Setelah pertemuan kedua kalinya yang tidak diduga-duga di kafe mereka menjadi lebih dekat.
Di kafe.
Terlihat Aurellia dan yang lainnya yang berpamitan untuk pulang karena sudah hari sudah semakin sore.
"Aku duluan". Ucap Ricella.
"Kalian nggak bareng pulangnya?". Tanya Rizelle yang melihat Ricella pulang berbeda arah dengan Aurellia.
Ricella yang mendengar itu menggelengkan kepalanya, "rumahku sama rumah aurel jauhan Aurel kalo dari sini". Jawab Ricella.
"Iya, aku akan naik bus dan Myricella tinggal jalan kaki". Imbuh Aurellia.
Ricella yang mendengar namanya di panggil Myricella langsung memarahi Aurellia yang terus-menerus memanggilnya dengan nama Myricella.
"Udah dua tahun terakhir kau manggil aku pake nama itu! Kenapa sih?". Tanya Ricella.
Rizelle dan Calvin yang hanya diam dan tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ricella.
"Nggak tau, terlintas aja gitu di kepalaku nama Myricella". Jawab Aurellia tidak tahu.
"Myricella? Apa kamu pernah baca novel buatan aku?". Tanya Rizelle.
Aurellia yang mendengar itu hanya diam, dan yang lainya pun sama hanya diam.
"Kau pernah buat novel?". Tanya Calvin.
"Iya judulnya witch thirsty for love, yah lumayan laku lah yaa. Bagi aku yang pemula ini". Jawab Rizelle bangga.
Di rumah Calvin.
Setelah pembicaraan itu Aurellia pulang dengan bus dan Ricella yang pulang berjalan kaki. Dan Rizelle yang pergi entah kemana.
"Tuan muda Calvin, anda di panggil pak direktur keruangannya". Ucap seseorang pria.
"Baik". Jawab Calvin lalu pergi keruangan ayahnya.
Sesampainya di ruangan itu terlihat ada seorang wanita dan seorang pria yang sedang duduk dan menanti Calvin.
"Ibu, ayah? Ada apa memanggil saya?". Tanya Calvin.
"Duduklah dulu Calvin". Seorang wanita.
"Apa bisa langsung keinti pembicaraan?". Ucap Calvin lalu duduk.
Dan terlihat wajah pria itu serius menatap Calvin, pria itu hanya diam tanpa berbicara.
"Ini tentang kejadian dua tahun lalu, saat kamu menabrak seorang gadis SMA". Ucap pria itu.
Calvin yang mendengar itu hanya diam mendengarkan dengan raut wajah yang serius.
"Saya akan langsung menemui gadis SMA itu dan meminta maaf, apapun keputusan gadis itu saya akan menerimanya". Ucap Calvin yang membuat kedua orang tuanya terkejut.
"Bagaimana bisa seperti itu! Gadis itu juga mungkin tidak melihat jalan ketika menyebr-!". Ucap bu Rini (ibu Calvin).
"... Biarkan, ini adalah keputusan yang diambil oleh Calvin". Ucap ayah Calvin.
"Besok saya akan pergi langsung kerumah gadis SMA itu". Ucap Calvin membulatkan tekadnya.
"Kalau itu yang kamu inginkan, baiklah". Ucap Ares (ayah Calvin). "Kamu boleh keluar".
"Tunggu! Bagaimana bisa seperti itu?". Ucap Rini marah.
"Harga keputusan putramu". Jawab Ares.
Semuanya selesai dibicarakan di keluarga itu dengan tenang, namun tetap saja Bu Rani yang masih bersikeras agar Calvin tidak harus meminta maaf secara langsung.
Calvin yang menyalahkan dirinya karena telah menabrak gadis SMA itu. Dan sampai sekarang ia masih merasa bersalah.
⭒⭒⭒
Ditempat lain terlihat Aurellia yang sedang belajar untuk ujiannya besok.
"Aurel, besok ada yang ingin bertemu denganmu". Ucap Bu Rani sambil mengelus rambut Aurellia.
"Siapa bu?". Tanya Aurellia.
"Seseorang yang ingin meminta maaf?". Jawab Bu Rani.
Aurellia yang mendengar itu tidak mengerti apa yang dimaksud ibunya itu.
"Orang yang menabrakmu". Ucap Bu Rani. "Aurel kamu yang akan menentukan ingin memaafkannya atau tidak".
Aurellia hanya diam dengan wajah yang kesal namun entah kenapa ia merasa tidak bisa untuk tidak memaafkan orang asing yang menabraknya itu.
"Aku nggak akan maafin orang itu". Ucap Aurellia.
Malam hari yang dingin dengan hujan yang turun, Aurellia yang masih belum bisa tidur dan hanya menatap ke arah jendela.
Ada sesuatu yang mengganjal saat bangun dari koma, gelang apa ini?.
Gelang dengan benang berwarna abu-abu dengan gembok yang menggantung.
"Gelang yang aneh, nggak bisa dilepas. Dan tentang novel buatan Rizelle? Seperti pernah denger judul novel itu". Gumam Aurellia.
Tidak terasa malam sudah berganti menjadi pagi, langit malam yang gelap kini berganti dengan langit yang biru dan cerah.
Dan terlihat Aurellia yang sedang memakai sepatunya dan seperti biasanya ia terlambat bangun.
Ini adalah hari terakhir ujian, dan hari yang mendebarkan bagi Aurellia.
"Aduh! Ketinggalan bus lagi?! (T_T)". Ucap Aurellia yang berlari ke sekolah.
"Aurellia". Ucap seseorang memanggil nama Aurellia.
"Oh! Kak Calvin? Ada apa? aku akan terlambat". Ucap Aurellia terburu-buru.
"Naiklah ke mobil, akan aku antar kamu ke sekolahmu". Ucap Calvin.
"Nanti ngerepotin kak Calvin".
"Nggak apa-apa, nggak kerepotan kok. Lagian satu arah, sama tempat yang aku tuju".
Aurellia yang menaiki mobil Calvin. Tanpa sadar mereka berbicara dengan akrab dan tidak terasa sudah sampai di depan sekolah Aurellia.
"Terimakasih, nggak aku sangka pembicaraan tadi seru". Ucap Aurellia tersenyum.
Calvin yang melihat Aurellia tersenyum seperti itu pun pipinya memerah tipis dan tanpa sadar Calvin juga ikut tersenyum walaupun tidak selebar senyum Aurellia.
"Iya, lain kali aku akan traktir makan. Kalau kamu dapat nilai bagus". Ucap Calvin.
Aurellia yang melihat Calvin tersenyum seperti itu wajahnya memerah dan tingkahnya menjadi kaku.
"I-IYA! Aku pasti dapat nilai bagus karena aku ini pintar!". Ucap Aurellia semangat.
Apa-apaan senyuman tadi! Ganteng banget! Jadi baper.
Setelah itu Calvin yang langsung pergi dan Aurellia yang masuk ke kelasnya.
Tidak lama setelah itu ujian terakhir sekolah Aurellia pun dimulai, dan Calvin yang kembali ke perusahaan GVE.
Hari sudah sore dan saatnya Aurellia bertemu dengan orang asing itu.
⭒~••♡••~⭒Maaf masih banyak salah ketik yaa♡^_^
9 Maret 2022.
⭒♡Thanks you♡⭒
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: Violetta Isabella Ivander[END]
Random[END] Bagaimana jika seorang gadis cantik, lembut, ramah. memasuki tubuh seorang gadis penyihir yang cuek, dingin dan tidak segan-segan membunuh??. Dan memasuki dunia novel. gadis itu di beri misi, untuk menemukan jiwa yang tersesat. apa gadis itu b...