Siang yang cukup berangin itu, Alfaro berdiri di samping pembatas jembatan. Usianya tujuh belas tahun, dan hari ini adalah pertama kali baginya bisa menatap dunia luar.
Selama tujuh belas tahun hidup bagaikan tahanan di keluarga Hendra, dan menghabiskan waktu sebanyak itu hanya untuk membaca di dalam ruang bawah tanah ... kini ia bisa melihat, apa yang mereka sebut sungai di dalam buku secara nyata.
Sangat indah, namun tak terlalu kuat untuk menerbitkan senyuman di wajah dingin Alfaro. Hatinya yang kosong, hanya dapat menerima indah sebagai kata ... tanpa tahu bagaimana rasanya.
Hidupnya terlalu suram, bahkan jika ia berusaha mengakhiri hidupnya di tempat yang indah ini ... Itu akan percuma. Ia tahu, ia tak bakal mati.
Pria itu kini menghadap jalanan yang penuh kendaraan berlalu lintas. Ia meluruhkan tubuhnya, duduk di trotoar. Satu kaki ia luruskan, satunya ia tekuk untuk menyangga tangan yang kini mengangkat penutup kepala jaket hitamnya. Wajah dinginnya kini tertutupi separuh tundung jaket.
Ia tak memiliki hasrat untuk melanjutkan hidup, yang begitu ia dambakan hanyalah kematian segera datang menghampirinya.
Al membuka mata, saat selembar uang dan sebungkus roti mendarat di pahanya.
Ia menatap tangan putih nan halus yang kini terlipat di antara kedua lutut gadis yang sedang jongkok. Wajah yang sangat cantik, dan bibir tipis yang melengkung sempurna tengah bersitatap dengannya.
"Semangatlah. Semua orang berjuang untuk hidup, apa kau akan menyerah seperti ini? Kau cukup muda untuk bekerja, jangan berputus asa, dan menjadi pengemis di sini. Itu tidak cocok, untuk pria tampan sepertimu." Usai mengatakan itu, lagi-lagi gadis yang masih menggunakan seragam sekolah itu melebarkan senyuman.
Al terasa terhipnotis, dia ... begitu cantik. Netra matanya kini menatap ke arah tanda pengenal ... Alisa.
Gadis itu segera berdiri dan berlalu dari sana. Tatapan terpaku milik Al, masih setia mengamati tubuh Alisa yang menjauh. Gadis itu menoleh ke arahnya, angin yang cukup kencang memainkan rambutnya yang panjang nan indah.
Lagi-lagi ia melemparkan senyuman manis ke arah Al, dengan tangan yang melambai semangat. Gadis itu tertawa kecil, sebelum benar-benar pergi, yang entah kenapa menghangatkan hati kecil Al.
🐒🐒🐒
Malam harinya, Al berjalan di kompleks yang cukup sepi. Ia mendengar sayup-sayup suara teriakan meminta tolong. Ia berlari ke arah sumber suara. Matanya terbelalak, saat mendapati Alisa ... gadis yang baru ia temui tadi siang, tengah dirundung beberapa pria dewasa bertubuh kekar.
"HEI! APA YANG KALIAN LAKUKAN?" teriak Al, membuat seluruh perhatian mengarah kepadanya. Alisa yang menangis tersedu, merasa agak lega ada seseorang yang mau menolongnya.
"Keluarga gadis ini berhutang banyak pada kami. Mereka tidak bisa membayarnya, jadi gadis ini yang akan menjadi jaminannya. Kau, jangan ikut campur dengan urusan kami. Pergilah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get It, Oh ... My CEO!(END)√
RomanceArqelia Putri, gadis obesitas yang bertransmigrasi ke tubuh gadis cantik nan seksi ... dalam dunia novel. Dari milyaran manusia di bumi, kenapa harus dia, yang mengalami kejadian tidak masuk akal ini? Walau di tengah bingung yang melanda, gadis itu...