38. Alisa ... Menghilang?

5.1K 689 15
                                    

Di taman yang cukup sepi, Alisa meremas pelan kedua tangannya di pangkuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di taman yang cukup sepi, Alisa meremas pelan kedua tangannya di pangkuan. Matanya menyorot cemas, ke sekeliling. Ia tersenyum lega saat sosok Fandy dari kejauhan, berlari kecil menghampirinya.

"Bagaimana keadaanmu?" ucap Fandy dengan gurat khawatir, menatap wajah pucat Alisa. Gadis yang kini menggeleng lemah.

"Bukankah sudah kubilang untuk selalu didekat Al? Kenapa kau menghiraukan perkataanku??" Fandy dengan rasa jengkel, menatap Alisa yang malah menangis sesenggukan.

"Memang apa hubungannya Alfaro ... dengan tubuhku yang sewaktu-waktu hampir menghilang?!?" Suara tangis yang makin kencang itu, membuat Fandy mengusap kasar wajahnya frustrasi.

"F-fandy ... jika aku menghilang, apa yang terjadi padaku? Apa artinya aku mati?" lirih Alisa seraya menatap kedua tangannya yang mulai menghilang. "F-fandy, aku takut ...."

Fandy membolakan mata, saat melihat tubuh Alisa transparan. Apa yang harus ia lakukan? Ini mengingatkannya pada rasa sakit saat ia mencoba merubah adegan. Orang-orang yang ia sayangi, mulai menghilang di depannya.

Ia tak ingin merasakannya lagi. Alisa adalah temannya yang berharga. Ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Dengan mata yang berlinang, Fandy mencoba memegang kedua bahu Alisa. Tak bisa tersentuh, namun tak selang lama ia bisa memegangnya. Membuat Fandy, sedikit merasa lega. "Dengar Alisa, kau ... tunggu aku di sini. Jangan ke mana-mana. Aku akan segera kembali."

Fandy segera berlari. Dari kejauhan, ia menoleh sejenak ke arah Alisa, yang masih duduk di kursi taman. Wajahnya tampak sangat sedih, bersamaan tubuh yang berkedip-kedip akan menghilang.

🐒🐒🐒

Lia yang keluar dari gedung restoran, ia berjalan santai di trotoar. Ponselnya berbunyi, ia dengan senyum tipis mengangkatnya.

"Bagaimana, kak Lia apa kau sudah menemuinya?" tanya Dea di seberang. Ia yang sedang membaca buku di perpustakaan pribadinya.

"Ya, begitulah. Semua tergantung padanya. Aku rasa harus mencari jalan lain untuk berjaga-jaga, jika ibumu tidak merespon apapun."

Dea menghentikan bacaannya. Ia menatap ke depan, sembari memainkan halaman buku di tangannya "Kak Lia tenang saja. Aku pasti akan membantumu. Setelah ini, apa yang kau rencanakan?"

Lia tersenyum lebar. "Terimakasih, Dea. Setelah ini, aku berencana menemui Alisa. Aku ingin melihat keadaannya."

"Alisa?" tanya Dea memastikan.

Lia terhenti langkahnya, saat mobil hitam berhenti di depan. Fandy keluar dari sana, dengan terburu.

"Dea, nanti kuhubungi lagi." Lia menutup panggilan sepihak, ia juga ikut melangkah mendekat ke arah Fandy.

"Apa yang harus kulakukan? Alisa benar-benar hampir menghilang." Fandy dengan gurat paniknya.

Lia yang sempat membeku, kini segera berlari menuju mobil Fandy. "Apa yang kau lakukan? Ayo, kita harus menemui Alisa."

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang