61: Husein drop

5.6K 472 32
                                    

Kabar duka datang dari kediaman Harto Gumilo. Bagaimana tidak, tersiar kabar jika putra satu-satunya yang dimiliki oleh Pak Harto yang semula dikabarkan sudah sadar dari komanya, tiba-tiba saja dilarikan ke rumah sakit.

Jelas-jelas keluarga dari Pak Harto sudah membeberkan jika kondisi Husein sudah mulai membaik. Hanya saja beberapa waktu belakangan ini kondisinya mulai drop terutama ketika ia mengetahui dari mulut ibunya sendiri jika Yana--Dewiyana--sapaan akrabnya sudah meninggal dunia yang membuat Husein merasakan syok.

Pria yang belum sembuh sepenuhnya itu benar-benar tidak pernah menyangka jika ibunya akan mengatakan jika Yana sudah pergi meninggal dunia, beberapa waktu sebelum Husein sadar dari komanya.

Syok yang dialami olehnya tentu saja membuat sebagian tubuhnya yang memang belum berfungsi seutuhnya semakin parah.

Sebuah tamparan melayang di pipi Mirna berasal dari Pak Harto yang sudah sangat marah dengan tingkah laku istrinya itu.

"Kali ini kamu benar-benar keterlaluan! Kamu pikir kamu ini siapa, hah? Berani sekali kamu bilang seperti itu ke anakku. Apa keuntungan yang akan kamu dapatkan kalau anakku mati, hah? Apa kamu memiliki kepuasan tersendiri berhasil membunuh anak kamu sendiri?" Pak Harto membentak Mirna dengan marah.

Sementara pipi wanita yang sudah agak keriput yang baru saja menjadi korban tamparan suaminya kini memerah.

Bu Mirna juga tidak pernah menyangka jika ucapannya akan membuat putranya itu merasa syok.

"A-aku minta maaf, Mas. Aku tidak pernah menyangka kalau akan seperti ini jadinya. Aku hanya merasa kesal saja setiap kali aku melihat Husein, anak itu pasti akan menanyakan keberadaan perempuan hina itu. Aku hanya merasa marah dan tidak terima. Seharusnya Husein bisa melupakan wanita murahan itu."

"Kamu bilang perempuan hina?" Tangan Pak Harto melayang di udara berniat untuk memberi tamparan lagi ke pipi istrinya namun segera ditahan oleh Frans.

"Pak, cukup dan jangan buat keributan lagi di sini. Bisa-bisa bapak dan ibu diusir sama pihak rumah sakit karena membuat keributan." Frans berujar menatap pada bapak mertuanya yang masih tersulut emosi.

"Bapak emosi melihat wanita di hadapan bapak ini. Seumur hidupnya memang selalu digunakan untuk mengacau. Dia bahkan tidak pernah berubah setelah berhasil membuat putranya sendiri koma dan bahkan kembali masuk ke rumah sakit karena ulahnya." Napas Pak Harto menderu marah menatap pada istrinya. "Andai saja saya tidak malu dengan banyak orang dan relasi saya, sudah lama saya pisah sama kamu, Mirna. Benci sekali saya sama kamu."

"Mas," rintih Bu Mirna menatap suaminya. Wanita itu benar-benar tidak menyangka jika suaminya akan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan dirinya.

"Kenapa? Kamu tidak terima? Ini semua gara-gara kamu. Kalau sampai sesuatu terjadi pada Husein, saya akan memastikan kamu hidup sendiri sampai mati. Saya tidak mau memiliki istri yang bahkan penyakit hatinya tidak berubah dari dulu." Pak Harto kemudian melengos dan duduk di kursi yang tersedia.

Perasaannya sangat kacau hingga membuat pria itu tidak memperhatikan keadaan sekeliling di mana anak serta menantu dan juga cucunya sudah menunggu.

Mereka semua yang berada di depan ruang UGD tentu saja menunggu dengan harap-harap cemas kabar yang akan dibawa oleh dokter tentang kondisi Husein yang tidak diketahui.


Tak lama kemudian ponsel milik Siska berdering membuat semua pasang mata menoleh ke arahnya.

"Maaf, semuanya. Ini dari teman kuliah aku yang mungkin menanyakan soal pekerjaan rumah yang belum diselesaikan."


Gadis itu tersenyum malu kemudian pamit untuk mengangkat telepon dari temannya.

Baru setelah agak jauh dan posisinya pasti tidak akan didengar oleh anggota keluarganya, Siska segera mengangkat panggilan tersebut yang ternyata berasal dari Laura.

"Kenapa kamu telepon aku? Kamu tahu gara-gara kamu menelepon aku, semua pasang mata langsung menoleh ke arah aku. Kamu mau aku dicap buruk?" Siska mendesis sambil menatap tajam pada kaca jendela yang menghadap ke arah luar.

"Aku saat ini sedang membutuhkan bantuan kamu, Lau. Bukannya keluarga kamu berkuasa? Kamu bisa bantu aku supaya perusahaan papaku tidak jadi kolaps? Aku mohon sekali ini saja sama kamu. Aku bisa seperti ini tentu saja karena kamu yang meminta aku untuk menyerang Anjani."

"Kamu masih menyalahkan orang lain atas perbuatan yang kamu lakukan? Kamu saja yang bodoh. Bisa-bisanya orang lain bisa mengetahui keberadaan perempuan itu dan kamu bahkan tidak menyembunyikan apapun." Siska berucap dengan sinis. "Kamu urusi saja masalah kamu sendiri. Aku tidak mau ikut campur karena aku tidak mau namaku terseret."

"Tapi semuanya berawal dari kamu, Sis. Kamu yang minta aku supaya untuk memberi pelajaran pada Anjani. Seharusnya kamu bisa menggunakan kekuasaan kamu untuk melindungi perusahaan papaku."

"Kalau aku bisa melindungi perusahaan papamu, aku tidak perlu sekolah atau kuliah nanti."

Sambungan telepon diputuskan Siska secara sepihak karena sudah muak mendengar apapun yang diucapkan oleh Laura.

Siska tentu saja mengetahui perkembangan yang terjadi termasuk Laura dan teman-temannya yang saat ini sedang tertimpa masalah karena ada orang yang memainkan peran dalam masalah yang terjadi pada ketiga gadis itu.


JANGAN LUPA BUAT MAMPIR KE CERITAKU YANG LAIN UNTUK SELINGAN AJA. JUDULNYA MISTERIOUS LOVE. BISA CEK PROFIL DAN LIHAT SENDIRI.

Beli duku di depan Bu Maya. Bye bye para buaya.

Suamiku ABG TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang