Anton menatap bingung pada Sean. Pria itu tidak mengerti apa-apa yang diucapkan oleh Sean karena memang ia tidak merasa membuat masalah dengan Sean sama sekali.
"Apa maksud semua ini?" Anton bertanya dengan nada dingin karena ia tahu jika kedatangan pria di hadapannya ini pasti bukan membawa hal yang baik untuk keluarganya.
Anton sudah sering mendengar betapa kejamnya seorang Sean Dwirg.
Sean tidak langsung menjawab melainkan mengulurkan tangannya pada Effendi yang berdiri di sebelahnya.
"Ini adalah bukti-bukti laporan pajak perusahaan Anda yang selama ini bisa lolos." Sean mengeluarkan satu lembar kertas berisi bukti-bukti jika selama ini beberapa perusahaan dan juga aset milik Anton tidak terdaftar dalam pajak alias sering lolos. "Ini juga bukti penggelapan dana perusahaan Anda yang menelan kerugian beberapa miliar pada 3 bulan yang lalu."
Tidak sampai di situ saja, Sean juga menunjukkan bukti kasus suap yang dilakukan oleh Anton Wijaya pada beberapa pihak terkait. Jika masalah ini sampai muncul di publik pasti akan menggemparkan.
"15 tahun yang lalu Anda memerintah seseorang untuk mencelakai lawan bisnis Anda sampai dia meninggal dunia. Buktinya sudah saya kumpulkan di sini. Ah, saya ternyata memiliki sifat baik seperti ini untuk mencari tahu hal-hal yang tidak bisa ditemukan oleh pihak berwajib, tapi saya menemukannya." Sean tampak bangga dengan apa yang dihasilkan oleh anak buahnya.
Sebenarnya bukti-bukti ini sudah ia kumpulkan sejak lama karena siapapun yang bekerjasama dengannya tentu saja tidak bisa ia biarkan lolos begitu saja. Sean tidak akan mudah menerima ajakan kerjasama orang tanpa mengetahui seluk beluk dari orang tersebut.
Andai saja sesuatu terjadi pada dirinya dan perusahaannya yang dilakukan oleh orang tersebut, tentu saja Sean memiliki senjata untuk melawannya.
Senjata tersebut tidak digunakan oleh Sean karena menurutnya perusahaan Anton Wijaya tidak melakukan kecurangan yang akan merugikan perusahaannya. Sayang sekali, perusahaan milik Anton Wijaya memang bisa melakukan pekerjaan dengan bersih namun lupa untuk membersihkan anaknya sendiri.
Sedangkan Anton Wijaya kini terpaku dengan wajah pucat menatap banyak barang bukti yang dihadirkan di depan matanya.
Sementara tamu undangan yang berada di sekitar langsung berbisik. Ada banyak orang yang membicarakan Pak Anton dan tidak ada yang pernah menyangka jika Anton Wijaya akan melakukan banyak hal gila untuk kelangsungan perusahaannya sendiri.
"Ah, satu lagi, putra pertama Anda menghamili tiga orang wanita di luaran sana. Ketiga wanita itu memiliki anak, dan mereka juga menuntut harta serta tanggung jawab dari anak pertama Anda."
Sean menjentikkan jari-jarinya dan tak lama 3 orang wanita membawa anak-anak mereka.
Ada yang membawa dua dan ada yang membawa satu anak. Semua anak-anaknya masih kecil-kecil, terutama ada anak di bawah umur yang ternyata dihamili oleh anak pertama Anton juga menggendong bayi.
"Mereka adalah wanita-wanita yang dihamili oleh anak pertama Anda. Ah, saya juga sudah memasukkan laporan ke kantor polisi atas pencabulan anak di bawah umur."
Yeah, tak lama kemudian polisi datang dan langsung membawa anak pertama Pak Anton yang terus memberontak serta teriakan histeris anak serta istrinya.
Kekacauan terjadi di kediaman Pak Anton. Tidak menduga jika semua gerakan yang dilakukan oleh Sean akan begitu cepat.
"Ah, untuk kasus suap, penggelapan dana perusahaan, dan masalah pajak, semua laporan juga sudah saya serahkan ke polisi. Saat ini polisi sedang menyelidikinya dan ketika semua sudah terbukti, Anda sebentar lagi akan dipenjara."
Sean menyeringai menatap Pak Anton yang kini sudah menyentuh detak jantungnya.
"A-apa salah saya? Kenapa kamu tega melakukan hal ini? Saya ingat kalau saya tidak melakukan apa-apa dan tidak membuat sesuatu yang akan merugikan kamu. Kenapa kamu menghancurkan saya?"
Sean tersenyum miring mendengar pertanyaan dari Pak Anton.
"Kamu jangan bertanya kepada saya. Tanyakan pada putri kesayanganmu itu, apa yang sudah dilakukannya pada istriku."
Sementara Reni Wijaya baru saja turun dari lantai 2 dan sudah melihat kekacauan yang terjadi. Mendengar namanya disebut oleh Sean tentu saja membuat tubuh Reni menegang.
"Mbak membuat ulah apa lagi? Apa tidak cukup dulu mbak membuat malu keluarga kita? Lihat sekarang, ada orang datang untuk membalaskan dendamnya karena ulah Mbak." Randy Wijaya merupakan putra bungsu dari Anton Wijaya.
Randy Wijaya sendiri memiliki usaha kecil-kecilan yang dikelola oleh dirinya sendiri. Randy memang tidak bergantung pada kedua orang tuanya sejak kecil karena ia tahu jika usaha yang dimiliki oleh orang tuanya akan diserahkan pada kakak pertama mereka yang kini sudah dibawa ke penjara.
Keluarga Anton Wijaya memang masih sangat patriarki. Menginginkan anak laki-laki pertama untuk menjadi penerus perusahaan. Kini, ketika usaha orang tua mereka sedang dalam keadaan bahaya, Randy tidak merasakan apapun. Apalagi usaha yang dimilikinya tidak ada campur tangan kedua orang tua mereka. Jadi, pihak manapun tidak bisa mengklaim usahanya.
Reni yang ditanya menatap Randy dengan wajah pucatnya. Wanita itu benar-benar merasa sedikit ketakutan saat ini apalagi ketika melihat pengawalan ketat ini terjadi di dalam rumah mereka.
"Mama kenapa berdiri di tengah tangga seperti ini?" Laura yang baru saja turun ke lantai dasar tidak menyadari jika ada yang aneh di dalam rumah Oma dan juga opanya.
Sementara Reni tidak menjawab, tatapan Sean kini beralih menatap pada wanita itu.
"Nah, Ini dia tokoh utama yang menjadi penyebab kehancuran keluarga kalian." Sean menunjuk pada Laura yang berdiri di sebelah Reni.
Rupanya gadis itu baru menyadari jika ada sesuatu yang tidak biasa di kediaman Oma dan opanya.
"Om Sean?" Segera Laura merapatkan tubuhnya pada Reni. "Ma, apa Om Sean ke sini mau melamar mama? Tapi, kenapa bawa pengawal?" Laura berbisik di telinga mamanya yang masih diam membeku.
Sedangkan Anton yang sudah melihat keberadaan putrinya segera memanggil mereka. Tidak hanya Reni yang ketakutan tapi juga Laura yang kini perasaannya sudah tidak enak.
"Apa yang sudah kalian lakukan? Tolong jelaskan ke saya apa yang sudah kalian lakukan!" Anton Wijaya yang sudah tersulut emosi berteriak dengan pertanyaan yang sama. Napas pria itu memburu menatap pada anak dan cucunya.
"Pa, kami tidak melakukan apa-apa. Mas, sebenarnya ada apa ini? Kenapa kamu datang dan membuat keributan seperti ini? Ini?" Tidak lupa Reni Wijaya juga menatap tidak percaya dengan bukti-bukti yang kini berserakan di lantai.
Ekspresi wajah wanita itu kini berubah menjadi ketakutan yang sangat luar biasa.
"Kamu masih bertanya apa salah kamu di sini. Mustahil kalau kamu tidak mengerti apa yang terjadi. Terutama pada anak perempuan kamu yang membuat istri saya sampai sekarang masih berada di rumah sakit."
Kali ini tidak hanya Laura dan Reni yang terkejut tapi semua orang yang di dalam rumah juga terkejut mendapati fakta yang baru saja dilontarkan oleh Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku ABG TUA
RomanceSean Dwig pria berusia 45 tahun itu dengan tidak tahu malu jatuh cinta kembali pada seorang gadis berusia 20 tahun yang lebih cocok untuk menjadi anaknya. Pria itu tanpa malu bersikap layaknya ABG yang sedang jatuh cinta dan menikmati masa puber ked...