60. Aku Tahu Jawabannya

3.1K 453 52
                                    

"Kalau begitu dengar baik-baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau begitu dengar baik-baik." Lia yang mulai menatap tajam ke arah Al dengan wajah dingin. "Kau hanyalah tokoh fiksi dalam novel di duniaku. Hidupmu ini tidak nyata. Semua yang ada di sini ... dan juga dirimu adalah palsu. Kau tidak benar-benar ada ... kenapa lukamu harus senyata ini? Itu ... terlalu tidak adil."

"Apa ... apa maksudmu." Suara Al yang tercekat, dan kedua bola matanya yang menatap tak percaya. Tidak, karena raut Lia yang sangat serius membuatnya benar-benar bingung. Hal seperti itu ... apakah mungkin?

"Kau tidak perlu merasa sakit dan bersalah. Tidak perlu lagi, cukup sudah." Lia berjalan perlahan ke arah Al yang masih syok. Kedua bola mata gadis itu yang memancar tajam dengan linangan air mata menghujam hati Al.

Benarkah ... dia ini tidak nyata? Karena itu, waktu kecil ... bahkan bunuh diri beberapa kali ia tidak bisa mati?

"Ini adalah dunia novel. Kau tokoh utama fiksi di dalam dunia novel ini. Rasa sakit itu tidak nyata ... sama sepertimu. Itulah faktanya. Karena itu Al, jangan bersedih lagi." Lia yang masih meneteskan air matanya kini mengulurkan tangannya ke arah Al.

Mata gadis itu terbelalak, saat Al berkedip-kedip samar. Pria itu ... mulai menghilang, bersamaan air matanya yang menetes sedih. "Benarkah aku tidak nyata? Lia ... apakah aku hanya ilusi bagimu?"

"A--alfaro ...." gugup Lia dengan kedua bola mata yang bergerak cemas menatap Al yang tak bisa dia gapai.

"Al ... aku mohon. Apa yang terjadi? Kenapa kau ...." Lia yang menangis tersedu sembari mencoba menggapai tubuh Al yang transparan.

"Terlepas dari semua fakta itu ... aku hanya ingin kau tahu, Lia. Aku mencintaimu ... dan aku yakin, itu adalah perasaan yang nyata." Senyum manis Al bersama senyuman sendunya adalah hal terakhir yang gadis itu lihat.

Al ... menghilang.

"Al!!! Tidak!!! Aku ... aku ...." Lia terjatuh dengan mata yang masih menyorot panik. Jantungnya berdegup cepat, saat angin kencang mulai menyapu seluruh kota.

Bukan lubang hitam. Kini pemandangan di depan terhapus menjadi putih. Perlahan angin itu mulai menghapus gedung rumah sakit yang ia pijaki. Kedua bola matanya tertutup, saat angin itu menghempasnya hingga terpelanting beberapa meter.

Gadis itu membuka kelopak mata, saat sudah tak lagi terdengar bising angin yang mengudara. Perlahan gadis itu bangkit dari posisinya terjatuh. Air matanya meluruh, saat mendapati ia seperti berada di ruangan putih tak berujung.

Lia berlarian ke sana kemari dengan air wajah ketakutan. Ia memanggil nama Alfaro berulang kali dengan raut penuh frustrasi.

Apakah ia telah merusak dunia novel itu? Karena ia mengatakan itu kepada sang pemeran utama?

Setelah kehabisan tenaga berlarian di bidang putih itu, Lia berjalan gontai. Bahkan tidak ada satu titik warna lain. Hanya putih. Ini seperti buta dalam cahaya. Sepanjang mata memandang, ia hanya melihat warna putih.

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang