22. Jurusan Calon Orang Kaya

6.9K 916 29
                                    

"Sopan santun dan hormat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sopan santun dan hormat ... tidak memandang usia. Sebagai sesama manusia, mau itu tua, atau muda kita harus saling menghormati."

~Arqelia~

Meja makan yang panjang nan luas itu, hanya terdengar bunyi denting para koki, dan pelayan yang sibuk mengeluarkan beraneka ragam makanan. Suasana yang tegang, membuat Lia kaku di tempat.

"Bagaimana rasanya pulang ke rumah, setelah sekian lama hidup di luar sendiri?" ujar dingin sang ibu dengan tatapan datar ke arah Al.

Al tertawa dengan mata sendu yang menyorot ke bawah. "Entahlah, apakah ini termasuk rumahku? Kalian menyembunyikan fakta jika aku bagian dari keluarga ini. Apakah ...." Al menelan ludahnya kasar, saat suaranya terasa tercekat. "Ibu masih menganggapku aib, di keluarga ini?" Mata berkaca milik Al menyorot ibunya yang hanya menampilkan wajah tanpa ekspresi.

Dia hanya ibu tirinya. Al tahu benar akan hal itu. Namun bagaimanapun juga, ketika ia mampu berucap kata ibu ... hanya wanita itulah yang ia kenal sebagai sosok ibunya. Dia membenci kehadiran Al sebagai anak hasil perselingkuhan suaminya, namun Al menyayanginya sebagai sosok satu-satunya yang ia panggil dengan sebutan, ibu.

Lia menatap bergantian ke arah Al dan Nyonya Besar Hendra bergantian. Kenapa suasananya begini?

"Tentu saja, bodoh. Memangnya prestasi dan uang bisa mengubah fakta, jika kau aib di keluarga ini? Jangan mimpi! Usai diusir dari sini ... jangan harap pulang diperlakukan bak pahlawan, kau ... tetap pecundang di mata kami!" sahut Devan dengan tatapan tajamnya.

"Devan! Jaga mulutmu." tegas sang ayah yang sedari tadi hanya diam.

Al tertawa kecil, ia menatap ke arah Devan yang seketika diam. "Setelah tidak bertemu beberapa hari, apa kapasitas otakmu sudah menurun? Aku tidak pernah diusir dari sini, puluhan tahun lalu ... aku yang memilih untuk pergi, meninggalkan rumah ini. Apa sekarang kau bahkan tidak bisa membedakan diusir, dan memilih untuk pergi? Kau linglung, baru mengonsumsi obat?" kalimat terakhir yang membuat seluruh ruangan itu menegang.

Byurrrrrrrrrr

Dengan gurat marah, sang ibu melempar keras air di gelasnya ke wajah Al. Lia benar-benar membolakan mata saat ini. Pria itu yang refleks menutup mata, kini mengusap kasar wajah basahnya dengan senyuman lebar. "Aku tidak tahu, lbu mencintaiku hingga perhatian seperti ini. Kebetulan kulit wajahku memang terasa kering tadi," ujar Al sembari mengelap ala kadarnya wajah dengan sapu tangan yang ia ambil di meja.

Lia menatap bingung sekaligus iba ke arah Al. Pria itu ... walau tersenyum matanya meredup sedih saat ini. Itu terasa ... menyesakkan. Hati Lia, terasa ikut teremas dibuatnya. Pria ini ... sangat haus akan kasih sayang sosok ibu, dan keluarga.

Sang ibu masih setia dengan wajah dinginnya. "Jangan berani mencaci dan berbicara sembarangan tentang anakku! Aku tidak akan tinggal diam, jika rumor buruk tentang Devan merajalela di luar sana karena mulut busukmu itu. Ternyata anak dan ibu sama saja, sama-sama pandai merusak hidup orang!"

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang