12: Renia Wijayanto

23.1K 1.2K 30
                                    

Sean menatap seorang wanita yang melangkah masuk ke dalam ruangannya dengan penuh percaya diri.

Namanya adalah Renia Wijayanto. Seorang wanita yang berusia 43 tahun dan sering kali mengganggunya di kantor.

Sebelumnya Sean berkenalan dengan Reni karena memang mereka adalah rekan bisnis. Perusahaan mereka pernah bekerja sama sekitar 2 tahun yang lalu. Mungkin karena sering bertemu, Reni akhirnya menumbuhkan rasa cinta untuknya yang tentu saja ditolak oleh Sean. Pria itu hanya menganggap wanita seperti Reni teman biasa. Tidak ada perasaan khusus ataupun hal-hal romantis yang terjadi di antara mereka.

Reni sendiri adalah single parent yang memiliki 2 orang anak. Satu perempuan seusia Anjani dan satunya lagi adalah laki-laki yang saat ini masih SMA.

"Mas Sean," sapa Reni tersenyum manis.

Sean hanya menganggukkan kepalanya dalam diam.

"Aku mau ajak mas Sean makan bareng."

"Saya tidak bisa menemani kamu. Ada urusan yang harus saya selesaikan."

Sean tidak berbohong karena memang ia memiliki janji untuk bertemu dengan Anjani siang ini. Pria itu ingin membahas soal pernikahannya dengan sang gadis sebelum Anjani memilih untuk kabur lagi darinya. Mumpung, ibu Dewi mau merestui hubungan mereka, pikir Sean.

"Kenapa, Mas? Jarang-jarang kita bisa punya waktu untuk makan berdua. Sekalian aku juga mau memperkenalkan kamu dengan anak-anakku," bujuk Reni.

Suaranya yang lembut tentu saja dapat memancing birahi pria. Sayangnya, Sean tidak terpancing karena memang ia sudah tidak bergairah lagi bersama wanita lain selain Anjani.

"Maaf, saya benar-benar tidak bisa. Ada yang harus saya urus," ujar pria itu dengan tenang. "Mungkin lain kali saja kita bisa makan siang bersama."

Reni cemberut setelah mendapat penolakan dari pria yang ia sukai. Sean sendiri adalah laki-laki tampan, mapan, dan pastinya menawan. Hal ini membuat Reni tergila-gila dan berniat untuk menjadikan Sean sebagai ayah dari anak-anaknya serta suaminya.  Sayangnya, sedikit sulit untuk mendapatkan Sean.

Reni akhirnya memilih untuk pulang setelah mendapat penolakan dari laki-laki itu. Sementara Sean langsung bergerak mengambil jas yang ia kenakan menuju rumah sakit tempat dimana ibu Dewi dirawat.

Sesampainya di rumah sakit, Sean memutuskan untuk menemui ibu Dewi terlebih dahulu sebelum ia menemui Anjani di taman tempat mereka membuat janji.

"Ibu mau pernikahan seperti apa antara saya dan Anjani?"

Sebenarnya Sean dan ibu dewi nyaris seusia. Karena ibu Dewi adalah calon ibu mertuanya, tentu saja ia tidak keberatan untuk memanggil Dewi dengan sebutan ibu.

"Cukup akad nikah saja. Saya tidak bisa menghadiri pesta di gedung. Kamu bisa mempersiapkan pernikahan dalam waktu seminggu ini. Saya mau putri saya dinikahkan secara sah." Ibu Dewi menyahut dengan suara tenang. Sebagai wanita tentu saja ia tidak mau putrinya rugi karena harus menikah di bawah tangan.

"Saya mengerti soal itu. Saya akan segera mengurus berkas-berkas  untuk mengurus pernikahan saya dengan Anjani. Terima kasih karena ibu Dewi sudah mau merestui hubungan saya dengan Anjani." Sean menghela napas sejenak. "Saya berjanji akan menjaga Anjani, dan menjadikan dia sebagai istri pertama dan terakhir saya."

Ibu Dewi menatap lekat Sean. Wanita itu bertanya, "kamu muslim?"

