"Tunggulah di sini. Aku akan membeli obat di apotek terdekat," ujar Al yang berjongkok di hadapan Lia, gadis yang tengah duduk di salah satu bangku yang menghadap sungai.
Gadis itu mencekal lengannya. "Aku sudah merasa lebih baik. Tidak perlu obat."
Lia berdiri, ia menarik tangan Al ke arah pedagang yang menjual berbagai macam barang pasangan dan pernak-pernik wanita. Ia memilih kaus putih couple, dengan bentuk hati.
Usai membayar, Lia memberikan satu kausnya untuk Al. "Pakailah, aku merasa kurang nyaman melihatmu masih memakai kemeja kotor itu. Walaupun mutahan itu, bagian dariku juga." Lia menggaruk belakang kepalanya, yang tidak gatal. "Aku juga akan memakainya," ucapnya sembari memamerkan satu kaus di tangan.
Al terkekeh, sambil mengacak gemas rambut Lia.
Usai berganti pakaian, Lia dan Al berjalan beriringan dengan baju couple mereka. Dengan senyuman yang malu-malu, Al menggandeng tangannya.
Lia menatap wajah tersipu Al dari samping, membuatnya tertawa kecil. Pria yang kini sedikit tersentak, saat Lia memeluk erat lengannya. Menatap kedua manik mata gadis itu yang juga tengah memandangnya, membuat Al secara otomatis mengeluarkan senyumannya yang menawan.
"Hari ini apakah ada perayaan? Makin malam, keadaan sekitar makin padat pengunjung." Lia menatap sekeliling.
"Kau benar. Pedagang jalanan juga lebih banyak dari biasanya."
"Eh? Sepertinya di depan ada pertunjukan. Banyak yang berkerumun di sana." Raut antusias Lia, membuat Al ikut menatap ke arah yang ia tunjukan.
Dengan tarikan kecil, setengah berlari Lia membawa Al memasuki kerumunan. Kini tampak di depan mata, sosok pria yang memainkan denting piano miliknya dengan begitu menghayati.
Sangat merdu, nada yang mengalun dengan indah itu terasa halus dan romantis. Tak heran seluruh penonton di sana tampak terhanyut, dan terhipnotis. Begitu juga dengan Lia yang mulai mengayunkan kedua tangan setengah ke atas. Layaknya penonton yang lain, sejalan dengan lagu yang dinyanyikan.
Menatap Lia yang seakan kagum dengan musisi jalanan itu, membuat Al tersenyum manis.
Tepukan tangan meriah, mengakhiri pertunjukan manisnya. Al segera berlari ke arah rombongan musisi itu. Ia seperti sedang merundingkan sesuatu.
Perlahan kerumunan mulai lengang. Lia menatap Al dari kejauhan, dengan senyuman lebar, dan kedua mata yang menyipit. "Apakah dia akan bernyanyi untukku? Ck ... menjadi peran utama wanita dalam novel roman picisan, memang sangat merepotkan. Banyak hal manis yang harus kuterima, aku harus apa?" Gerutuan Lia yang berbanding terbalik dengan wajah cerianya menatap Al.
"Aku tidak bisa bermain piano. Aku akan memakai gitar saja." Al yang segera menerima uluran gitar dari salah satu orang di sana, dengan senyuman kecil. "Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get It, Oh ... My CEO!(END)√
RomanceArqelia Putri, gadis obesitas yang bertransmigrasi ke tubuh gadis cantik nan seksi ... dalam dunia novel. Dari milyaran manusia di bumi, kenapa harus dia, yang mengalami kejadian tidak masuk akal ini? Walau di tengah bingung yang melanda, gadis itu...