Seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan langsung berlari masuk ke dalam rumah.
Wanita cantik bernama Nindy Annisa itu tidak pernah menyangka dengan apa yang sudah dilakukan oleh putrinya.
Saat sudah masuk kebetulan ia bertemu dengan Niken yang sepertinya baru saja kembali entah dari mana.
"Bunda kenap--"
Niken bahkan belum selesai mengucapkan kalimatnya ketika sebuah tamparan melayang ke pipinya.
Gadis itu tentu saja terkejut dengan apa yang dilakukan oleh bundanya. Seumur hidupnya ia belum pernah ditampar seperti ini, dan ini kali pertama bunda yang sangat menyayangi dan memanjakannya menamparnya tanpa mengetahui kesalahan apa yang sudah pernah dilakukan olehnya, pikir Niken.
"Apa yang sudah kamu lakukan, Niken? Kamu menganiaya anak orang? Kamu pikir kamu sudah jago? Bunda mendidik kamu dan mengajarkan kamu untuk menjadi anak gadis yang tangguh dan tidak takut dengan keadaan. Tapi, bukan berarti kamu bisa semena-mena menganiaya orang lain sampai orang itu masuk ke rumah sakit dalam posisi sedang mengandung."
Niken tercengang mendengar apa yang diucapkan oleh bundanya. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya mengingat jika ia tidak pernah menganiaya seseorang selain Anjani. Namun, Anjani tidak mungkin tahu keberadaan bundanya.
Bundanya merupakan salah satu kepala sekolah di sebuah SMA swasta terkenal. Sangat sulit untuk menemui bundanya dan Anjani tidak mungkin untuk memiliki akses bertemu dengan wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Maksud bunda apa? Aku tidak mengerti apa-apa. Menganiaya siapa? Aku tidak menganiaya siapapun, Bunda. Aku difitnah." Niken bahkan sampai meneteskan air matanya karena rasa perih di pipi serta air mata bundanya yang membuatnya sakit hati.
"Kamu masih mengelak setelah apa yang sudah kamu lakukan? Kamu mau tahu, Niken, perempuan yang kamu celakai itu, keluarganya datang ke sekolah Bunda dan membeberkan apa yang sudah kamu lakukan di depan guru-guru yang lain. Orang itu tidak hanya berbicara omong kosong tapi juga bukti saat kamu menarik paksa seorang perempuan lainnya, dan rekaman video kamu keluar dari gudang diikuti perempuan yang kamu bully bersama teman-teman kamu itu."
Nindy berucap panjang lebar menatap kecewa pada apa yang dilakukan oleh putrinya. Rasanya ia ditampar dengan kotoran manusia ketika seorang pria bersama pengawalnya datang ke sekolah dan menunjukkan betapa gagalnya dirinya sebagai seorang ibu.
"Bunda--"
"Kamu tahu, perempuan yang kamu aniaya itu adalah istri dari pemilik sekolah tempat Bunda bekerja. Kamu harus lebih tahu lagi kalau yang datang ke sekolah itu adalah suami dari perempuan yang kamu aniaya."
Niken diam membeku mendengar apa yang diucapkan oleh bundanya.
Sekarang ini akhirnya Niken mengerti jika perempuan yang dihajar habis-habisan olehnya dan juga kedua temannya, merupakan istri dari pemilik sekolah tempat bundanya bekerja.
A-apa! Istri? Batin Niken bergidik ngeri ketika menyadari kalimat yang disampaikan oleh bundanya.
"Sekarang kamu mengerti, siapa perempuan yang kamu aniaya itu? Dia adalah nyonya Anjani, istri dari tuan Sean Dwirg dan sekaligus pemilik dari sekolah tempat Bunda bekerja. Rasanya Bunda sangat malu karena gagal mendidik kamu. Kamu menganiaya seorang perempuan sekaligus istri dari laki-laki lain. Apa alasan kamu melakukan itu, Niken? Kamu ikut-ikutan Laura karena pacar mamanya direbut sama Nyonya Anjani?"
Nindy menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Kamu punya pikiran seharusnya kamu mencari tahu lebih dulu sebelum bertindak, Niken. Kamu tahu dan melihat sendiri bagaimana rasanya ayah kamu diambil oleh wanita lain dan meninggalkan kita. Tapi, kamu justru mendukung seorang perempuan yang ingin merebut suami orang lain."
