Abel membawa ibu mertuanya untuk makan di restoran setelah mereka cukup lelah untuk berkeliling. Semua barang yang dibeli tentu saja sudah dikirim pada pengawal yang mengikuti mereka.
Kedua wanita muda itu sudah memesan makanan yang mungkin beberapa menit lagi akan diantar oleh pelayan.
Abel saat ini sedang menceritakan tentang suami dan putranya. Ada senyum bahagia terpancar dari wajah wanita itu ketika menceritakan tentang keluarga kecilnya.
"Oh, papa bilang kalau kalian akan pindah untuk sementara. Benar, Ma?" Abel menatap Anjani dengan sebelah alis terangkat.
"Iya. Aku juga tidak tahu mengapa Mas Sean ingin mengubah dekorasi rumah. Padahal menurutku yang ada saja sudah bagus. Apalagi ditambah mau membuat lift juga katanya."
Membuat lift tentu saja membutuhkan biaya yang banyak. Ia tahu jika suaminya memiliki banyak uang, hanya saja sengaja membuat lift untuk dirinya agar tidak kelelahan naik dan turun tangga, Anjani merasa agak speechless.
"Terima saja, Mam. Itu tandanya kalau papa memanjakan mama." Abel tersenyum menatap Anjani.
Tak lama kemudian sosok seorang wanita dengan dress di atas lutut dipadukan dengan blazer berwarna abu-abu melangkah ke arah meja mereka.
"Hei, Abel, ya? Istrinya Sam?"
Wanita itu menyapa Abel dengan ramah, membuat Abel mengerut keningnya menatap wanita yang tidak dikenalnya itu.
"Kamu mungkin lupa dengan saya. Saya adalah Reni, teman papa mertua kamu. Kita sudah pernah bertemu di suatu acara dan Mas Sean memperkenalkan kamu dengan saya."
Abel tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Ia baru ingat jika wanita di hadapannya ini adalah wanita yang pernah dibawa oleh papa mertuanya saat mengunjungi sebuah acara.
"Halo, Tante. Apa kabar?"
"Saya baik. Oh, iya, bagaimana kabar papa mertua kamu? Sudah lama saya tidak melihatnya." Wanita itu kemudian duduk tanpa dipersilakan. Bahkan, ia tidak menyapa Anjani sama sekali.
"Papa baik-baik saja, Tante. Memangnya tante tidak tahu kabar terbaru tentang papa?"
Reni yang sedang duduk bersantai kini menegakkan tubuhnya dan menatap Abel dengan tatapan bertanya.
"Memangnya ada kabar apa tentang papa kamu?"
Abel menatap ke arah Anjani dengan senyum penuh arti. Baru saat itulah Reni sepertinya menyadari keberadaan Anjani.
"Oh, siapa ini?" Reni menatap Anjani yang tampak cantik meskipun tidak ada make up berlebihan di wajahnya. Ini merupakan kecantikan sederhana yang tidak akan membuat orang bosan memandang.
"Dia adalah mama Anjani. Istri barunya papa Sean."
Jawaban Abel yang begitu cepat tentu saja langsung membuat Reni menoleh dan menatap tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu.
"Maksud kamu apa, Bel? Istrinya papa Sean? Mas Sean yang kamu maksud?"
Wanita itu jelas saja tidak percaya jika Sean akan menikahi seorang gadis muda yang tidak memiliki pengalaman apa-apa. Selama ini ia sudah berusaha keras untuk mendekati pria itu, namun tidak ada hasil yang signifikan. Tentu saja ia tidak akan menyerah begitu saja.
Abel tersenyum menatap Reni. "Aku tidak bohong, Tante. Mama Anjani adalah istri baru dari papa Sean. Mereka menikah beberapa minggu lalu."
Abel menjelaskan dengan santai. Ia tidak peduli jika saat ini ekspresi wajah Reni sudah berubah total ketika mendengar fakta yang baru saja ia lemparkan pada wanita itu.
"Tidak. Tidak mungkin Mas Sean akan menikah. Apalagi dengan--" wanita itu menatap Anjani dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Perempuan muda seperti dia. Kamu pasti bercanda." Reni tertawa berusaha untuk tidak percaya.
Abel yang melihat jika wanita itu tidak percaya tidak mau memaksa. Terserah mau Reni percaya atau tidak itu bukan urusannya. Baginya yang terpenting ia sudah menyampaikan apa yang seharusnya ia sampaikan pada wanita ini.
"Tidak. Aku harus segera menemui Mas Sean dan meminta penjelasan langsung darinya. Aku tidak percaya jika Mas Sean akan menikahi anak bau kencur ini."
Reni segera melangkah pergi dengan tergesa-gesa meninggalkan Abel dan juga Anjani yang menatap kepergian wanita itu tanpa daya.
"Apa tidak apa-apa kalau kamu bilang aku istrinya Mas Sean? Apa mas Sean tidak akan ada dalam masalah?"
Abel menggelengkan kepalanya. "Tidak akan. Sebelum laler menempel pada makanan, sebaiknya kita tepuk biar dia tidak memiliki keinginan untuk menempel."
Anjani menatap tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Abel. Namun, wanita itu tidak mau menjelaskannya lagi.
Keduanya kemudian memutuskan untuk jalan-jalan sebentar sebelum akhirnya pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, Anjani masih melihat ada banyak orang yang berkeliaran di lantai 1. Gadis muda itu kemudian langsung pergi ke lantai 2 di mana kamarnya berada bersama Sean.
Saat membuka pintu kamar, hanya ada kekosongan karena pria itu juga belum menampakkan diri.
Merasa kelelahan karena berkeliling, Anjani akhirnya jatuh tertidur di atas ranjang empuk yang menjadi tempat peraduannya bersama Sean.
Perempuan itu tertidur lelap dan baru terbangun ketika merasakan berat pada tubuhnya. Wanita muda itu berusaha untuk membuka kelopak matanya dan menemukan sosok Sean sudah berada di atas tubuhnya.
"Selamat sore, cintaku. Apa kamu terlalu lelah sampai tidak menyadari jika suamimu sudah pulang ke rumah?" Pria itu mengurung Anjani dengan kedua lengan yang diletakkan di kedua sisi tubuhnya.
"Mas Sean? Kapan Mas pulang?"
"Dari 30 menit lalu. Tapi, sebelum itu aku mandi lebih dulu."
Anjani kemudian dapat mencium bau sabun dan shampo dari tubuh suaminya ini. Wanita muda itu tersenyum menatap sang suami.
"Maaf, Mas. Aku ketiduran karena lelah."
"Tidak apa-apa. Aku juga tidak marah."
Pria itu menundukkan kepalanya kemudian mengecup bibir sang istri. Tidak cukup untuk mengecupnya saja, pria itu mulai meraba bibir istrinya dengan lidah sebelum kembali menggerakkan bibirnya menyatu dengan bibir Anjani.
Sementara tangan kanannya bergerak membelai rambut wanita muda itu, dan menyentuh saraf-saraf sensitif di tubuh Anjani yang sudah ia hafal.
Benar saja tidak menunggu lama istrinya itu sudah mulai terangsang dengan sentuhannya.
Sean segera melepaskan pakaian atas Anjani kemudian membuka bra hitam yang dikenakan oleh wanita muda itu. Ciuman di bibir turun merambat ke tulang selangka lalu turun menyusuri leher meninggalkan jejak merah. Setelah berlama-lama di leher, Sean kemudian beralih pada dua gundukan kembar yang menjadi spot favoritnya. Bagian kanan ditancap dengan bibirnya, sementara bagian kiri diremas dengan telapak tangan besarnya.
Suara desahan Anjani membuat pria itu semakin bersemangat untuk membuatnya terangsang. Deru napas istrinya mulai terdengar di penjuru ruangan, membuat otak pria itu semakin kabur. Suara desahan Anjani adalah hal favoritnya juga. Apapun yang berhubungan dengan wanita muda ini adalah hal yang ia sukai.
Sore ini akhirnya Sean menghabiskan waktunya memuaskan dahaganya dan sang istri dengan satu ronde saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...