Dalam waktu yang cukup cepat, nenek Al menyiapkan banyak lauk untuk mereka. Kini mereka bertiga menikmati makan bersama di meja yang melingkar. Lia tersenyum senang. Berkat masakan sang nenek, akhirnya Al mau mengisi perutnya.
Dengan senyuman hangat nenek memberikan lauk di piring Al. Pria yang termangu dengan mata yang berlinang itu memakan lauk sambil mencoba menahan tangisan yang hampir keluar.
Lia terkekeh kecil. "Ututu ... bayiku yang imut .... dia terlihat sangat menggemaskan saat seperti ini. Benarkan, Nek?" ucapnya sembari mengacak pelan rambut Al.
Al yang wajahnya memerah malu, segera menyingkirkan tangan Lia dari kepalanya. "S-siapa yang kau bilang menggemaskan! Aku ini tampan, bukan menggemaskan ...." gerutunya yang persis anak kecil dalam mode merajuk. Membuat Lia makin tergelak keras mendengarnya. Oh, ayolah Al. Apakah kau juga memiliki sisi seperti ini?
"Baiklah, baiklah. Alfaro sangat tampan dan menggemaskan," sahut Lia di sela tawanya.
Lihatlah, bahkan warna merah itu kini makin menjulur ke daun telinga dan leher Al. "B-berhenti menertawakanku."
Nenek Salma yang sedari tadi hanya menyimak dua sejoli di depannya, ikut tertawa renyah. Betapa bersyukurnya ia melihat ini. Senyuman penuh kasih sayang terbit di wajah keriputnya. Menatap Al dan Lia yang masih sibuk berdebat akan hal yang sebenarnya tidak berguna.
🐒🐒🐒
Dengan dalih menenangkan diri, Al dan Lia sudah menghabiskan waktu tiga bulan berada di kediaman sang nenek. Kini Al makin terbiasa dengan kehidupan di desa. Hari ini Lia bahkan mengekori Al yang mencari kayu di jalan setapak menuju hutan.
Dengan senyum menahan kesal, Lia berjalan menepuk-nepuk pahanya. "Wah ... tidak terasa kita di sini selama tiga bulan. Bahkan kau mengutus Zidan untuk mengemasi barang-barang kita untuk di bawa kemari. Apa kau sudah tak berencana untuk kembali? Kau akan memberikan perusahaanmu juga ke Zidan untuk itu?"
"Bagaimana kau bisa tahu? Tenang saja, uang tabunganku lebih dari cukup untuk menghidupi kita selama dua turunan."
Kalimat enteng yang dilontarkan Al membuat Lia menganga di tempat. Memang benar gadis itu membawa Al kemari agar ia dapat menenangkan diri. Tapi ... bukan ini yang dia inginkan!
"Al ... kau ingin melarikan diri selamanya?” ucap Lia dengan raut syok.
Pria itu terkekeh geli, mengacak halus rambut Lia. "Aku bercanda. Aku sudah lama meninggalkan perusahaan. Kebetulan aku dengar sidang akhir Devan akan segera diadakan. Kita harus segera kembali."
Lia tersenyum lebar mendengarnya. "Kau sudah berani menghadapinya, aku bangga padamu."
"Sekeras apapun kita berusaha, kita tidak bisa lari dari takdir." Al menggengam erat tangan Lia dengan tatapan teduhnya. Ia mengecup tangan gadis itu penuh kelembutan. "Sesakit apapun keadaannya, asal bersamamu ... aku yakin bisa melaluinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get It, Oh ... My CEO!(END)√
DragosteArqelia Putri, gadis obesitas yang bertransmigrasi ke tubuh gadis cantik nan seksi ... dalam dunia novel. Dari milyaran manusia di bumi, kenapa harus dia, yang mengalami kejadian tidak masuk akal ini? Walau di tengah bingung yang melanda, gadis itu...