1. Akibat Tersedak Cilok

30.5K 2.2K 82
                                    

Arqelia, nama yang berarti harta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arqelia, nama yang berarti harta. Sebuah harapan dari orangtuanya, agar kelak ia berlimpah rejeki. Itu kata sang ibu ... entah kenapa Tuhan mengabulkan dalam artian berbeda. Ia beneran berlimpah, tapi lemaknya.

Lia tak pernah menyangka, di usia yang beranjak 24 tahun ini, lemaknya terkoleksi sebegitu banyak. Padahal porsi makannya, cuman sedikit.

Selain membuat susah gerak, lemak membandel di tubuhnya itu ... juga membuat sial seluruh hidupnya. Jomblo seumur hidup, susah cari kerja, dan gagal jadi seleb Instagram. Padahal cita-cita pengen terkenal, seperti Albert Einstein.

"Aku sudah tidak mau berdiet mati-matian! Hidup cuman sekali, kalau tidak buat makan enak, mubazir jadinya," sungut Lia dengan pipi bengkak yang penuh makanan. Seakan ia menelan bulat-bulat berbagai jenis makanan di hadapannya.

Sang adik dengan telaten mendengarkan di samping Lia, sembari memberi segelas minuman saat kakaknya itu tersedak.

"Kak, yang aku bingung ... kenapa bisa ya, kak Lia diet ... tapi malah bertambah gemuk? Kemarin tidak sebesar ini," ujar Natasha sambil memindai tubuh Lia. Benar, padahal dia membatalkan diet hari ini dengan makan besar, kenapa bertambah berat badan sehari sebelumnya?

"Bialin ...," ucap Lia yang masih sibuk mengunyah makanan. Begitu lahap, dan sendokan yang cukup besar. Rencananya ia pakai centong nasi, tapi karena entar kelihatan rakus, ia hanya pakai sendok.

Benar, ini alasan ia makan besar hari ini. Waktu bertahun-tahun ia habiskan untuk menjauhi segala bentuk makanan yang ada, tidak mengubah apapun selain fakta tubuhnya makin lebar. Apakah ini karena namanya Arqelia? Ia harus membicarakan lebih lanjut mengenai ini bersama kedua orangtuanya.

"Pelan-pelan, nggak ada yang merebut," seru Natasha sambil menggeleng pelan, melihat kakaknya begitu nafsu memasukkan makanan ke dalam mulut. Kakaknya benar-benar seperti beruang besar yang habis hibernasi, tak makan berbulan-bulan.

Lia melirik ke arah Natasha yang mulai membaca novel.

"Kamu tidak bosan? Kamu membacanya berulang kali," kata Lia tanpa menghentikan kegiatannya mengunyah makanan. Natasha menggeleng antusias, dengan mata yang berbinar.

"Kakak tahu? Aku bahkan menghapal banyak dialog dalam novel ini. Aku benar-benar jatuh cinta sama Alfaro Anggara!!! Jika saja Alfaro bisa kutemui dalam dunia nyata,"

I Get It, Oh ... My CEO!

Judul buku yang secara naluri Lia baca berulang kali saat menatap sampulnya. Ia memutar bola mata malas, saat sang adik mulai beraksi. Mendongeng tentang kisah novel di dalamnya, lagi ... dan lagi.

Kenapa di saat mood buruk seperti ini, dia selalu mendapat dongengan mengenai sosok Alfaro Anggara? Sepertinya sang adik mencoba mendoktrin Lia untuk ikut menyukai karakter yang sangat ia cintai dalam novel itu.

Sorry, but i'm anti romantic!

Lia yang lebih memilih menjejali mulutnya dengan cilok sebesar bola tenis, kini terbelalak karena tersedak.

Tangan besarnya memukuli dada yang terasa ngilu, sambil megap-megap tubuh segede gajah Sumatera itu oleng ke arah Natasha. Membuat tubuh ramping itu, ikutan terhuyung dengan novel yang ia pegang mulai melayang mengudara.

Dengan mata Lia yang masih melotot, ia bisa lihat bagaimana novel itu terbuka beberapa halaman di atasnya. Sebelum benar-benar mendarat sempurna di wajah Lia.

"Kak Lia!!!" teriak Natasha yang masih ditangkap oleh telinga Lia, sebelum gadis itu benar-benar pingsan.

Semua terasa gelap, sesak, dan tak bisa bergerak sesuai implus otak yang Lia inginkan. Apakah dia akan mati konyol, karena tersedak cilok? Rasanya Lia ingin menangis, dan menjerit saat ini.

Ia bahkan mendengar sirine ambulan berbunyi, apakah ia benar-benar sekarat ... karena sebuah cilok?

🐒🐒🐒

Walau kepala masih terasa pening, akhirnya Lia bernapas lega. Ia sanggup membuka kedua matanya. Ternyata dia masih tidak sesial itu, hingga mati karena kesedak cilok.

" Ha ha ha," Lia tertawa sendiri saat membayangkan betapa konyol dirinya, jika itu benar-benar terjadi. Ia seketika membungkam sendiri mulutnya, saat suara yang keluar bukanlah suaranya. Suara ini lebih merdu, dan ... halus.

Jantungnya berdegup kencang, dengan mata melotot saat ia sadar sesuatu. Kenapa tubuh dan wajahnya terasa ringan dan mengecil? Ia menatap ke arah tangan, dan kemudian memindai tubuhnya sendiri yang ramping.

"Aaakhhhhhh!!! Aku siapa???" teriak Lia yang persis orang bingung. Seluruh pasang mata karyawan di sini tampak melihat aneh ke arahnya. Ya, saat ini Lia tengah berdiri di samping pantry. Sebuah perusahaan yang besar, dengan gedung yang tampak luas dan mewah.

"Apa yang kau bicarakan? Masih ngantuk? Cepat, anterin kopinya ke ruang kerja Bos," sungut wanita yang merupakan salah satu karyawan di sana, kemudian melenggang pergi.

Kopi? Lia memindai kembali baju rapi yang melekat di tubuh. Ia segera berlari ke arah cermin besar, depan pantry. Melihat pantulan di sana, membuat matanya melotot besar.

Yang benar saja, dengan tubuh aduhai seperti ini, dan wajah imut bak boneka hidup, paling enggak ia seorang model. Kenapa OG??? Tunggu sepertinya, bukan ini yang menjadi masalah sebenarnya.

Masalah yang sesungguhnya ... dia ini di mana, kenapa, dan siapa?

Tubuhnya terasa kaku. Ia melotot sempurna, saat tubuh bergerak sendiri, tanpa aba-aba dari Lia.

Seperti sebuah wayang, ada seseorang yang memegang kendali pada tubuhnya? Ia dapat melihat, raut wajah yang tiba-tiba datar sendiri, dari raut gelisahnya tadi.

Ia kini berjalan kembali ke arah pantry, mengambil kopi yang sudah tersedia di meja. Langkahnya ke arah yang seolah-olah dia sudah tahu arah tujuan.

Ia bergerak ... seperti robot. Suara itu, jika dipikir-pikir sebelum kendali tubuh diluar kuasanya, ia mendengar suara halaman buku terbalik.

Ia mengetuk pintu tiga kali, sebelum memasuki ruangan bosnya. Dapat ia lihat wajah gusar pria tampan yang sedang bersama beberapa pria paruh baya, dengan setelan jas mahal mereka. Mereka duduk di sofa dengan suasana yang tampak serius dan tegang.

Lia dapat melihat ke arah papan nama yang terukir apik di meja bosnya.

Direktur utama Alfaro Anggara.

Ia tidak salah eja bukan?

Lia ingin berteriak histeris saat ini, namun seakan tubuh masih tidak memperbolehkan ... ia hanya mundur sopan, dan berlalu dari sana usai memberikan kopi.

Ini benar-benar ALFARO ANGGARA yang dipikirannya? Jika benar ... berarti saat ini ia ... berada di dalam novel?

TIDAAAAAAKK!!! INI LEBIH TIDAK MASUK AKAL, KETIMBANG MATI KARENA KESEDAK CILOK!

"Tunggu," Alfaro yang kini mendekat ke arah Lia dengan wajah dinginnya.

Kenapa ini? Rasanya Lia ingin meruntuki cilok, yang menyebabkan ia sampai terdampar di dalam novel roman picisan ini!






















I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang