62.3 Tontonan Anjani

5.2K 514 57
                                    

Anjani menetralkan ekspresi wajahnya. Perempuan cantik itu kemudian mengangkat sebelah tangannya menatap pada Haris yang masih membeku di tempat dengan ekspresi tak percaya.

"Halo, Kak. Lama kita tidak bertemu," sapa Anjani balik.

Semenjak penolakan yang dilakukan oleh Anjani pada Haris, sejak saat itu juga Haris tidak pernah menampakan diri di hadapannya.

Tentu saja Anjani merasa tenang karena tidak ada laki-laki yang berusaha untuk mengejar dan mendapatkannya seperti apa yang dilakukan Sean terhadap dirinya.

Dari Sean juga, Anjani mengetahui silsilah keluarga ini. Awal mula ketika mengetahui jika Haris adalah cucu dari Pak Harto, jujur saja Anjani agak terkejut.

Setidaknya ia dengan Haris bukankah sepupu? Batin Anjani berujar.

Sementara Haris masih diam membeku. Tidak pernah menyangka jika ia akan melihat sosok perempuan yang pernah ditembaknya namun ditolak berada tepat di depan matanya, lebih tepatnya lagi di dalam rumah sang kakek.

"Kamu kenapa ada di sini?" Haris terbata, sebelum akhirnya ia mengingat dengan percakapannya bersama sang kakak dan juga obrolan yang didengar dari mulut paman dan juga kakeknya.

Haris membelalakkan matanya. "Jangan bilang kalau--"

"Iya, Kak. Aku adalah istri dari Mas Sean. Kebetulan juga, aku menemani suamiku untuk berkunjung dan bersilaturahmi ke rumah ini," sahut Anjani, dengan senyumannya.

Sedangkan ekspresi wajah Haris semakin kaku. Haris benar-benar tidak menyangka jika perempuan yang pernah menolaknya beberapa waktu yang lalu ternyata adalah sepupunya sendiri. Entah harus merasa senang atau sedih, atau mungkin harus merasa malu, karena ternyata perempuan yang disukainya adalah sepupu sendiri.

"Ada apa Pak Sean datang kemari? Bukankah sudah beberapa waktu ini saya tidak pernah mengganggu Anjani? Istri saya juga tidak melakukan sesuatu yang membuat bapak harus datang dan membuat kekacauan di rumah ini 'kan?" Pak Harto menatap tajam pada pria yang lebih muda darinya itu. Rasa-rasanya ia ingin marah pada pria itu karena sudah membuat kekacauan.

Lihat saja guci-guci mahalnya sudah tergeletak pecah di lantai. Sementara pelaku yang membuat keributan justru sedang bersantai.

Mirna yang baru saja tiba menyusul dengan mobil lain bergegas masuk ke dalam. Saat melihat guci-guci mahalnya dipecahkan, amarah Mirna memuncak naik.

Tidak ada yang menyadari kehadiran wanita itu ketika tiba-tiba saja dia langsung berlari ke arah Anjani dan melayangkan tamparan ke pipi perempuan itu.

"Dasar perempuan kurang ajar! Kamu dan ibu kamu sama saja semua murahan! Apa kamu tahu harga guci mahal ini?"

Aksi yang dilakukan oleh Mirna tentu saja tidak disadari oleh semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Bahkan, Sean  hanya fokus menatap pada Pak Harto dan tidak menyadari kehadiran Mirna.

Ekspresi wajah Sean langsung mengetat melihat pipi istrinya yang memerah. Pria itu mengusap pipi Anjani, kemudian segera tinju Sean melayang ke pipi wanita tua itu.

Tidak peduli jika ia akan disebut sebagai laki-laki pengecut dan juga tidak tahu diri. Tidak peduli jika orang akan menganggapnya sebagai laki-laki kurang ajar, tapi yang pasti Sean sangat merasa marah saat ini. Istrinya sendiri di tampar dengan begitu beringas oleh wanita tua ini.

Kejadian bertubi-tubi tersebut berlangsung dengan cepat. Mereka yang berada di dalam ruangan bahkan tidak sempat untuk mengelak. Bahkan, ketika tubuh Mirna terbanting begitu saja mendapat tinju dari Sean, tidak ada yang bergerak karena terlalu terkejut.

"Mas." Anjani yang merasa pipinya kebas menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh suaminya.

Tinju kekar Sean melayang di pipi Mirna  tepat di depan matanya sendiri.

Shock itulah yang dirasakan oleh Anjani saat ini. Perempuan itu benar-benar tidak menyangka jika suaminya akan begitu tempramen bahkan meninju wanita yang sudah tua.

"Jangan menghalangi, Sayang. Biarkan aku memberi pelajaran pada perempuan ini. Andai saja dia bukan perempuan tua, sepatuku sudah melayang ke tubuhnya," ujar Sean, yang masih diliputi emosi.

Haris yang melihat neneknya mendapat bogeman mentah dari Sean langsung bergegas untuk mengangkat tubuh sang nenek.

"Om, tidak sepantasnya Om melakukan kekerasan terhadap nenekku," ujar Haris, menatap Sean.

Agak kecewa dengan pilihan Anjani yang mendapatkan suami temperamen seperti Sean.

"Ini pantas didapatkan karena dia berani melukai istri saya." Sean menjawab tanpa rasa bersalah sama sekali. "Sayang, nanti setelah urusan kita selesai di sini, kita harus pergi ke rumah sakit. Kita akan mengecek kondisi kamu," ujar Sean, menatap istrinya dengan lembut.

Sangat berbeda dengan tatapan nyalang yang dilayangkannya pada Mirna yang masih meringis kesakitan. Wanita tua itu bahkan sudah menangis histeris, membuat Pak Harto mengerut keningnya kesakitan.

"Pak Sean yang terhormat, selama ini saya tidak melakukan perlawanan terhadap kamu, bukan berarti saya tidak bisa melawan kamu. Ini juga bukan berarti kamu bisa semena-mena bahkan harus meninju istri saya di depan mata saya sendiri," ujar Pak Harto, menatap Sean geram.

"Apakah kamu pikir aku akan peduli dengan kata-katamu? Aku hanya peduli bagaimana istrimu melayangkan tamparan ke wajah istriku. Sebelum kamu mendidikku untuk menjadi  baik, kenapa kamu tidak mendidik istri kamu sendiri? Katanya mantan jenderal, tapi tidak tegas dengan istri sendiri. Mending mati saja sana."

Sean berucap sinis membuat semua yang berada di dalam ruangan tersebut tercengang termasuk Dika dan juga Fabian yang baru saja tiba di rumah.

Baru kali ini ada orang yang berani memaki kakek mereka dengan kalimat yang begitu kasar.







Berhubung ada komentar yang lucu di part sebelumnya, aku update lagi gaes. Ayo, komen yang bikin mood naik 🤣

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang