Itu adalah malam yang lumayan sunyi.
Mark masih ingat bagaimana murkanya Ia, ketika mendengar dari Jisung bila tunangannya diculik saat di perjalanan menuju tempat pertemuan mereka, bahkan turut disekap tanpa kabar hingga saat ini.
Bagaimana tidak?
Padahal saat itu adalah hari dimana seharusnya Mark dan Haechan akan merayakan satu tahun pertunangan mereka, bersama para sahabat di sebuah kafe yang sudah sengaja dipesan jauh-jauh hari.
Tidak hanya itu.
Bahkan setelah Mark menghabiskan tujuh tahun penuh waktunya untuk merasa yakin bila hatinya berlabuh sepenuhnya pada Haechan...
Bahkan setelah Mark mampu merasakan kebahagian akan cinta yang dirinya dan Haechan rawat selama ini...
Bahkan setelah pesta pertunangan mengharukan bersama Haechan yang terjadi setahun lalu...
Semua hal menakjubkan itu...
Mana mungkin Mark biarkan menghilang begitu saja, dengan duduk manis tanpa melakukan apapun, di saat penjahat yang telah menyekap tunangannya itu, bahkan sampai saat ini tidak diketahui identitasnya maupun keberadaannya, bukan?
Maka dari itu, Mark turut memantau dengan teliti di tengah kemurkaan yang mati-matian Ia tahan dalam Identitas Minhyung, di saat pihak SSIA terlihat begitu gencar mengorek informasi dari Renjun maupun Jaemin sebagai terduga korban selamat dari kejahatan tersebut, walau air mata dan perasaan takut terus membayangi keduanya.
Mark tahu.
Kejadian itu begitu traumatis bagi Renjun, terutama Jaemin yang masih terbayangi rasa syoknya akan kehilangan kedua orang tuanya.
Tapi Mark benar-benar berterima kasih.
Sebab meski dalam kondisi seperti itu pun, Renjun dan Jaemin tetap memaksakan diri mereka untuk menceritakan secara detail kronologi penculikan tersebut, yang berujung pada informasi dari kondisi Haechan yang terluka karena ditembak.
Saat mendengar semua itu, Mark sumpah nyaris kehilangan kewarasannya akibat kemurkaannya yang sudah tak terbendung.
Mark benar-benar murka.
Sangat.
Pada siapapun itu yang berani melukai tunangannya, hingga Ia sama sekali tidak mengindahkan perkataan orang tuanya, calon mertuanya, para sahabatnya, maupun pihak SSIA untuk bersabar dan tidak bertindak gegabah, selama pencarian Haechan dilakukan.
Iya.
Jika dalam Identitas Minhyung Ia tampak menurut, namun tidak saat Mark mengerahkan segala kemampuannya sebagai Azure.
Kala itu, Mark beruntung Ia memiliki seorang yang Ia bisa percayai seperti Xiaojun dalam personanya sebagai Jade, untuk membantunya mencari keberadaan Haechan melalui informasi yang secara diam-diam diberikan oleh Jisung atau Agen Mice kepada mereka.
Dengan demikian, bukan suatu hal yang mengejutkan ketika sosok Mark dalam Identitasnya sebagai Azure itu pun, tanpa ragu menyelinap masuk ke dalam sebuah rumah yang terindikasi sebagai tempat penyekapan Haechan, kemudian langsung menyerang sesosok laki-laki tanggung yang terlihat sedang terduduk di sebuah sofa dari belakang berbekal pisau lipat di salah satu tangannya.
"Katakan."
Tanpa ragu Mark turut menempelkan ujung terlancip dari pisau lipat itu di leher laki-laki tersebut.
"Dimana kau sembunyikan tunanganku?"
Sang laki-laki sendiri, sebagai korban yang saat ini nyawanya sangat terancam di tangan Mark, sumpah nyaris berhenti bernapas dengan ekspresi syok hebat, gara-gara tidak menyangka akan mendapat serangan semenakutkan dan sesunyi ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/294817797-288-k203647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...