"Kebetulan, saya sudah menjadi mualaf sejak 10 tahun yang lalu. Tapi, saya masih melakukan dosa."

Beberapa kali Sean mendengar ceramah, membuat hatinya tergerak untuk memeluk agama Islam. Sayangnya, dia masih melakukan dosa besar seperti melakukan perzinahan bersama Anjani.

"Ayah kandung dari Anjani sendiri juga seorang muslim. Anjani sendiri memang sudah memutuskan untuk menjadi mualaf. Saya mendukungnya. Semoga, kalian berdua bisa berubah dan kembali ke jalan yang lebih baik lagi." Ibu Dewi tersenyum lirih. "Saya tidak ingin putri saya mengikuti jejak saya dan hidup dalam lumuran dosa."

"Saya mengerti. Saya akan belajar lebih baik lagi supaya bisa menjadi imam yang baik untuk Anjani."

"Itu lebih baik." Ibu Dewi tersenyum kecil. "Tolong, jaga putriku."

"Saya pasti akan melakukannya, Bu."

Sean menjawab dengan tegas. Setelah bertemu dengan ibu Dewi, Sean memacu kendaraannya menuju taman kota yang terletak tak begitu jauh dari posisi rumah sakit tempat ibu Dewi dirawat.

Sesampainya di taman, pria itu mengedarkan pandangannya mencari sosok gadis yang sudah ia rindukan sejak berapa jam tidak bertemu.

"Kamu sudah lama menunggu, Sayang?"

Sean yang menemukan keberadaan Anjani segera menghampiri gadis itu dan duduk di sebelahnya.

Tidak lupa sebelah tangannya ia sampirkan di bahu sang gadis yang langsung menjaga jarak darinya. Sean mengangkat bahunya sambil menatap dalam manik mata Anjani.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?" Sean mengerut kening saat mendapat pertanyaan dari Anjani yang tidak dimengerti olehnya.

"Kenapa bapak mau menikahi saya? Bapak tahu saya cuma mahasiswi biasa dan bukan orang kaya." Anjani menatap lurus ke depan tanpa berani membalas tatapan Sean.

"Kalau boleh jujur, pertama kali saya melihat kamu, saya jatuh hati dengan tubuh kamu."

"Tubuh saya?"

"Iya. Saya menyukai bentuk tubuh kamu yang langsung membuat saya berpikiran mesum tentang kamu."

Segera Anjani duduk bergerak menjauh dari Sean ketika mendengar jawaban jujur dari laki-laki tua ini. Jujur saja, entah bagian tubuhnya yang mana yang disukai oleh pria tua seperti Sean.

"Dada dan bokong kamu adalah bagian favorit saya. Itu sebelum kita melakukan hubungan suami istri. Tapi, setelah kita melakukannya, hal yang paling favorit bagi saya adalah--" Sean menunduk untuk melihat bagian bawah perut  Anjani yang langsung segera menutupnya dengan tas. "Kamu tahu lah, tidak perlu saya sebutkan." Sean terkekeh geli melihat bagaimana Anjani berusaha untuk bergerak menjauh darinya dan menutup bagian bawah perutnya dengan tas.

"Saya tidak mengira kalau bapak benar-benar mesum."

"Itu adalah jawaban jujur dariku."  Sean mengangkat bahunya.  "Terus lama-lama, saya akhirnya jatuh cinta sama kamu. Ini benar,  saya tidak mengada-ngada."

"Kalau soal kamu yang bukan kalangan dari orang kaya, saya rasa itu tidak masalah. Toh, saya mencari istri untuk menemani masa-masa tua. Bukan mencari kekayaan lagi." Tangan pria itu bergerak menyentuh anak rambut Anjani. "Kamu tahu kenapa? Karena saya sudah kaya raya dan banyak uang. Uang saya bahkan tidak akan habis sampai 3 keturunan," ujarnya lembut.

Anjani terdiam mendengar ucapan penuh percaya diri dari pria dewasa yang saat ini sedang merangkulnya.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang