Terbilang satu tahun lamanya Lia terpuruk dan memulihkan diri. Ia kini perlahan menerima keadaan. Ia berpikir untuk menjalani kehidupannya, dan menelan mentah-mentah rasa sakit yang membelenggu dirinya. Demi Natasha, demi keluarganya.
Berkat dukungan orang-orang yang menyayanginya, Lia mulai beraktivitas kembali. Menurut Natasha, sebelum ia pingsan ... naskah terbaru sudah siap cetak. Bertepatan dengan acara jumpa penggemar, ini adalah waktu peluncuran buku terbaru miliknya.
Natasha mengajak Lia untuk makan di kedai dekat lokasi, sebelum melakukan acara jumpa penggemar.
"Di sini ada menu cilok yang luar biasa enaknya. Kak Lia harus mencobanya."
Cilok? Jika dilihat-lihat ini adalah tempat ia beli waktu itu. Cilok yang membuatnya tersedak dan masuk ke dalam dunia novel.
"Bukankah kita pernah beli di sini? Kita memakannya bersama."
Lia tahu jika itu adalah awal dari perubahan semua hal tentangnya. Dari fakta ia pingsan karena tersedak cilok berubah karena faktor kelelahan, dan terbangun tiba-tiba menjadi penulis terkenal. Ia tidak terkejut ada kejadian seperti itu. Karena keajaiban yang lebih menakjubkan adalah dia sudah menghabiskan waktu tiga tahun di dunia novel dalam kurun satu bulan di dunia ini.
"Apa yang kakak katakan? Kita baru pertama kalinya makan ini, bersama."
Ya. Karena ada yang berubah, ingatan orang di dunia ini, berbeda dengan Lia. Entah dia yang memang gila, apa dunia yang memang gila. Gadis itu sudah lelah untuk menyangkal. Bahkan ia harus menjalani psikoterapis karena hal itu.
Ia hanya menggangguk mengerti.
Beberapa saat, pemilik kedai memberikan layanannya. "Cilok terbaik kami sudah datang. Selamat menikmati."
Lia yang terkesiap mendengar suara familiar itu ... segera menatap ke orang tersebut. Pria paruh baya dengan janggut putih. Sopir taksi ... dia adalah pemilik kedai cilok di dunianya?
Lia yang masih melotot sempurna dengan degup jantung yang kencang segera menghentikan langkah pria itu untuk kembali ke tempatnya. Gadis yang berdiri tegak, dan mencengkram erat pergelangan tangan pria berjanggut putih itu.
"Anda ... Anda mengenal saya, kan? Iya, kan?" Lia dengan nada menuntut dan tatapan penuh harap.
Aku mohon. Aku mohon, bukan aku yang gila. Semua kejadian di dunia itu ... bukan hanya sekedar halusinasiku.
Senyum tipis dan tatapan penuh makna, makin membuat jantung Lia berdegup kencang. Pria itu melirik ke arah Natasha yang saat ini tengah mengomeli Lia karena tidak sopan. Natasha melepas tangan Lia yang mencengkram erat pergelangan tangannya.
"Mohon maaf atas ketidaksopanan kakak saya, Pak," ujar Natasha dengan raut menyesal.
"Ayo, Kak. Sepertinya kita harus pergi dari sini." Natasha yang mengambil tas mereka, segera menarik tangan Lia untuk keluar ruangan.
Sebelum benar-benar keluar ruangan, Lia yang masih setia menatap pria itu, kini tersentak. Dengan seringai lebar, pemilik kedai cilok meletakkan jari telunjuknya di bibir. Seakan hanya dari syarat itu saja, Lia mampu menangkap. Semua Itu adalah benar, dan ... ia harus merahasiakannya.
Lia menitikkan air matanya. Syukurlah. Syukurlah semua itu nyata.
🐒🐒🐒
Lia menganga saat menatap begitu padatnya orang-orang di sana. Benarkah mereka semua penggemar Lia? Bahkan beberapa wartawan tengah mewawancarainya. Ia yang masih beradaptasi dengan kilatan-kilatan kamera, menatap asing sekelilingnya.
