37 [Tengkorak sialan.]

77 5 0
                                    

Suara siapa itu!!?

"Apa yang terjadi sebenarnya! Benang itu mengarah ke ruangan itu". Gumam Violetta. "ᦓ꠸ꫝ꠸᥅ ꪻꫀꪑ᥇ꪊᦓ ρꪖꪀᦔꪖꪀᧁ".

Violetta yang mengunakan sihir tembus pandang dan berjalan perlahan menuju ruangan itu. Sejujurnya Violetta sendiri tidak tahan dengan bau anyir darah yang cukup menyengat bagi hidungnya.

Walaupun Violetta yang asli pasti tidak takut darah berbeda dengan jiwa yang terjebak di dalam tubuh Violetta, yang mulai pusing dengan bau darah, dan darah yang tertetes dari tubuh anak-anak yang hilang tidak berhenti menetes.

Rasanya pusing, aku nggak pernah liat darah dan mayat sebanyak ini secara langsung. Baunya semakin menyengat, rasanya pengen muntah.

Saat Violetta ada di depan ruangan itu iya mengintip dari balik pintu yang terbuka sedikit. Yang ia lihat hanyalah ruangan yang gelap dan hanya di terangi lentera.

Gelap, nggak bisa lihat apa-apa.

Di tengah gelapnya malam ditambah gelapnya ruangan itu hanya terlihat rambut yang berwarna seperti warna pink.

Rambut pink?.

Saat Violetta semakin fokus ia melihat sesuatu seperti aura yang berwarna hitam dan semakin gelap.

Dimana aku pernah melihat aura hitam itu? Dan sejak kapan aku bisa melihat aura seseorang? Bukan saatnya aku memikirkan itu.

Di sisi lain.

"Dimana orang itu, apa dia terjatuh terus pingsan lagi?". Gumam Frederick yang bisa di dengar samar-samar oleh Dicky dan Malvin.

"Putra mahkota, anda tidak bisa meremehkan tuan putri! Tuan putri kan berasal dari kerajaan sihir dan juga putri dari dua orang penyihir hebat". Ucap Dicky.

"Yah, lebih baik kita cari dia juga dalam daftar orang hilang di hutan karena kebelet buang air kecil". Ucap Frederick langsung pergi mencari Violetta.

"Malvin kau tidak bisu, bukan? Kok diem aja". Tanya Dicky.

"Tidak ada yang perlu untuk di bicarakan, lebih baik kau diam dan gunakan matamu agar berguna". Ucap Malvin langsung pergi menyusul Frederick.

Dicky yang mendengar itu terdiam sejenak dan jadi kesel sendiri, dan ikut menyusul Frederick.

Aku harus pergi! Bau darah ini membuatku semakin pusing.

Violetta yang tidak tahan dengan bau darah di rumah tua itu langsung pergi ke luar dan berhenti di pintu rumah itu sambil menghirup udara.

"Akhirnya buka bau anyir yang tercium oleh hidungku ini". Gumam Violetta lega.

Berjalan menjauh dari pintu rumah itu tiba-tiba Violetta di hadapkan dengan tengkorak yang sama dengan waktu itu.

"Eh? Sejak kapan ada tengkorak!? Tadi perasaan nggak ada". Ucap Violetta yang berjalan mundur sedikit. Aku pasti bisa mengunakan sihirku dengan benar!.

Tengkorak itu cukup banyak dan Violetta sendirian, lalu tengkorak itu mulai menyerang Violetta secara bersamaan. Violetta yang tidak mengunakan senjata dan Tengkorak yang mengunakan pedang. Violetta sendiri merasa kewalahan karena mengunakan sihir peledak terlalu berlebihan.

Violetta yang menerima goresan di wajahnya yang mengeluarkan darah, Violetta yang menyadari itu memperlihatkan seringai. Dengan mata yang menyipit dengan warna mata yang berwarna biru terang dan berkilauan tidak seperti biasanya.

"Rasanya sakit.. ". Ucap Violetta.

Dan tiba-tiba luka yang berada di wajah Violetta sembuh dan tidak meninggalkan bekas luka sama sekali, Violetta lalu mengulurkan tangannya ke arah samping dan terlihat pedang sihir yang mengkristal.

Entah kenapa saat ini Violetta seperti bukan dirinya, melainkan terlihat seperti orang lain.

"Sihir cahaya.. aku bisa mengunakan sihir ini". Seringai dan terlihat dingin.

Nyutt.. (getaran sihir yang dirasakan Grizelle).

"Getaran sihir ini!! Bagaimana bisa?! Dia sudah mati! Zaylee sudah mati! Bagaimana sihir ini..". Ucap Grizelle yang merasakan getaran sihir milik Violetta.

"Tengkorak sialan". Gumam Violetta.

Violetta yang mengunakan pedang sihir dengan di lapisi sihir cahaya membuat pedang sihir itu mengkristal dan bisa menebas banyak tengkorak sekaligus.

"Lelah.. tengkorak itu sudah habis". Gumam Violetta dengan nafas yang terngah-ngah.

Saat Violetta lengah tiba-tiba terlihat tengkorak yang menyerang Violetta dari belakang secara tiba-tiba.

Tingg...

Suara pedang Frederick yang berbenturan dengan pedang yang di genggam oleh tengkorak itu.

Frederick yang langsung datang dan memeluk Violetta lalu menghancurkan tengkorak itu.

"Ada apa denganmu!? Kau terluka?". Ucap Frederick sambil mengambil saputangannya dan mengikatkan di tangan Violetta yang terluka.

"Anda datang? Bukankah saya bilang untuk menunggu saya di sana?". Ucap Violetta dengan suara lemas.

"Apa yang kau lakukan di sini?". Tanya Frederick. Dia membantai semua tengkorak itu? Tidak bisa di remehkan.

Apa yang harus aku katakan?.

Tidak terasa ternyata mereka berkeliling hutan selama semalam dan ini saat matahari muncul dengan sinarnya.

"Anak-anak yang hilang itu.. hiks.. sudah meninggal! Dengan darah di mana-mana". Ucap Violetta.

Frederick yang mendengar itu terkejut dan langsung menyuruh Dicky untuk membawa kereta kuda ke tempat itu untuk Violetta.

Frederick setelah itu Frederick memberikan jubahnya untuk Violetta.

"Aku akan menangani ini lebih baik kau pulang saat kereta datang dan istirahatlah". Ucap Frederick.


⭒~••♡••~⭒


Maaf masih banyak salah ketik yaa♡^_^


27 Januari 2022


Thank you♡♡.

Transmigrasi: Violetta Isabella Ivander[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang