22 tahun yang lalu ketika Pak Harto sedang melakukan dinas ke luar kota dan pulang tanpa memberitahu pada Mirna--istrinya-- untuk memberi kejutan. Namun, sayangnya bukan sambutan hangat yang didapatkan tapi justru melihat istrinya sendiri sedang melakukan hubungan badan bersama sopir yang sudah dipercaya olehnya.
Saat itu tentu saja Pak Harto merasa jika dunianya hancur. Meski karirnya masih bagus-bagusnya dengan jabatan tinggi yang didapatkan, tidak bisa membuat hidupnya merasa bahagia.
Istri yang disayanginya tega menyelingkuhinya dengan alasan jika Mirna selalu kesepian karena tidak ada dirinya.
Mirna beralasan jika Halimah dan juga Hani yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Juga, Husein yang masih tergila-gila dengan Dewi, membuat Mirna merasa kesepian.
Perselingkuhan itu tentu saja tidak dimaafkan oleh Pak Harto. Pria itu ingin segera menceraikan Mirna pada saat itu, namun tidak bisa karena posisinya mengharuskan ia tetap bertahan dengan sang istri setelah jabatannya naik.
Sampai kemudian, Mirna ternyata hamil semakin membuat Pak Harto membenci Mirna.
Pria itu tidak mau jika kehamilan Mirna diketahui oleh orang lain dan bukan anaknya, pasti akan menimbulkan kegemparan dan dirinya juga pasti akan merasa malu. Malu karena tidak bisa menjaga istrinya sendiri dari godaan laki-laki di luar sana.
Sementara dokter juga tidak menyarankan untuk Mirna aborsi.
Tidak bisa menyembunyikan fakta yang ada akhirnya Pak Harto berdiskusi dengan anak-anak dan juga menantunya. Pak Harto yakin jika anak dan menantunya pasti tidak akan membocorkan masalah ini keluar.Sampai akhirnya Pak Harto meminta salah satu di antara anak-anaknya untuk merawat bayi yang berada dalam kandungan Mirna.
"Pokoknya jangan sampai orang-orang tahu kalau ibu kalian yang hamil."
"Kenapa tidak bapak saja yang mengakui kalau itu anak bapak?" Hani menatap pada bapaknya dengan tatapan tak mengerti.
"Bapak tidak sudi untuk mengakui anak haram itu sebagai anakku. Lagi pula bapak ini sudah lama dinas ke luar kota, bakalan aneh tiba-tiba ibu kamu sudah hamil besar. Orang pasti bakalan mikir yang tidak-tidak," sahut Pak Harto pada saat itu.
Saat itu Hani juga sedang hamil jadi Halimah lah yang akan pura-pura mengandung dan mengambil bayi yang dikandung Mirna sebagai anaknya sendiri. Selama kehamilannya tentu saja Mirna tidak pernah keluar rumah.
Keluar kamar pun sangat jarang dilakukannya karena tidak ingin ada asisten rumah tangga yang mencurigai kehamilan wanita itu. Bahkan, Pak Harto sering membawa Mirna untuk tinggal di villa.
Di villa itu pula Mirna melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Siska Andriani. Sedangkan, bapak dari bayi itu yakni sopir di rumah Pak Harto sudah dipecat dan diusir.
Jadilah Halimah yang menjadi ibu untuk Siska dan Frans ayah dari Siska sendiri.
Anjani yang mendengar celotehan dari suaminya juga terkejut.
Perempuan cantik yang sedang hamil itu kemudian menatap pada nenek Mirna dengan kepala dimiringkan ke samping.
"Seringkali Anda mengatakan kalau saya dilahirkan oleh seorang perempuan murahan. Tapi, kelakuan Anda ternyata lebih murahan. Sebelum ibu saya melahirkan saya, ibu saya hanya menjalin hubungan dengan satu orang pria saja, yakni anak Anda. Sedangkan Anda sendiri, sudah memiliki anak dan suami tapi berselingkuh dengan sopir pribadi Anda sendiri." Anjani menyunggingkan senyum miring. "Sebenarnya yang murahan di sini, ibu saya atau Anda? Nyonya Mirna yang terhormat, ah, salah, Nyonya Mirna yang murahan, setidaknya level ibu saya lebih tinggi daripada Anda. Anda berada di level paling rendah, lebih tidak berharga dari apapun yang ada di dunia ini."
Kejam, memang itulah yang diucapkan oleh Anjani. Ibunya selalu dimaki oleh wanita tua di hadapannya ini sebagai wanita murahan. Tapi, kelakuannya sendiri tidak kalah murahan.
"Jangan bicara sembarangan kamu! Laki-laki ini pasti mau memfitnah saya. Jangan samakan saya dengan ibu kamu yang murahan--"
Belum juga nenek Mirna menyelesaikan ucapannya, ketika Anjani sudah bergerak dan memberikan tamparan keras di pipi wanita tua itu.
Ini tidak patut ditiru. Anjani hanya berharap siapapun yang melihat kelakuannya barusan, tidak meniru di dunia mereka.
Apa yang baru saja dilakukan oleh Anjani tentu saja mengejutkan semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut tidak terkecuali Sean.
Pria itu bahkan membuka mulutnya menatap sang istri dengan tatapan takjub dan juga kagum.
Ini baru pertama kali melihat istrinya dengan mata kepalanya sendiri mengambil sikap.
"Tentu saja ibu saya tidak pantas disamakan dengan Anda. Ibu saya adalah wanita terhormat yang hanya tidur dengan satu laki-laki, sebelum hidupnya Anda hancurkan. Andai saja dulu Anda tidak egois, ibu saya tidak akan menjual dirinya sendiri untuk menghidupi kami."
Sebuah emosi tersalurkan begitu saja dengan Anjani berteriak sambil menunjuk wajah Mirna yang membelalakkan matanya tidak percaya karena baru saja ia ditampar oleh seorang perempuan ingusan.
Sekali lagi Anjani menekankan jika apa yang dilakukannya tidak pantas ditiru.
"Anda adalah sosok dengan wujud manusia tapi berhati iblis. Masih bisa mengatakan ibu saya yang tidak-tidak, tapi tidak sadar dengan kelakuan Anda sendiri. Ingat, sampai saya mati pun saya tidak akan pernah mau memaafkan perbuatan Anda."
Dirasa emosi istrinya sudah meluap-luap, segera Sean menarik tangan istrinya menjauh sebelum Mirna berusaha untuk membalas perbuatan Anjani tadi.
"Tidak! Aku bukan anak nenek! Aku adalah anak Umi dan Abi! Kalian jangan coba-coba untuk memfitnah aku!"
Tiba-tiba saja Siska yang tersadar langsung berteriak histeris dan menolak jika dirinya adalah anak dari wanita yang selama ini dianggap nenek terbaik yang selalu memanjakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...