"Bunda salah paham. Laura sendiri yang bilang kalau pacar mamanya direbut sama Anjani. Makanya aku ikut-ikutan kesal dan membully Anjani. Aku tidak terima kalau ada perempuan yang merebut pasangan orang lain dengan segala cara."
"Tapi Nyonya Anjani sama sekali tidak merebut siapapun! Justru mamanya Laura lah yang akan merebut suami orang dan kamu anak bunda, justru mendukungnya."
Nindy menggelengkan kepalanya menatap kecewa pada putrinya.
"Selain Bunda dipermalukan di depan guru-guru yang lain, Tuan Sean juga ingin menuntut kamu. Tidak tahu kapan tapi yang pasti kamu akan masuk penjara. Kalaupun kamu memutuskan untuk melarikan diri itu akan percuma karena tuan Sean memiliki banyak akses untuk menangkap kamu."
Nindy mengusap kasar wajahnya membayangkan jika putri kesayangannya akan masuk ke dalam penjara.
"Kamu mau tahu, berhadapan dengan orang seperti Tuan Sean akan sangat sulit. Bunda bahkan sudah memohon dan bersujud di kakinya tapi beliau tetap teguh dengan pendiriannya untuk memberikan kamu pelajaran."
Nindy menangis sesenggukan. "Kamu membuat Bunda rasanya ingin mati, Niken."
Nindy yang merasa kecewa kini berbalik pergi dan tidak tahu apa yang harus diucapkannya lagi pada sang putri yang sudah membuatnya kecewa juga ketakutan.
Sementara orang-orang sudah mendapatkan hukuman, Sean kembali ke rumah sakit dan kini sedang memeluk Anjani.
"Sayangku, kamu mau makan apa? Bilang saja sama Mas kalau kamu mau makan sesuatu. Jangan ditahan-tahan nanti anak kita yang berada di dalam perut kamu kelaparan terus menendang perut kamu. Aku tidak mau kalau sampai istriku ini kesakitan." Sean meletakkan kepalanya di atas dada Anjani sambil memeluk kedua pinggang istrinya itu.
Keduanya kini berada di atas tempat tidur Anjani dan pria itu bermanja ria setelah berhasil menghancurkan tiga keluarga dalam satu kali genggaman.
"Mas, bagaimana calon anak kita bisa menendang, sementara berbentuk juga belum. Mas ada-ada saja," kekeh Anjani.
"Memang iya seperti itu?"
"Iya, Mas. Calon anak kita nanti bakalan bisa menendang kalau usia kandungan aku sudah matang dan organ tubuhnya sudah terbentuk dengan sempurna. Mustahil kalau seperti ini saja mas tidak mengerti," balas Anjani. Tangannya terus bergerak mengusap rambut suaminya yang tebal dan juga halus.
Sean tentu saja menggunakan pelembut rambut agar istrinya nyaman saat mengusap rambutnya.
"Kalau hal-hal seperti itu mas tidak mengerti, Sayangku. Tapi, tutorial cara membuat anak tentu saja Mas mengerti."
Cubitan dilayangkan Anjani pada hidung suaminya mendengar perkataan yang agak vulgar.
"Mas, jangan terlalu vulgar. Aku malu tahu kalau mendengarnya."
"Tidak usah malu-malu, Sayang. Hanya ada kita berdua saja di sini." Pria itu mengangkat sedikit kepalanya dan melemparkan senyum manis pada Anjani hingga membuat pipi perempuan itu bersemu merah.
Keduanya berbaring sambil terus berpelukan tidak memedulikan kekacauan yang sudah dibuat oleh Sean di keluarga orang lain.
Pria itu bahkan menolak segala pertemuan yang dilakukan oleh tiga keluarga tersebut sebagai bentuk damai.
Bagi Sean, ia tidak akan berdamai pada siapapun yang sudah menyakiti istrinya. Memaafkan juga belum tentu mau dilakukannya apalagi sudah mau berdamai dan membiarkan mereka hidup dengan bebas.
Oh, luka dibalas maaf rasanya memang tidak adil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...