal.
Sementara di lantai 2 rumah tersebut, sosok perempuan yang tadi berbicara pertama kali dengan Anjani berdiri sambil menyunggingkan senyum sinis.
"Dasar perempuan murahan. Mau-maunya saja dipegang sama laki-laki yang sudah tua. Oh, kakek juga bilang kalau dia sudah menikah dengan laki-laki itu. Ck, ibunya wanita murahan dan anaknya juga sama seperti itu," ujar Siska sambil melipat tangan di dada.
Siska merupakan anak bungsu Halimah dan juga suaminya. Halimah sendiri merupakan anak tertua dari Pak Harto yang memiliki tiga orang anak. Dua di antaranya laki-laki dan hanya Siska yang perempuan.
Begitu juga dengan Hani yang hanya memiliki dua orang anak laki-laki dan tidak memiliki anak perempuan di keluarga mereka. Jadi, apapun yang diinginkan oleh Siska tentu saja akan dituruti oleh Halimah dan suaminya.
"Siska, kamu jangan bicara sembarangan seperti itu. Tidak boleh. Kamu harus ingat kalau dia juga sepupu kamu," ujar Halimah menegur putrinya itu. Rasanya tidak senang sama sekali ia harus mendengar kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut Siska.
"Memang faktanya begitu, Mi. Buktinya saja nenek sendiri bilang kalau ibunya itu mantan pelacur sebelum bertaubat karena sakit-sakitan. Heh, aku harap dia tidak membawa penyakit menular di keluarga ini," ujarnya dengan sinis.
Halimah kembali menegur putrinya dan tidak mengerti mengapa Siska bisa tidak menyukai Anjani padahal jelas mereka baru pertama kali bertemu tadi. Apa mungkin ini merupakan hasutan dari ibunya? Batin Halimah bertanya-tanya.
Nanti, Halimah akan berbicara dengan ibunya dulu agar tidak menghasut Siska untuk membenci Anjani. Bagaimanapun, Anjani adalah keponakannya, satu-satunya keturunan yang dimiliki oleh adik bungsunya, Husein yang saat ini sedang terbaring koma.
Sementara di sisi lain, Anjani tetap diam sepanjang jalan sampai akhirnya mereka tiba di rumah.
Perempuan cantik itu meletakkan tasnya di atas kabinet kemudian duduk di sofa yang mengarah pada balkon luar.
Tatapan matanya yang kosong membuat Sean agak cemas dengan kondisi istrinya itu.
Segera Sean mendekati Anjani dan memeluknya. "Ada apa? Tidak mau cerita dengan mas?"
Anjani tentu saja merebahkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang Sean. Perempuan itu bahkan memejamkan matanya, merasakan sebuah kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan dari laki-laki manapun, termasuk ayah kandungnya sendiri.
"Orang-orang tadi katanya memang sengaja datang menjemputku di kampus. Mereka mengaku kalau mereka adalah keluarga kandungku," ujar Anjani mulai bercerita. "Kalau memang benar mereka keluarga kandungku, terus kenapa? Lagi pula menurutku, tidak penting juga aku bertemu dengan keluarga kandungku."
Telapak tangan Sean bergerak mengusap pundak Anjani dengan gerakan lembut.
"Aku tidak ingin bertemu dengan mereka. Kalau memang benar mereka mencari keberadaanku, kenapa tidak dari dulu? Kenapa baru 20 tahun kemudian? Kenapa setelah hidup ibuku hancur? Kenapa setelah ibuku meninggal dunia?"
Anjani mengutarakan perasaannya dan juga pikirannya pada Sean sebagai pendengar yang baik.
"Orang-orang itu tadi sepertinya juga tidak menyukai keberadaanku. Jadi, buat apa aku harus bertemu dengan mereka lagi?" Anjani menegakkan tubuhnya menatap sang suami. Wanita itu juga menggenggam kedua tangan Sean yang membuat pria itu tampak agak terkejut. "Di dunia ini aku hanya punya Mas Sean. Aku tidak akan peduli dengan hal lain selain mas Sean. Tolong jaga aku, Mas. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku. Aku sudah menyerahkan seluruh hidupku untuk Mas, dengan harapan Mas tak akan pergi."
Sean tentu saja terharu mendengar apa yang diucapkan oleh istrinya. Pria itu kemudian berbalik menggenggam tangan istrinya dan mengecup punggung tangan Anjani beberapa kali.
"Kamu adalah separuh dari hidupku. Tentu saja aku tidak akan pernah menyia-nyiakan perempuan sebaik dan secantik kamu. Aku sudah bertemu dengan ribuan wanita cantik di dunia ini. Tapi hanya kamu yang bisa berhasil memasuki hatiku. Jadi, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu sebelum maut memisahkan kita." Pria itu berucap dengan romantis kemudian langsung memeluk Anjani dengan sayang. "Pegang janjiku karena dengan hidupku aku akan menjaga dan menyayangi kamu setulus hati."
Perasaan dan ungkapan tulus yang disampaikan Sean tentu saja membuat Anjani merasa terharu. Wanita itu benar-benar merasa beruntung meskipun perbedaan usia antara Sean dan Anjani cukup jauh, tidak masalah.
Sepasang suami istri itu kemudian duduk saling berpelukan menikmati cuaca angin siang yang sudah agak mendung.
Sementara di kediaman Pak Harto sendiri sedang terjadi kehebohan. Dokter yang sedang memeriksa kondisi Pak Husein dibuat terkejut dengan gerakan jari-jari pria itu.
Hal ini tentu saja langsung dilaporkan oleh dokter pada Pak Harto yang langsung bergegas menuju kamar putranya.
Ada perasaan lega yang luar biasa setidaknya setelah bertahun-tahun putranya mau menunjukkan sebuah tanda kehidupan.
"Kita banyak berdoa saja semoga pak Husein cepat sadar. Kalau Pak Husein bisa sadar dan kembali normal seperti sedia kala, bisa dipastikan ini adalah keajaiban dari dunia medis."
Adalah kalimat yang diungkapkan oleh sang dokter yang membuat perasaan dan harapan di dalam hati Pak Harto yang paling dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...