Suara deru napas terdengar dari kamar yang terletak tepat di samping ruang tamu. Suara tempat tidur yang berderak tidak membuat kedua insan yang sedang mengejar puncak dunia merasa risih. Sementara keringat sudah mengalir membasahi tubuh 2 orang yang tidak mengenakan sehelai pakaian.
Di sisi lain kamar, seorang wanita paruh baya sudah terlelap setelah ia minum obat.
Rumah Anjani menjadi saksi bisu di mana gadis itu menyerahkan dirinya pada seorang pria yang berusia 25 tahun lebih dewasa darinya.
Napas keduanya beradu dengan mata saling menatap, sementara tangan lembut saling bergerak membelai setiap inci tubuh pasangan mereka.
Acara petualang mencari kenikmatan berhenti ketika jarum jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Sean terbaring di sisi Anjani sambil memeluk gadis itu dari samping. Sementara tubuh mereka yang tidak mengenakan sehelai kain tertutup selimut tipis.
"Terima kasih, Honey. I'm first, eh?" Senyum Sean semakin melebar tak tahu malu jika ia adalah pria pertama untuk gadis 20 tahun tersebut.
Anjani yang mendapat godaan dari Sean mengalihkan tatapannya ke arah lain dan pura-pura memejamkan matanya tanpa membalas ucapan pria itu.
Sean yang tahu jika Anjani tidak mau membalasnya memilih untuk menutup mulut kemudian mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil gadisnya. Tangan rampingnya bergerak pelan mengusap pinggang ramping sang gadis hingga membuat si empunya mengerang.
"Pak, saya mau tidur. Tolong, jangan ganggu," pinta Anjani, tanpa membuka kelopak matanya. Akan sangat memalukan jika ia dengan berani menatap pria yang sudah berulang kali ia tolak.
"Oke, fine. Aku tidak akan mengganggumu. Kamu tidurlah dulu. Aku akan menemanimu. Subuh nanti aku akan pergi, biar ibu kamu dan orang-orang sini tidak tahu apa yang kita lakukan," ujar Sean panjang lebar.
"Ya." Hanya kalimat singkat itu yang menjadi jawaban Anjani.
Gadis itu kemudian akhirnya tidur dengan tubuh lelah. Sementara Sean membuka matanya sepanjang malam sambil menatap wajah pujaan hatinya. Pria itu tidak tahu apa yang menyebabkan Anjani menyerah padanya begitu saja malam ini. Tapi, apa pun itu, semenjak tubuh mereka menyatu, tekad Sean bahkan semakin kuat untuk memiliki Anjani.
Tepat pada pukul 3 dini hari, Sean turun dari tempat tidur dan memakai kembali semua pakaian miliknya. Diam-diam pria itu juga menyimpan pakaian dalam atas dan bawah milik Anjani ke dalam saku jas yang ia kenakan.
Pria itu menunduk mencium kening gadis itu setelah meletakkan sebuah note berisi pesannya pada Anjani.
"Honey, aku pulang dulu. Besok hari Minggu, kita bertemu lagi," ujar pria itu. Kemudian pelan tapi pasti Sean melangkah keluar dari kamar Anjani menuju dapur dan diam-diam membuka pintu dapur dan merapatkan kembali setelah itu. Baru kemudian ia berbalik pergi meninggalkan rumah Anjani dengan perasaan senang karena berhasil mendapatkan gadis itu.
Sampai di depan gang, Sean segera menghubungi anak buahnya untuk membawa mobilnya kembali atau menjemputnya di tempat ia meletakkan mobilnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, mobil yang ditunggu akhirnya tiba. Sean masuk ke kursi penumpang dan segera memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke rumah utama.
Sesampainya di rumah, Sean sedikit terkejut dengan kehadiran Samuel yang belum juga tidur padahal saat ini sudah sangat malam.
"Kamu kenapa belum tidur?" Pria itu menatap putranya dengan ringan.
"Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku." Samuel menatap papanya. "Papa dari mana? Sepertinya baru pulang."
"Papa tadi ada urusan penting. Kalau begitu papa ke kamar dulu. Jangan tidur terlalu larut, boy."
Setelah itu Sean berbalik pergi dengan senyum semringah yang sempat dilihat oleh Samuel. Pria itu sedikit curiga jika papanya pasti melakukan sesuatu hingga membuat pria yang sudah lama melajang itu tersenyum sendiri.
*
Hari ini adalah hari libur. Anjani tidak pergi ke kampus dan memilih untuk menemani ibunya check up rutin. Ibunya memiliki penyakit komplikasi dan tidak pernah jauh dari obat-obatan. Hal inilah yang membuat Anjani harus bekerja ekstra keras untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Setelah mengantarkan ibunya ke rumah sakit, Anjani kemudian langsung pergi ke rumah mengantarkan ibunya dan memastikan jika wanita yang sudah melahirkannya itu sudah meminum obatnya. Barulah saat itu Anjani langsung pergi ke restoran dan mulai bekerja seperti biasa.
Anjani sedikit terkejut saat mengantarkan makanan di meja nomor 11, ternyata ada sosok Sean yang menyambutnya dengan seringai lebar.
Gadis itu menegakkan tubuhnya dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi antara mereka berdua. Anjani dengan tenang menata hidangan di atas meja kemudian berbalik saat merasa semua pekerjaannya sudah selesai. Namun, sepertinya Sean tidak menginginkan dia pergi terburu-buru.
"Tunggu sebentar."
Anjani yang sudah berbalik kemudian memutar tubuhnya kembali menghadap ke arah pria 45 tahun tersebut. Memasang senyum sopan, Anjani bertanya, "ada perlu apa lagi, Pak?"
Pria itu tidak langsung menjawab. Sean justru tersenyum begitu manis sambil memberi kode agar Anjani sedikit menunduk. Menuruti keinginan pelanggan, Anjani menunduk dan mendekatkan sedikit tubuhnya pada Sean.
"Kamu cantik dengan rok pendek seperti itu," bisik Sean, menatap Anjani mesum.
Gadis itu spontan menegakkan tubuhnya dan bergerak menjauh dengan wajah merah mendengar bisikan pria tidak bermoral seperti Sean.
"Kalau bapak tidak ingin sesuatu lagi, saya harus kembali ke belakang." Anjani menunduk sedikit kemudian berbalik pergi tanpa mau menoleh ke arah pria mesum seperti Sean. Dasar laki-laki tidak punya otak, rutuk Anjani di dalam hati.
Sementara Sean yang menyaksikan kepergian kekasih hatinya terkekeh geli. Apalagi saat melihat rona merah menjalar di pipi sang gadis, membuat pria itu semakin berbunga-bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...