Note: Happy Reading 💕"Standar kecantikan, tidak menentukan seseorang itu pantas atau tidaknya dicintai. Semua orang ... pantas mendapatkan cintanya."
~Alfaro~"ALFAROOO!!! TURUNKAN AKU!!!"
Al menyeringai kecil dengan melirik sejenak ke arah Lia. "Baiklah."
Lia melotot sempurna ke arah Al yang santai menepikan mobilnya. "Tunggu apa lagi? Turunlah." Al dengan jemari tangannya yang mengetuk-ngetuk pelan stir mobil. Lia mendengus kesal, ia membuka pintu mobil.
"Kau turun, berarti kita tidak akan pernah menginjakkan kaki di kediaman keluarga Hendra. Jika sampai kau ke sana tanpa sepengetahuanku ... jangan harap bisa kembali ke rumah. Dengan kata lain, kau ... kupecat."
Lia dengan gerakan cepat langsung masuk mobil lagi. Ia memasang sabuk pengaman, kemudian mengaca di spion dalam mobil, merapikan rambutnya yang berantakan. "Ayo jalan," ucap Lia, yang membuat Al menjalankan kembali mobilnya.
"Kau ... jika menyukaiku, kumohon jangan terlalu kasar. Kau tahu wanita itu suka pria yang lembut dan baik hati," ujar Lia santai membuat mata Al melotot sempurna.
"K-KAU mendapatkan fakta sesat itu darimana???" Al dengan nada gugup, dan jantung yang berdetak tidak normal. Ada apa dengannya?
Lia malah tertawa kecil. "Apa kau tidak tahu, wanita itu sangat peka dengan masalah seperti ini. Bukankah kau di rumah sakit kemarin bilang,"-Lia menatap ke arah Al- "saat melihatmu pingsan tadi, aku rasa ... akan menggila jika terjadi sesuatu padamu." Lia dengan suara yang dibesar-besarkan.
Al benar-benar meruntuki ia yang kebawa suasana kala itu. Kenapa juga ia berbicara seperti itu? Sangat memalukan! Jantungnya pun rasanya tidak dapat bekerjasama dengan baik sekarang. Apa ia sedang menderita penyakit jantung?
"Y-YA. M-maksudku aku menggila karena sangking bahagianya. K-kau yang berpikir terlalu jauh." Gelagat yang cukup aneh, membuat Lia makin menunjukkan senyum lebarnya.
Ia menatap kaca lagi, sambil memiringkan wajahnya ke kanan, ke kiri. "Memang aku terlalu cantik, walau tidak mandi tiga hari ... kecantikanku malah makin terpancar. Aku cukup mengerti kau bisa terpesona kepadaku. Aku sendiri saja jatuh cinta pada wajahku, kau yang pria mana tahan tidak menyukaiku?" Lia memandang binar ke arah pantulan kaca.
Ya, inilah satu alasan Lia tidak mandi. Ia ingin mencoba satu hal yang halal untuk gadis cantik lakukan, dan haram bagi pengidap obesitas sepertinya. Dulu, jika ia tidak mandi sehari saja, maka sudah pasti penampakan Lia tampak seperti Sherk versi lokal.
Ah, betapa bahagianya menjadi gadis cantik.
Al tertawa kecil mendengar ocehan Lia yang menggelitik perutnya. "Percaya diri itu memang penting. Tapi kalau kelebihan, itu tidak baik. Kalaupun aku memang menyukai seseorang, bukan karena fisiknya. Kau pikir aku akan peduli, dengan penampilanmu? Saat diluar sana lebih banyak wanita yang lebih cantik darimu." Lia mendengus sebal saat mendengar penuturan Al. "Standar kecantikan, tidak menentukan seseorang itu pantas atau tidaknya dicintai. Semua orang ... pantas mendapatkan cintanya."
Lia menatap salut ke arah Al. Ia kini mengalihkan pandangannya ke arah luar mobil. Apakah di dunia nyata masih tersedia, pria yang semacam Al? Seseorang pria ... yang tidak melihat fisik dalam mencintai. Tapi ... mungkinkah?
🐒🐒🐒
Gerbang otomatis terbuka, mobil Al masuk ke jalan aspal yang membelah rumput hijau dan pohon kecil sepanjang perjalanan. Sekitar sepuluh meter, mobil Al baru terparkir. Pemandangan yang membuat Lia menganga di tempat. Lia yakin, jika ia tidak nyasar di dunia novel seumur hidup pemandangan ini hanya ia lihat dalam foto Instagram.
Lia menepuk jidat sendiri, karena teringat sesuatu. Ia mencengkram lengan Al, saat pria itu akan melangkah lebih jauh."Kenapa kau tidak membawa apapun? Seharusnya kita beli sesuatu dalam perjalanan tadi. Masak kita masuk, hanya numpang makan malam ... dengan tangan kosong?" ucap Lia kemudian menggigit kecil bibirnya.
Al memasang raut heran, dengan satu alis terangkat. "Tidak perlu bermain jadi calon menantu yang baik. Lagian, kau benar-benar berpikir kita diundang kemari murni untuk makan malam?"
"Undangannya untuk makan malam. Memang kita akan main badminton di dalam?" sahut Lia dengan wajah tidak mengerti, membuat Al menggeleng pelan. Gadis ini terlalu polos atau memang bodoh sih?
"Tuan Muda Al?" Pelayan pria menghampiri. Membuat dua insan di sana mengalihkan perhatian ke arah suara.
"Tuan Besar sudah menunggu Anda. Mari, saya antar."
Al mengangguk, kemudian meraih tangan Lia untuk ia genggam. Gadis itu mencoba meronta. "Kau ngapain pegang-pegang?" bisiknya dengan pelan, agar tidak terdengar dengan pelayan di depan mereka.
"Diamlah. Mereka tahunya kita sepasang kekasih, jika kau sampai ketahuan hanya asistenku menurutmu apa yang akan mereka lakukan?" lirih Al yang membuat Lia menegang. Memang apa yang akan mereka lakukan?
"Mereka akan menjualmu di pasar gelap," ucap asal Al yang berbisik di telinga Lia. Membuat gadis itu mengeratkan genggaman di tangan Al. Pria itu menahan tawa, rasanya menggelitik perut. Benarkah gadis itu percaya dengan omongan nyeleneh darinya? Oke, sebenarnya dia tidak bermaksud untuk membohongi.
Al tersenyum lebar. Rasanya sangat manis, dan menyenangkan baginya. Wajah Al mulai surut, saat seluruh keluarganya menyambut di depan pintu. Tatapan sang ayah yang datar, ibu yang penuh benci, dan Devan yang menatap remeh.
Lia tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Dea, yang dengan senang hati menyambut dengan senyuman lebar. Namun gadis itu segera menunduk takut, saat mendapat lirikan sinis dari sang ibu. Lia menurunkan tangannya sembari menatap genggaman tangan Al yang makin mengerat, dan berkeringat dingin.
Lia memandang ke arah Al dengan raut heran. Ada apa dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get It, Oh ... My CEO!(END)√
RomanceArqelia Putri, gadis obesitas yang bertransmigrasi ke tubuh gadis cantik nan seksi ... dalam dunia novel. Dari milyaran manusia di bumi, kenapa harus dia, yang mengalami kejadian tidak masuk akal ini? Walau di tengah bingung yang melanda, gadis itu...