Usai menjawab sebisanya, dengan bantuan pihak penerbit, Lia melalui hampir seluruh rangkai acara.
Kini acara yang dinantikan oleh seluruh penggemar, yaitu pemberian tanda tangan. Lia dengan sopan dan ramah menyapa satu persatu 'penggemarnya'.
Jika ditanya sebenarnya Lia saat ini sangat pusing dan ingin ini segera berakhir. Ia seperti hidup dalam kepalsuan. Segalanya terasa palsu.
Ia tidak pernah menulis cerita, dan ia sama sekali tidak memiliki ingatan menjadi 'Arqelia' sang novelis romansa yang terkenal.
Lia memijit sejenak pelipisnya, kini sorot mata lelah itu terselimuti kehangatan saat anak remaja tengah berdiri di depannya dengan kilat kagum.
"Hai, aku harus menulis apa di sini?" tanya Lia dengan senyuman lebar, saat anak itu menyodorkan novel berjudul 'Mintuna' ke arahnya.
"Namaku Kamboja. Bisakah kakak tuliskan penyemangat agar aku rajin belajar? Aku sangat menyukai waktu istirahatku ... saat kugunakan membaca karya kakak. Tapi aku jadi lupa waktu belajar."
Lia terkekeh pelan. "Baiklah. Aku akan menulisnya untukmu." Gadis itu berkata sambil memberikan tanda tangannya. "Kamboja, kau harus tekun belajar. Kalau sudah dewasa, hasilkan uang yang sangat banyak ... kemudian beli karyaku yang banyak, ya."
Kamboja mengangguk antusias, dan semangat. Ia mengucapkan terima kasih kepada Lia saat mendapati kembali bukunya.
"Pfffftttt ...." Pria berbadan tinggi dengan topi hitam di belakang anak remaja itu menahan tawa mendengarnya.
Lia yang masih menatap anak itu pergi dengan senyuman kecil, segera mendongak ke arah seseorang yang menahan tawanya.
"Anda memberi saran yang cukup bagus untuk anak remaja."
Mengabaikan apa yang pria itu katakan ... gadis itu tersentak, dengan tubuh membeku. Bola matanya memanas saat menangkap senyuman manis dan tatapan yang hangat itu. Tatapan yang masih terasa sama sejak satu tahun lalu terkubur dalam ingatannya.
"Alfaro ...," lirihnya dengan air mata yang menetes dengan deras. Degup jantungnya yang berdetak kencang, dan kerinduannya yang membuncah.
Dengan langkah santai, pria itu melangkah maju mendekat. Ia menyodorkan novel ke arah Lia.
Tidak seperti penggemar lain yang membawa novel terbarunya, pria itu membawa novel lain. Novel I Get It, Oh ... My CEO. Novel keluaran lama, dan novel ... tempat mereka mencantumkan beberapa kisahnya.
"Sudah kubilang, kan? Aku tidak akan pernah membiarkanmu meninggalkanku," lirihnya sambil mencondongkan tubuh ke arah Lia.
Senyuman lebar, terbit di wajah tampannya usai itu. Senyuman itu, senyuman yang sangat Lia rindukan.
Dengan berderai air mata, Lia menarik sudut bibir simpul. "... Kau tepati. Terima kasih, Alfaro."
Sesuai kata Al, halaman terakhir di dalam buku ... berubah menjadi awal kehidupan babak baru untuk mereka berdua.
Kali ini, walau kisahnya tak terlukis dalam novel ia berjanji ... ia akan bahagia. Ia akan bahagia, karena ada Alfaro di dunianya. Dunia yang Lia tempati saat ini.
"Aku sangat mencintaimu, Alfaro."
THE END
Note: Akhirnya selesai juga. Huhuhu. Terima kasih untuk teman-temanku tercintahhhh, yang setia menemani Arqelia dan Alfaro sampai akhir.💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get It, Oh ... My CEO!(END)√
RomansaArqelia Putri, gadis obesitas yang bertransmigrasi ke tubuh gadis cantik nan seksi ... dalam dunia novel. Dari milyaran manusia di bumi, kenapa harus dia, yang mengalami kejadian tidak masuk akal ini? Walau di tengah bingung yang melanda, gadis itu...