Chapter XIV (Bias VS Possibility)

2.9K 266 10
                                    

Renjun masih ingat memang Ia sendirilah yang menawarkan diri untuk membantu Haechan memasak di lantai bawah. Namun bukan pemandangan inilah yang ingin Ia temukan. Berawal dari Renjun yang ingin ke toilet dahulu itulah, refleks Ia menghentikan langkahnya di tikungan koridor usai menemukan sosok Mark tampak keluar dari kamar Haechan, lalu berjalan cepat menuju ke lantai satu. Renjun yang syok dan merasa curiga pun lantas mengikuti Mark diam-diam dari belakang lantaran khawatir dengan perilaku Sang Pemimpin Godlike.

Bagaimana Renjun tidak khawatir?

Bagaimana bisa Mark keluar dari kamar Haechan?

Apa yang dilakukan Mark di kamar Haechan?

Renjun bergegas bersembunyi di balik tangga kala menemukan tubuh Mark tampak mematung di ambang pintu dapur. Baru ketika Ia mendapati Mark melangkahkan kakinya perlahan memasuki dapur, Renjun memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menyelinap dan mendekat ke arah pintu dapur dan bersembunyi di baliknya. Dari celah sisi pintu, Renjun sedikit melongok agar Ia bisa mengetahui kondisi di dalamnya.

Di sana, Renjun menemukan langkah kaki dari sosok Mark yang terlihat ragu saat menghampiri Haechan dalam posisi membelakangi mereka. Awalnya Renjun yang tidak setuju dengan tindakan Mark yang baginya sewenang-wenang pun berniat untuk menghentikannya dengan berpura-pura memanggil nama Haechan. Akan tetapi niat tersebut Ia urungkan usai menemukan pergerakan Mark yang hendak meraih Haechan terhenti seketika, bahkan Mark juga menarik kembali tangannya. Jujur melihat semua itu membuat Renjun hanya bisa tersenyum miris seraya kembali bersembunyi seutuhnya di sisi dinding. Dengan kepala yang sedikit menengadah, Renjun berusaha mengendalikan rasa nyeri di relung hatinya.

Ada kalanya Renjun turut merasa bersalah kepada Mark karena ikut berperan penting untuk menjadi dinding pembatas antara hubungannya dan Haechan. Sungguh Renjun masih ingat dengan jelas betapa membahagiakan kisah romansa dari dua sahabatnya itu sebelum kejadian traumatis memuakan lima tahun lalu terjadi. Berbeda dengan Jaemin yang secara tegas dari lubuk hatinya membatasi Haechan agar tidak sering-sering berinteraksi dengan Mark, Renjun sebenarnya merasa sangat berat hati melakukan semuanya. Bahkan Renjun ingat dengan jelas Ia sempat menolak keputusan Jaemin di awal-awal lantaran merasa jika perilaku mereka sangat tidak adil bagi Mark—maupun Jeno sebenarnya.

Tapi saat menemukan reaksi ekstrim dari Haechan berupa berteriak kesakitan, pingsan, hingga sempat berhenti bernapas ketika ingatannya mulai menyeruak tak terkendali pun membuat Renjun juga tidak punya pilihan lain. Sampai sekarang, Renjun turut trauma akibat menyaksikan segala reaksi kesakitan dari Haechan di tahun-tahun awal pasca penyelamatan sahabatnya dari penyekapan tersebut. Beruntung kala itu nyawa Haechan masih bisa diselamatkan. Baru di tahun kedua itulah ingatan-ingatan Haechan yang hilang tampak tidak kembali menganggu kondisi psikologisnya hingga Haechan mulai dapat menjalani kehidupan normal dengan memori baru yang mereka buat bersama. Hanya sesekali saja reaksi ekstrim Haechan kambuh, dan sayangnya semua itu sering terjadi akibat ada sangkut-pautnya dengan Mark.

Bahkan sudah lima tahun berlalu mereka lalui dengan kepura-puraan, apakah mereka benar-benar tidak punya pilihan lain?

"Hei, kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik sa—"

Renjun lantas kembali mengintip usai indera pendengarannya menangkap suara Mark dan Haechan yang tengah berbincang. Namun Renjun tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya kala menemukan Haechan bergerak memeluk tubuh Mark erat dengan wajah yang bersembunyi di dada bidang milik Mark.

"Haechan! Kau yakin kau baik-baik saja?!"

Renjun bisa melihat reaksi Mark yang terlihat sangat ketakutan dan panik di sela-sela rengkuhannya pada tubuh Haechan yang semakin mengerat.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang