Tubuh Anjani menegang ketika merasakan pelukan hangat dari belakang. Saat ini Anjani sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Seperti biasa, ia akan berjalan kaki hingga sampai di rumahnya. Namun, pelukan hangat yang dilakukan oleh pria dengan bau yang sudah ia kenal, menghentikan langkahnya.
Anjani menoleh menatap wajah tampan Sean yang bahkan tidak terlihat keriput meski usia pria itu sudah nyaris setengah abad.
"Pak?"
"Hem? Kamu mau kabur? Padahal aku sudah menunggumu sejak tadi," sahut Sean.
"Saya kabur? Tidak. Mungkin hanya perasaan bapak saja." Anjani tentu saja mengelak atas tuduhan Sean. Memang benar ia memilih untuk kabur dari laki-laki ini, namun akhirnya kembali tertangkap.
"Kamu yakin tidak kabur dariku?"
Anjani melepaskan lengan kokoh pria itu dari perutnya dan bergerak sedikit menjauh guna menjaga jarak. Anjani masih punya rasa malu untuk dilihat orang berpelukan di pinggir jalan seperti sekarang. Meskipun hari gelap dan hanya diterangi oleh lampu jalan, tetap saja orang akan melihat dirinya.
"Saya tidak kabur dari bapak. Lagipula untuk apa saya kabur? Saya merasa, saya tidak memiliki utang." Anjani menyahut dengan tenang. "Bapak sudah mendapatkan apa yang diinginkan bapak. Bukannya sudah selesai?"
"Selesai?" Rahang Sean mengeras. "Anjani, jangan bilang kalau kamu berpikir aku hanya penasaran dengan tubuhmu saja?" tanya Sean tiba-tiba.
Anjani sendiri tidak menyahut ucapan Sean. Gadis itu hanya diam menatap lekat wajah tampan pria yang terpaut usia 25 tahun dengannya.
Tidak ada sahutan dari Anjani maupun Sean. Namun, tiba-tiba pria itu tertawa sambil menutup mulutnya.
"Anjani, aku sekarang sudah tahap dalam cinta gila padamu. Jadi, buang pikiran anehmu tentang aku yang penasaran dengan tubuhmu," ucap Sean. "Memang bentuk tubuhmu menggairahkan dan aku akui itu. Tapi, Anjani, itu hanya sekadar nafsu pria dewasa seperti aku. Untuk urusan cinta, aku serius cinta padamu."
Anjani mundur 2 langkah ke belakang mendengar kata cinta keluar dari mulut pria tua ini. Gadis itu bergidik ngeri melihat pria yang sudah tua seperti Sean masih membahas soal cinta.
"Mungkin itu bukan cinta. Tapi bisa saja obsesi bapak pada saya."
"Hei, aku serius soal itu. Bagaimana kamu bisa berpikir kalau aku hanya obsesi?" Tangan Sean bergerak kemudian merangkul punggung Anjani untuk masuk ke dalam dekapannya. "Mari kita pulang. Mobilku sudah di bawa anak buahku. Malam ini kita akan menghabiskan waktu bersama."
Sean kemudian melangkah pergi dengan Anjani yang berada dalam dekapannya. Rumah Anjani yang berada masuk ke dalam gang membuat Sean berpikir untuk berjalan kaki dari tempat mereka saat ini berada sampai ke rumah.
Sesampainya di rumah, seperti biasa Anjani lewat depan sementara Sean akan melewati pintu belakang rumah Anjani dan menunggu selama beberapa menit sampai akhirnya gadis itu membuka pintu untuknya.
Anjani kemudian masuk ke dalam dan memastikan ibunya sudah minum obat. Baru setelah itu Anjani membuka pintu untuk Sean dan memerintahkan agar pria itu menunggu dirinya di kamar.
"Kamu mau ke mana, Anjani?" Sean menahan tangan Anjani yang bersiap untuk keluar dari kamar.
"Saya mau mandi, Pak. Dari tadi di restoran ramai dan saya tidak sempat untuk membersihkan diri."
Gadis itu melepas tangan Sean darinya kemudian melangkah keluar menuju kamar mandi dengan membawa handuk serta pakaian yang sudah ia siapkan.
Baru 3 menit Anjani berada di dalam kamar mandi, tiba-tiba pintu yang tidak terkunci terbuka dan menampilkan sosok Sean.
Anjani yang sedang berjongkok di depan ember besar dibuat terkejut dengan kehadiran tiba-tiba pria itu.
Hal yang dilakukan Anjani tentu saja menutup bagian tubuhnya dengan tangan yang tidak berarti apa-apa. Sementara pria yang membuka pintu justru menyeringai dengan lebar menatap tubuh polos yang basah karena siraman air.
"Aku akan mandi denganmu, Sayang."
Sean yang sudah membuka pakaiannya dan hanya tertutup handuk kecil segera melangkah masuk ke dalam kamar mandi yang hanya berukuran 2 kali 2 meter tersebut. Ada wc jongkok di dekat mereka, dan Sean tidak memedulikan hal itu.
Pria itu kemudian membuka handuk kecil yang menempel di tubuhnya kemudian menggantung di pintu kamar mandi sebelum bergabung dengan Anjani yang membeku di tempat melihat gerakan Sean yang begitu cepat dan tangkas.
"Pak, nanti ibu dengar suara bapak. Mending bapak di kamar saja," usir Anjani.
Bukannya pergi, Sean justru tersenyum miring menatap Anjani yang gelagapan di tempat.
"Kamar kamu dan kamar ibu kamu yang sebelahan saja, tidak mengganggunya saat kita bercinta. Tapi, sekarang jarak kamar mandi dan kamar ibu kamu cukup jauh, dan kamu takut terdengar?" Sean terkekeh mendengar alasan yang disampaikan oleh Anjani. "Sweety, alasan kamu sungguh tidak logis."
Setelah itu tanpa kata, Sean langsung menyergap Anjani kemudian menempelkan tubuh mungil gadis itu ke dinding.
Salah satu fantasi Sean adalah bercinta di dalam kamar mandi yang sempit akhirnya tercapai. Pria itu menyeringai lebar menghadapi kepasrahan Anjani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...