53. Aku Mual

4.1K 532 38
                                    

Di depan komputer kantornya, Al menggigit kuku jemari tangan dengan raut bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan komputer kantornya, Al menggigit kuku jemari tangan dengan raut bingung. Hari ini ia ingin meresmikan hubungannya dengan Lia. Ia ingin gadis itu terpesona dalam kejutan kencan romantis yang ia rencanakan.

Ya, setidaknya sudah jadi rencana. Permasalahan sekarang adalah, ia menghabiskan waktu berharga berjam-jam miliknya hanya menatap layar komputer. Laman web yang menerangkan banyak kiat untuk menaklukkan wanita dengan berbagai bentuk kencan.

Zidan mengetuk pintu beberapa kali, sebelum benar-benar menghadap atasannya. Al yang baru saja sadar akan kehadiran pria itu, tampak antusias, seakan baru saja mendapat pencerahan.

"Ah. Kebetulan. Menurutmu kencan seperti apa yang disukai wanita? Aku sudah mencarinya, tapi aku tidak yakin. Kupikir semua hal yang ditulis di sini, sudah pasti banyak pasangan yang memakainya. Aku ingin memberikan sesuatu yang sangat istimewa, dan berbeda dari yang lain. Apa kau punya ide? Aku membaca semua laman di internet, tapi belum mendapat juga."

Zidan dengan wajah serius, tampak berpikir. "Kencan berbeda dengan yang lain?"

Al mengangguk cepat. "Kencan ini harus istimewa. Karena aku juga ingin meresmikan hubungan kami. Mungkin lebih ke arah momen pernyataan cinta? Aku ingin dia mengingatnya dengan indah untuk seumur hidup," ujar pria itu dengan wajah tersipu.

Zidan mengangguk-angguk kepala, dengan wajah datarnya. "Saya ada ide. Bagaimana jika Anda memakai kostum Tarzan dan menyatakan cinta sambil bergelantungan di kaca gedung? Saya kenal beberapa petugas pembersih kaca gedung yang mungkin bisa membantu. Harga murah, dan karena kenalan bisa dapat diskon. Nona Lia pasti akan mengingatnya seumur hidup."

Wajah Zidan yang kelewat datar, dan raut tampan di depannya yang surut keantusiannya. Oke, mereka saling lempar tatapan datar, dengan suara jangkrik yang mulai berbunyi.

"Enyahlah, sebelum aku menyumpal mulutmu dengan sepatuku." Suara Al membuat Zidan segera menunduk dan membalikkan diri.

Usia melangkah beberapa langkah, ia berbalik menghadap Al. "Apapun hasilnya kencan yang Bapak putuskan nanti, saya harap segera Anda dapatkan. Anda terlihat sangat bekerja keras untuk memutuskannya selama beberapa jam ini, untuk itu. Jika saja Bapak bukan atasan, melainkan karyawan saya ... Mungkin sudah dari tadi saya memecat Anda."

Melihat Al bersiap membuka sepatu ... Zidan membelalakkan matanya, dan segera berlari untuk keluar ruangan.

Al mendengus pelan, ia memijit kepalanya yang terasa pening. Apa ia harus survei ratusan pegawai wanita di kantornya saat ini? Pria itu menggeleng cepat. Waktunya tidak akan cukup, ia sudah janjian dengan Lia hari ini.

Ia memutuskan untuk menghubungi Dea. Siapa tahu sebagai sesama wanita dan orang terdekat dengan Lia, setelah dirinya tentu saja ... akan memberinya beberapa ide.

"Halo. Ada apa Kak? Tumben," ujar Dea di seberang yang sedang membuat kue di rumahnya.

Al berdehem canggung. Entah kenapa ia merasa malu saat akan bertanya hal seperti ini, kepada sang adik. "K-kau ... menurutmu, pernyataan cinta seperti apa yang bisa membuat wanita terkesan?"

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang