Anjani melangkah melewati koridor berniat untuk pergi ke kantor rektor di mana ia tahu jika suaminya sudah menunggu di sana.
Langkah kaki perempuan cantik itu terhenti ketika melihat sosok yang menghadang langkahnya.
Sosok yang ia temui beberapa hari yang lalu di rumah besar milik pria tua yang mengaku sebagai kakeknya itu.
Kepribadian Anjani yang lemah lembut tentu saja tampak terlihat seperti dirinya mudah ditindas.
"Jangan pernah merasa kalau kamu itu orang yang sangat penting sampai harus dicari oleh kakekku. Kamu harus ingat kalau kamu itu anak tidak sah. Jangan bermimpi bakalan masuk ke dalam silsilah keluarga kami," ujarnya dengan suara agak lantang.
Siapa lagi jika bukan Siska, merupakan anak bungsu Halimah. Gadis itu bersama dua orang temannya yang lain yakni Cynthia dan juga Mila.
Mereka bertiga tentu saja dikenal sebagai anak orang kaya dan bukan berasal dari keluarga sembarangan. Maka tidak banyak orang yang berani untuk membully mereka, termasuk gengnya Laura.
"Memangnya aku pernah merasa kalau diriku orang yang sangat penting?" tanya Anjani. Perempuan itu memiringkan kepalanya ke samping menatap tidak mengerti pada perempuan muda di hadapannya ini.
Kalau tidak salah ingat, perempuan yang berada di hadapannya ini adalah seniornya. Jadi, usianya mungkin lebih tua dari Anjani. Meski begitu Anjani tentu saja tidak merasa takut karena ia tidak memiliki salah apapun.
"Aku tahu orang-orang seperti kamu tuh bagaimana. Ingin naik ke kasta yang lebih tinggi, pasti akan melakukan segala cara."
"Kasta? Memangnya kamu pikir kamu hidup di dunia mana? Pakai acara kasta segala," kekeh Anjani.
Anjani menggelengkan kepalanya dengan cara bicara perempuan di hadapannya.
"Kamu--"
"Maaf. Aku ada urusan dan tidak bisa meladeni segala ocehan kamu," sela Anjani terlebih dahulu.
Perempuan itu kemudian melangkah melewati Siska dan kedua temannya dengan ekspresi datar yang ia miliki. Selama ini hidupnya sudah terlalu berat dan tidak ada waktu untuk meladeni orang-orang yang berusaha untuk mencari masalah dengannya.
"Dasar cewek tidak tahu malu! Kamu harus ingat kalau kamu itu cuma anak haram dari wanita murahan! Wanita hina-dina yang menjual dirinya untuk hidup!"
Ini adalah suara teriakan Siska yang menggema hingga membuat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berada di sekitar langsung menghentikan aktivitas mereka.
Tatapan mereka kemudian beralih menatap Anjani yang kini sudah menghentikan langkahnya dan juga Siska yang baru saja berteriak penuh emosi.
Anjani boleh dihina dan diejek seperti apapun ia tidak akan marah. Namun, jika ini sudah menyangkut tentang ibunya yang sudah dengan susah payah melahirkan dan membesarkannya, Anjani tentu saja tidak akan terima.
Anak manapun di dunia ini pasti tidak akan rela jika ibunya dimaki oleh orang lain yang bahkan tidak tahu apa-apa. Tidak ada kontribusi apapun dalam hidupnya tapi berani mengomentari ibunya.
Anjani membanting buku yang ada di tangannya serta tas yang berada di punggungnya.
Perempuan cantik itu segera berbalik kemudian menghampiri Siska. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Anjani segera melayangkan tinjunya ke wajah Siska.
Hal ini dilakukan Anjani dengan gerakan cepat sehingga tidak ada yang bisa bergerak untuk menahan Anjani.
Emosi perempuan cantik itu semakin tersulut membayangkan ibunya yang sudah tiada tapi berani dimaki oleh orang lain.
Anjani menarik rambut Siska yang berusaha untuk menahan pergelangan tangannya.
Perempuan itu juga tidak lupa untuk meremas mulut Siska dan berniat untuk merobeknya jika ia bisa. Anjani tidak punya kuku yang panjang namun dapat melukai bibir Siska hingga membuat Siska berteriak histeris.
Mila dan juga Cynthia yang sadar dari keterkejutan mereka langsung bergerak untuk memisahkan Anjani yang kini sudah menduduki tubuh Siska. Namun, karena Anjani sudah dikuasai amarah, perempuan cantik itu mendorong Cynthia dan juga Mila. Kemudian kembali ia memberi tamparan keras di pipi Siska berulang kali dan bahkan bibir perempuan itu juga tak luput dari tinju Anjani.
Beberapa mahasiswa yang mendekat langsung bergerak memisahkan Anjani sementara Siska terbaring dengan kondisi syok yang luar biasa akibat serangan yang begitu tiba-tiba.
Anjani juga mengalami luka cakaran di lengan dan rambut yang berantakan karena ulah Siska.
Teman-teman di kelas Anjani juga tidak pernah menyangka jika gadis yang pendiam dan bahkan tidak banyak bicara seperti Anjani akan bergerak dengan begitu beringas.
Beberapa mahasiswa yang berada di kelas Anjani berusaha untuk menahan gadis itu begitu juga dengan mahasiswa lainnya. Mereka kebetulan dalam perjalanan pulang mencari parkir dan harus melewati koridor ini juga.
Aksi pertengkaran tersebut tentu saja langsung menyebar dan bahkan sampai ke telinga Sean yang mengetahuinya dari Adam.
"Istrimu berantem dengan mahasiswi di sini."
Sean langsung bergegas melangkah keluar dari ruang rektor menuju tempat di mana istrinya saat ini berada. Sementara Adam sendiri langsung menghubungi dekan untuk menyelesaikan masalah yang ada karena tidak mungkin ia yang akan turun tangan langsung.
Apalagi masalah pertengkaran ini masih ada dosen pembimbing lain yang bisa menyelesaikannya tanpa ia harus turun tangan.
Pertengkaran Anjani dan juga Siska tentu saja langsung menyebar dan banyak rumor yang mengatakan tentang keduanya.
Tidak ada yang pernah menyangka jika Anjani yang dikenal sebagai gadis pendiam dan tidak banyak bicara akan dengan beringas memukul seniornya sendiri.
"Jani, kamu harus sadar Jani. Jangan seperti ini." Beberapa teman perempuan Anjani bergerak untuk menyadarkan perempuan cantik itu.
Tak lama kemudian sosok Sean datang membelah kerumunan kemudian bergerak mendekati Anjani.
Ekspresi wajah pria itu langsung dingin saat melihat bekas cakaran di tubuh istrinya. Tatapan Sean kemudian beralih menatap pada Siska yang kini sudah diamankan oleh teman-temannya.
"Saya tahu kalau Anjani tidak bersalah. Pasti kamu yang membuat masalah lebih dulu 'kan?" Sean menatap tajam pada gadis muda di hadapannya. "Urusan kita belum selesai. Saya akan membawa Anjani ke rumah sakit dulu, lalu mengurus masalah dengan kamu."
Padahal Anjani tidak terluka parah namun Sean justru membawa istrinya itu langsung ke rumah sakit.
Sementara Siska yang tidak terima langsung menghubungi orang tuanya dan dibawa ke rumah sakit oleh kedua temannya untuk diberi perawatan.
Siska bahkan mengadukan apa yang terjadi padanya pada umi dan juga abinya yang ada di rumah. Tidak lupa gadis itu juga menghubungi neneknya agar neneknya tahu bagaimana kelakuan cucu haram mereka.
Sementara Sean sendiri dengan panik langsung membawa istrinya ke rumah sakit dan meminta agar dokter terbaik di rumah sakit menangani istrinya.
Mengetahui jika Sean adalah orang yang datang dan membuat huru-hara, salah satu dokter terbaik yang tak lain adalah teman Sean langsung menyapanya dengan sangat ramah. Nyaris saja ia memaki pria di hadapannya ini andai saja ia tidak menahan bibirnya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...