27: Bertemu Reni

6.8K 443 10
                                    

Tidak ada kegiatan di rumah membuat Sean segera membawa istrinya untuk jalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan. Anehnya selama mereka berkeliling tidak ada barang yang bisa menarik minat istrinya.

Sean tersenyum dan merangkul pinggang Anjani dengan penuh percaya diri mengitari setiap lantai bersama istrinya tercinta.

Ada banyak pasang mata yang menoleh menatap ke arah mereka dan pria itu sama sekali tidak peduli. Baginya yang terpenting adalah, Anjani bisa betah bersamanya dan tidak malu berjalan dengan pria dewasa seperti dirinya.

"Mas sebenarnya mau cari apa?" Anjani tentu saja bingung karena sejak tadi mereka berkeliling dan tidak menemukan apa yang diinginkan oleh suaminya.

"Tentu saja Mas ingin mencari sesuatu yang membuat kamu tertarik. Cuma dari tadi kamu sepertinya tidak tertarik dengan toko-toko yang kita lewati." Sean manatap Anjani sambil mengangkat sebelah alisnya. "Coba bilang sama Mas apa yang mau kamu beli, nanti pasti mas akan turuti kemauan kamu."

Anjani menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil menghiasi wajah cantiknya. "Aku tidak mau apa-apa, Mas. Bukannya mas sendiri yang mau mengajakku ke sini untuk membeli sesuatu?"

"Aku mau membeli sesuatu yang kamu inginkan."

Anjani menggelengkan kepalanya sebagai respon. Lagi pula tidak ada kebutuhan yang membuatnya harus membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan. Terutama di walking closet miliknya yang kini sudah banyak barang-barang yang menjadi stokan dan dibeli oleh Sean untuknya.

Anjani tentu saja tidak mau suaminya mengeluarkan uang terus-menerus secara cuma-cuma.

Baginya uang harus keluar untuk sesuatu yang tepat. Bukan untuk sesuatu yang hanya sedap untuk dipandang mata.

"Ya sudah kalau begitu bagaimana kalau kita berdua makan dulu? Nanti kalau ada barang yang kamu inginkan kasih tahu ke Mas."

Anjani menganggukkan kepalanya dengan senyum manis menghiasi wajah cantiknya. Keduanya kemudian melangkah menyusuri setiap lantai sampai akhirnya mereka tiba di sebuah restoran dan mengambil posisi duduk tepat di pinggir, menghadap pada kaca luar yang memperlihatkan pemandangan di luar ruangan.

"Mau pesan apa, Sayang?" Sean dengan penuh hati-hati meletakkan buku menu di hadapan Anjani yang langsung membukanya. Beruntung dirinya mengerti sedikit-sedikit bahasa Inggris sehingga ia tahu arti-arti nama makanan di dalam menu ini.

Anjani kemudian memesan beberapa jenis makanan yang langsung dicatat oleh pelayan yang berada di sebelah mereka.

Tersenyum manis, Sean kemudian mengusap pipi Anjani. "Istri cantikku," pujinya tiada habis.

Anjani mungkin bukan perempuan tercantik yang pernah dilihat oleh Sean. Namun, hanya perempuan muda di hadapannya inilah yang berhasil menggetarkan jantungnya saat pertama kali bertemu dan membuat Sean begitu ingin memiliki Anjani untuk dirinya sendiri.

Sean tentu saja menekan rasa obsesinya pada Anjani karena ia tahu itu tidak akan berujung baik. Maka dari itu ia akan mencintai Anjani sewajarnya dan akan terus menjaga serta melindungi perempuannya itu dari godaan di luar sana.

"Mas, tidak malu kalau Mas dilihat sama banyak orang?"

"Tidak. Kenapa aku harus malu? Apa jangan-jangan kamu yang malu karena jalan dengan pria yang sudah tua seperti aku?"

Anjani tentu saja langsung menggeleng panik. "Aku tidak seperti itu, Mas. Aku hanya takut kalau orang akan memandang kita aneh."

Jari jempol Sean kemudian naik ke arah kening Anjani dan mengusapnya dengan gerakan lembut.

"Kamu tidak aneh, Sayang. Aku juga tidak aneh. Kita berdua adalah sepasang suami istri yang sah untuk melakukan apa saja di depan umum selama itu masih dalam batas normal. Paham, istriku cintaku?" Sean mendekatkan wajahnya pada Anjani yang langsung memundurkan kepalanya dengan gerakan gugup.

Sedangkan Sean yang melihat tingkah laku istrinya yang begitu menggemaskan membuatnya menggigit bibir bawahnya berusaha untuk menahan diri agar tidak langsung menyerbu bibir istrinya dan mengajaknya bercinta di depan umum seperti ini.

Keduanya berbincang dengan hangat membahas soal materi pelajaran yang dipelajari Anjani hari ini di kampus, sampai kemudian sosok wanita datang menghampiri meja tempat mereka saat ini berada.

Anjani adalah orang yang pertama menyadari kehadiran sosok perempuan tersebut. Anjani kemudian memberi kode pada suaminya untuk melihat siapa perempuan yang kini berdiri di depan mereka.

Kebetulan Anjani dan juga Sean duduk saling berdampingan karena memang ini adalah keinginan pria itu.

"Mas Sean? Hei, aku tidak menyangka kalau kita akan bertemu di sini," ujar perempuan itu menyapa Sean.

Tidak lupa dengan senyum manis yang mengembang membuat Sean mengerut keningnya.

"Reni? Sedang apa kamu di sini?"

"Kebetulan aku juga sedang makan malam bersama teman-temanku. Tidak sengaja aku melihat ke arah sini dan menemukan kamu, Mas," ujar Reni, dengan senyum yang masih mengembang.

"Oh," sahut Sean.

"Ini istri kamu, Mas? Perempuan yang kamu bangga-banggakan itu?" Reni dengan pasti menatap Anjani yang menurutnya sangat biasa-biasa saja. Tidak terlalu cantik dan tidak terlalu glamor seperti anak-anak sosialita pada umumnya. Sama seperti saat terakhir ia bertemu dengan perempuan ini bersama Abel, menantu Sean.

"Tentu saja dia adalah Anjani, istri yang akan selalu saya bangga-banggakan. Ada masalah?"

Reni tersenyum kemudian menarik kursi untuk diduduki tanpa diminta oleh Sean ataupun Anjani.

"Tidak ada masalah sama sekali. Aku hanya heran saja kenapa kamu lebih memilih dia daripada aku. Oh, mungkin karena dia perempuan yang masih muda?" Reni menatap Anjani dengan tatapan remeh kemudian beralih menatap pada sosok Sean. "Usianya mungkin sama seperti usia anak perempuanku. Apa mungkin karena keadaan ekonomi, makanya dia mau terima kamu sebagai suami?"

Ekspresi wajah Sean langsung berubah tidak menyenangkan.

"Apa maksud ucapan kamu? Jaga bicara kamu sebelum saya akan membuat kamu menyesal." Sean menatap tajam pada sosok Reni yang dengan berani menghina istrinya.

"Oh, maaf, Mas. Lagi pula aku hanya bercanda." Reni terkekeh kemudian bangkit dari kursinya. Wanita itu pergi setelah menilai penampilan Anjani yang menurutnya sangat biasa saja.

Anjani yang sejak tadi dihina habis-habisan oleh wanita yang tidak dikenalnya itu hanya menundukkan kepala.

Melihat itu tentu saja Sean merasa kasihan. Pria itu segera merangkul pundak istrinya. "Sayang, jangan pikirkan kata-kata orang yang sirik dengan kita. Kamu adalah perempuan cantik dan berhati mulia. Tidak seperti dia, sibuk operasi plastik sana sini biar kelihatan muda. Sementara kamu memang masih muda." Sean tentu saja tidak mau istrinya mengalami insecure.

Mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya, Anjani tersenyum simpul. Wanita itu menganggukkan kepalanya kemudian merebahkan kepalanya di dada bidang Sean dengan rasa sakit yang masih terasa karena mendapat ejekan dari perempuan yang mungkin jauh lebih tua darinya itu.

"Pokoknya istriku ini yang tercantik. Tidak ada duanya," puji Sean. Tidak lupa pria itu juga mengecup kening istrinya, yang membuat pipi Anjani langsung memerah malu.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang