44: Mimpi Ibu

5.3K 420 36
                                    

Anjani menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami sambil menikmati suasana angin sore di balkon kamar mereka.

Wanita itu sudah membersihkan diri begitu juga dengan suaminya. Tangan Anjani saat ini berada dalam genggaman Sean, membuat perempuan cantik itu tersenyum. Ada saja yang dilakukan suaminya untuk menyentuh bagian tubuhnya.

"Tadi malam aku mimpi ketemu dengan ibu, Mas," ucap Anjani pada Sean.

"Oh, iya? Mimpinya seperti apa, Sayang?" tanya Sean dengan suara lembut. Pria itu juga menundukkan kepalanya menatap mata Anjani yang kini juga membalas tatapannya.

"Aku mimpi ibu terlihat sangat bahagia. Kami lagi jalan-jalan ke pasar. Sambil belanja, ibu banyak senyum dan ketawanya. Aku tidak mengerti apa arti mimpi itu, tapi aku harap di sana ibu juga tersenyum dan tertawa."

Jari telunjuk Sean mengusap pipi Anjani. "Pasti ibu bahagia di sana, Sayang. Buktinya kamu memimpikan beliau."

"Hemmm. Terus waktu ibu udah antar aku ke rumah, dalam mimpi, ibu bilang aku harus menunggu di rumah karena nanti bakalan dijemput sama ayah. Aku yang dari kecil tidak tahu siapa ayahku tentu saja menolak, dan memaksa supaya ibu tetap bersamaku. Tapi--" Anjani menjeda kalimatnya sambil mengingat Mimpi indahnya tadi malam. "Ibu ketawa dan bilang sama aku kalau aku harus menunggu. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Tapi, aku tidak pernah berharap akan dijemput sama laki-laki yang disebut ayah. Selama ini aku hanya tahu aku punya ibu dan tidak punya ayah."

Gerakan tangan Sean mengusap pipi Anjani sedikit terhenti kemudian beralih memeluk pinggang sang istri. "Apa mungkin itu tandanya ibu mau kamu berdamai dengan ayah kamu?"

"Ibu mau aku berdamai dengan laki-laki yang disebut ayah aku? Melihatnya aku saja belum pernah. Buktinya waktu aku ke rumah kakek tua itu, aku tidak melihat adanya laki-laki yang mungkin bisa disebut sebagai ayah. Mungkin saja dia tidak peduli dan sudah memiliki istri dan keluarga baru 'kan?"  Anjani dengan spekulasinya yang tentu saja hampir 100% menurutnya benar.

Lagi pula usianya sudah 20 tahun lebih namun laki-laki yang disebut ayah itu tidak pernah muncul sama sekali. Hal ini tentu saja membuat Anjani merasa jika memang ia tidak diinginkan dan tidak pernah berharap lagi ayahnya akan hadir dalam hidupnya.

"Pokoknya apapun keputusan kamu Mas akan turuti dan ikuti. Kalau seandainya suatu hari nanti orang yang disebut sebagai ayah kamu datang, apa kamu mau bertemu dengan dia?" Sean bertanya dengan suara lembutnya.

"Aku tidak mau. Untuk apa lagi aku harus bertemu dengan dia? Tidak ada manfaatnya sama sekali," jawabnya dengan lesu.

Pernikahannya dengan Sean pun berlangsung tanpa wali. Maklum saja Anjani sendiri merupakan anak di luar pernikahan. 

"Aku sudah bahagia hidup di dunia ini dengan mas saja. Asal Mas jangan berpikir untuk menghianati aku atau meninggalkan aku. Mungkin duniaku juga akan menghilang," ujar Anjani.

Sungguh, dirinya merasa bahagia memiliki Sean di sisinya. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan lagi ketika ada seorang pria yang mau menjadikan dirinya sendiri sebagai ayah sekaligus suami dan kakak yang baik untuknya. Tidak hanya itu saja Sean juga memberikan banyak hal terbaik termasuk melindungi dirinya dari apapun.

Sean langsung mengecup kening Anjani dan memberikan kenyamanan yang mungkin belum pernah didapatkan oleh istrinya dari siapa-siapa selain dari ibunya sendiri.

Begitulah kehidupan dan Sean berjanji akan terus menjaga serta melindungi istrinya sampai kapanpun.

Reni Wijaya masih berusaha untuk mengganggu Sean. Wanita itu bahkan berani datang ke rumah Sean setelah mengetahui jika perusahaan sudah diserahkan pada CEO baru.

Reni mengeluarkan kaca dari dalam tasnya dan melihat bayangan dirinya yang sudah full make up. Kemudian, wanita itu mengeluarkan ponsel dan mulai merekam video bagian-bagian rumah Sean.

Hal ini dilakukan Reni karena pria yang sedang ditunggunya sedang berada di dalam dan ia dengan sabar menunggu.

Video yang diambil Reni tentu saja tidak merekam foto-foto Sean dan Anjani yang sedang bulan madu di pinggir pantai. Ada banyak sekali foto perempuan itu dan juga Sean yang membuat rasa iri di hati Reni semakin meningkat.

Tak lama kemudian Reni segera mengirimkan video tersebut pada putrinya. Baru diketahui Reni ternyata istri dari Sean kuliah di tempat yang sama dengan putrinya. Hal ini membuat wanita itu segera menghasut putrinya agar membuat Anjani tidak betah berada di kampus. Maka dengan itu bisa dipastikan Anjani akan putus kuliah hingga membuat perempuan itu tetap menjadi perempuan biasa tanpa pendidikan yang tinggi tentunya.

Reni juga bertekad semakin giat mendekati Sean. Pria adalah sumber kebahagiaan dan juga sumber uangnya. Dia dan anaknya harus mendapatkan suami serta ayah yang bisa menafkahi kehidupan mereka.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat membuat Reni segera menyimpan ponselnya di dalam tas dan mendongakkan kepala hanya untuk melihat keberadaan Sean yang hanya mengenakan baju kaos berkerah lengan pendek berwarna merah. Sementara bagian bawahnya mengenakan celana jeans hingga membuat Sean berkali-kali lipat lebih tampan dan pastinya lebih muda.

Reni tersenyum menatap Sean. "Mas, akhirnya kamu keluar juga. Dari tadi padahal aku menunggu kamu," ujar Reni sambil berdiri.

"Buat apa kamu datang kemari? Apa kita punya urusan?" Sean bertanya langsung. "Kalau mau bahas soal kerja sama, kamu silakan pergi ke kantor karena ada anak buah saya yang bekerja dan menangani setiap masalah yang ada," tambahnya dengan ekspresi dingin.

Sean sungguh merasa jengah jika terus didekati oleh wanita seperti Reni yang menurutnya agak agresif.

Senyum manis tetap mengembang di bibir Reni, membuat Sean hanya berdecih sinis.

"Mas, aku memang sengaja datang ke rumah kamu bukan untuk membahas soal pekerjaan. Aku datang ke sini karena memang mau ketemu dengan kamu. Memangnya tidak boleh kalau kita sebagai teman lama saling ketemu?"

"Teman lama?" Sean mengangkat sebelah alisnya. "Tapi, kita tidak berteman. Kita hanya sekadar rekan bisnis semata."

Pria itu duduk di kursinya kemudian mengangkat satu kaki ditumpukan ke kaki yang lain. "Saya minta tolong ke kamu kalau tidak ada keperluan di luar dari pekerjaan, mendingan tidak usah datang kemari. Waktu saya terbuang sia-sia karena kehadiran kamu," ujar Sean terang-terangan.

Padahal tadi ia lagi asik melukis di kamarnya dan harus diganggu dengan kedatangan asisten rumah tangga yang memberitahu jika ada tamu datang untuk bertemu dengannya.

Baru-baru ini Sean memang sedang hobi melukis. Kemampuannya saat masih SMA harus diasah lagi untuk melukis wajah cantik istrinya, Anjani.

"Aku tahu kalau kamu memang sudah menikah, Mas. Tapi, memangnya tidak boleh kalau kita berteman? Aku hanya ingin berteman dengan kamu."

"Tidak boleh. Saya tidak mau berteman dengan seorang wanita. Jadi, kamu tidak perlu lagi repot-repot untuk datang ke rumah saya." Sean berdiri dari duduknya dan menunjukkan ke arah pintu luar pada Reni. "Kamu bisa pergi dari sini. Kalau tidak, saya akan lapor ke ayah kamu kalau kamu sering mengganggu saya. Kamu pasti tidak mau 'kan kalau ayah kamu tahu kelakuan kamu selama?"

Mendapat ancaman dari Sean tentu saja membuat Reni sedikit ketakutan. Pasalnya wanita itu sangat hafal dengan watak ayahnya yang pasti tidak akan membiarkannya bebas begitu saja saat tahu ia mengganggu suami orang.

Reni akhirnya pergi dengan wajah tertekuk sementara Sean sendiri kembali ke kamarnya untuk melanjutkan acara melukisnya.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang