Chapter LVIII (Hidden & Reveal)

1.3K 145 8
                                    

RIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNGGGGGGGG!!!

"NOTIFICATION! EMERGENCY ALERT FROM GODLIKE'S JENO!"

"NOTIFICATION! THE SECOND ROUND IS BEING SUSPENDED!"

"NOTIFICATION! EMERGENCY CHECK IN PROGRESS!"

"NOTIFICATION! THE SECOND ROUND WILL RESUME AFTER THE EMERGENCY HAS BEEN HANDLED!"

DEG!

DEG!

DEG!

Tubuh Renjun sampai bergetar usai mendengar segala pemberitahuan darurat yang diumumkan secara beruntun selama beberapa detik tersebut. Meski demikian, Ia tetap berusaha menenangkan diri, diiringi kedua tangannya yang tiada henti mengecek layar ponselnya, dengan harapan akan mendapat informasi apapun dari sana.

Namun nihil, kondisi dari ponselnya masih saja seperti semula; sunyi. Maka dari itu, dari Menara yang digunakan sebagai tempat untuk menyaksikan berlangsungnya round kedua kali ini, Renjun berinisiatif untuk memandang samar-samar sosok Jaemin yang terlihat panik dari balik kaca transparan base di bawah sana, sebagai tanda bila sahabatnya itu pun juga sama kalutnya akan pemberitahuan darurat, yang belum juga menyertakan detail kejadian macam apa yang sedang terjadi saat ini.

Sial!

Renjun ataupun Jaemin bahkan sama-sama tahu, kalau Jeno sampai memilih cara gegabah untuk meminta pertolongan seperti ini, sudah pasti keadaannya sangat darurat. Tidak hanya itu, seakan terhubung oleh telepati, keduanya pun yakin jika semua ini berkemungkinan besar ada kaitannya dengan Haechan, atau mungkin saja Chenle yang turut terseret di dalamnya.

Sial!

Andai saja Renjun ikut bergabung di round kedua, Ia pasti memiliki kesempatan untuk berlari menuju ke titik dimana situasi darurat tersebut sedang berlangsung.

Sial!

Sial!

Sial!

"Maaf atas interupsi pada permainan kali ini. Pihak kami sedang melakukan pengecekan untuk mengetahui situasi darurat apa yang sedang terjadi di Arena. Demi keselamatan bersama, Anda semua dimohon untuk tetap berada di Menara dan menunggu kabar selanjutnya dari kami. Terima kasih."

Sial!

Sial!

Sial!

Dengan berat hati, Renjun terpaksa menuruti arahan dari pihak Penyelenggara Arena yang dengan tegas melarang mereka untuk memasuki Arena. Bagaimana pun, Renjun tidak bisa bertindak impulsif dengan menerobos memasuki Arena, jika tidak ingin identitasnya sebagai seorang agen ketahuan oleh khalayak umum. Lagipula tindakan tersebut hanya akan semakin membahayakan posisi Haechan yang jati dirinya masih tersimpan rapat sampai saat ini, atau bahkan posisi Chenle yang bisa saja terseret dalam bahaya seperti penyerangan secara mendadak bulan lalu.

Pada akhirnya, Renjun hanya bisa menggantungkan harapannya pada para sahabatnya, yang masih berada di Arena agar bisa menangani situasi darurat apapun yang tengah terjadi, terutama pada Jaemin yang sudah berlarian menuju ke sebuah titik di bawah sana, diikuti oleh seluruh anggota guild lain di belakangnya sebagai bentuk solidaritas.

***

"Arrrghhh!"

"Hae—"

"Ti-Tidak! Ugh!"

"Tapi Haechan—"

"Pe-Pergi! Ughh!"

Sumpah.

Jeno tidak tahu harus melakukan apalagi, selain terus menatap pada Haechan yang masih meringkuk kesakitan, dengan ekspresi panik yang melebihi batas normal. Ia benar-benar kebingungan karena jujur ini baru pertama kali baginya menghadapi reaksi trauma Haechan yang sedang kambuh. Meski awalnya Jeno berniat langsung membawa Haechan untuk kembali ke base, namun tetap saja semua itu mustahil terjadi, jika Haechan selalu menolak saat Jeno ingin menyentuhnya dengan niat menyelamatkannya.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang