56. Tontonan yang Menarik

3.2K 482 47
                                    

Usai menghubungi Al, Devan menunggu sedikit lama sambil bermain ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai menghubungi Al, Devan menunggu sedikit lama sambil bermain ponsel. Merasa bosan, ia menatap ke arah Lia yang sedari tadi hanya diam.

"Sepertinya Al memilih untuk membuangmu. Dia tidak menanyakan sama sekali lokasimu. Ternyata kau tidak terlalu penting, dibanding panti itu." Devan yang terkekeh keras di hadapan Lia.

"Sepertinya aku perlu segera mengurusmu. Tenang saja, aku akan membakarmu dengan cepat." Devan yang mulai kembali mengambil sebatang kayu di api unggun sebelahnya.

Braakkkkkk

Suara bantingan pintu seng, membuat semua pengawal waspada. Devan menoleh santai, dan menyeringai saat mendapati Al yang mulai memukuli pengawalnya. Tidak, pengawalnya yang mulai duluan. Mereka berkelahi, namun karena Al jauh lebih unggul ... membuat kesan seakan mereka yang sedang dipukuli.

"Dasar bodoh!" lirih Devan menatap beberapa pengawal yang terkapar, namun mencoba menyerang kembali.

"Bukankah kau tidak seharusnya melakukan itu, Adik? Kau tidak lihat, aku memegang api yang bisa membakar habis kekasih cantikmu ini dengan cepat." Kalimat yang dilontarkan Devan membuat pria itu segera berhenti. Membiarkan para pengawal Devan mulai membuat Al menunduk paksa ke bawah.

Dengan kasar mereka menendang kedua kaki Al, agar ia bersimpuh. Pria itu menatap sendu ke arah Lia. Rasa bersalah dan pedih kini menggerogoti hatinya saat melihat Lia yang tampak tak berdaya di sana karenanya.

"Aku belum memberikan lokasinya, bagaimana bisa kau menemukan kami di sini?" Devan dengan raut bingung.

"Apa itu penting? Aku sudah di sini. Apa yang kau inginkan?"

"Apa kita perlu pemanasan dulu?" ujar Devan sambil menyeringai.

Kalimat yang seperti isyarat bagi para pengawalnya untuk segera merapat ke arah Al. Memukul, menendang, dan menginjak tubuh Al dengan membabi buta. Pria yang takut terjadi sesuatu kepada Lia jika ia memberontak, kini ia pasrah.

Tubuhnya terasa remuk, ia yang kini terkapar di lantai, sembari membiarkan mereka menghujaninya dengan berbagai macam pukulan dan hantaman.

Lia menangis dalam diam. Ia harus mencoba tenang saat ini. Ia adalah pemeran utama wanita, sepertinya ia harus ambil adil dalam adegan ini. Gadis itu menutup mata. Sebelum membukanya, dengan tatapan berbeda.

Lia tertawa terbahak-bahak, membuat Devan di sampingnya menatap ganjil ke arahnya. Para pengawal yang sibuk menghajar Al, kini ikut terhenyak mendengar suara tawa Lia.

Devan yang mengangguk singkat, saat salah satu pengawal menatapnya. Ditunda. Al yang lebam dan darah di mana-mana kini ikut menatap ke arah Lia, saat ia merasa tak lagi mendapat hantaman. Tangan penuh luka itu mengusap kasar darah yang keluar dari mulutnya.

"Kau sangat menyukai tontonan. Aku akan memberikannya padamu." Lia yang memberikan tatapan menantang ke arah Devan.

Pria itu dungu, bodoh. Apalagi ditambah sebagai pecandu narkoba. Otaknya sudah tak dapat lagi dibuat berpikir, melihat betapa nekatnya aksi yang ia ambil saat ini. Lia rasa sedikit mengelabui pria yang tak tertolong di hadapannya itu, pasti akan mudah.

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang