49. Double Date, kan?

4.3K 541 12
                                    

Fandy yang nyemil di depan TV, kini mendongakkan kepalanya ke arah belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Fandy yang nyemil di depan TV, kini mendongakkan kepalanya ke arah belakang. Mendengar derap langkah kaki yang masuk ruangan, menarik atensinya yang sedari tadi terbahak sendiri ... menonton layar di depannya.

Al dengan wajah lempeng dan pakaian kakek-kakek miliknya, serta Lia yang tampak masa bodoh dengan baju yang ia kenakan ... membuat tawa Fandy seketika meledak.

Ia segera memutar tubuhnya, menghadap mereka. "Wah ... pasangan yang sungguh fenomenal. Apa kalian bertengkar, sambil memainkan teater drama tradisional? Ada apa dengan kostum kalian? Sangat menggelikan."

Al menimbuk kepala Fandy, dengan bantal sofa di dekatnya. Wajahnya kusut sempurna, melihat tatapan Fandy yang tampak sangat puas mengejek. "Pulanglah, sekarang. Kalau tidak ingin kontrakmu berakhir saat ini juga. Jangan bermimpi jadi brand ambassador produk perusahaanku lagi."

"Aku tidak peduli. Lagipula pemutusan kontrak sebelum waktunya, berarti kau harus membayar mahal pinalti untuk itu. Aku tidak merugi." Fandy yang santai memakan cemilan di tangannya.

Sial, Al makin gondok dengan wajah songong Fandy saat ini. Pria itu berdehem sejenak, sepertinya alih-alih ancaman, ia harus memakai jurus yang ia biasa andalkan. Uang.

"Kalau kau pulang sekarang juga, kontrakmu akan diperpanjang lebih lama. Dengan bayaran dua kali lipat dari kesepakatan dahulu. Kau juga bisa menambahkan beberapa syarat yang sempat kutolak."

Perkataan Al sukses membuat pria itu berdiri tegak antusias. Ia tersenyum senang. "Deal!" Fandy seketika beranjak pergi. Dari ambang pintu, ia menoleh ke arah Lia yang masih menatapnya dari belakang.

"Aku tidak jadi menginap. Kita selesaikan diskusinya di ponsel saja, ya? Bye-bye ...." Fandy yang tanpa menunggu jawaban dari Lia, melangkah kegirangan keluar dari rumah Al.

Lia mengedip-ngedipkan mata ke arah Al, pria yang sedekap santai menatapnya. Seakan gadis itu mengisyaratkan, apa yang sedang terjadi? Al hanya bergidik tak peduli, dan melenggang pergi begitu saja.

🐒🐒🐒

Hari yang ditunggu Fandy tiba. Kini dengan tampang yang gugup, ia mengecek kembali penampilannya yang sudah sempurna di kaca restoran.

"Lia, hari ini sangat penting bagiku. Jika tiba-tiba kita masuk zona adegan, tampar atau pukul saja aku seperti dulu. Kau paham?"Fandy yang gelisah sambil menatap sekitar restoran yang sepi.

Lia mengangguk kecil. "Kau yakin, kencan pertama dengan Dea ... tidak masalah ada aku di sini?"

"Sebenarnya sangat menggangu. Tapi kau seperti tuas pengaman. Jika tiba-tiba masuk zona adegan, kau bisa menghentikanku menyakiti Dea."

"Sial. Aku merasa sakit hati mendengarnya. Rasanya dimanfaatkan secara blak-blakan seperti ini benar-benar ---"

"Dea datang!" Fandy yang memekik kegirangan memotong perkataan Lia. Mendorong tubuh gadis itu secara spontan, agar menyingkir dari sana.

I Get It, Oh ... My CEO!(END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang