59. Kau Ingin Mendengarnya?

3.2K 422 9
                                    

Zidan menemui Nyonya Hendra di kediamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zidan menemui Nyonya Hendra di kediamannya. Ia memberikan berkas ke arah wanita itu dengan perlahan.

"Sebelum pak Al tertimpa musibah beberapa waktu lalu, ia sudah memutuskan untuk ini. Jika situasi di luar kendali, A Company, akan membeli perusahaan Hendra Group." Zidan memberikan berkas yang ia buka di hadapan Nyonya Hendra.

Perempuan itu memandang kosong surat kesepakatan di hadapannya. "Kenapa dia harus melakukan ini? Jika memang harga yang harus terbayar adalah kejatuhan Hendra Group, aku sudah siap menerimanya. Aku rasa tidak bisa memberikan persetujuan untuk ini. Mendapati Al membantu, sangat melukai harga diriku. Pergilah, aku menolaknya."

"Anda tidak seharusnya bersikap egois hingga akhir, Nyonya. Di sini bukan hanya mengenai Anda, namun jutaan karyawan Hendra Group yang menggantungkan hidupnya di sana ... apa Anda tidak berpikir sama sekali tentang mereka?" Perkataan Zidan yang membuatnya terhenyak. Nyonya Hendra yang berdiri dan mulai melangkah, terhenti.

"Jika di benak Anda itu terlihat seperti memamerkan kekuasaannya maka Anda salah besar. Pak Al, dia hanya berusaha membantu. Semua keputusan ada di tangan Anda. Sejujurnya, membeli Hendra Group seperti menimbuk kepala sendiri dengan batu besar. Artinya, itu hanya merugikan perusahaan kami dari segi apapun."

Nyonya Hendra berbalik, dengan padangan datar ke arah Zidan. "Itulah yang kumaksud. Seperti katamu yang bagai menimbuk kepala sendiri dengan batu besar, aku tidak ingin Al melakukan itu. Kau sebagai seseorang kepercayaannya, bukankah harus mencegahnya berbuat bodoh seperti itu?"

Zidan tersenyum kecil. Ia merapikan jasnya, sebelum beranjak dari duduk. "Anda terlambat jika melakukannya sekarang. Pak Al, dia bukanlah anak kecil yang perlu dilindungi. Dia adalah pembisnis  yang handal. Setiap hari harus berhadapan dengan segala macam risiko, dan sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Hal yang membedakan hanyalah prioritas utamanya bukan keuntungan kali ini. Saya sebagai seseorang yang dibawahnya, sangat mengaguminya. Saya akan selalu mendukung semua langkah besar yang ia ambil. Karena itu saya ada di sini."

"Jika Anda tidak berkenan, baiklah. Kalau begitu, saya permisi."

Zidan melangkah pergi. Perempuan yang tampak masih menimbang perkataan pria itu kini akhirnya bersuara. "Tunggu. Aku akan menandatanganinya."

Pria itu kembali menatapnya. "Anda benar-benar menyetujuinya?"

"Ya. Aku akan menjual Hendra Group kepada Al. Dia bertujuan untuk menyelamatkan hidup karyawan Hendra Group, aku harus mendukungnya bukan?"

"Keputusan yang bijak, Nyonya."

🐒🐒🐒

Rintik hujan dengan langit yang mendung, tak menyurutkan para pelayat yang berpakaian hitam itu untuk datang ke pemakaman.

Lia menghembuskan napas pelan. Ia berjalan ke arah Nyonya Hendra yang masih menatap nisan di sana, walau para pelayat mulai surut.

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang