Chapter XCVIII (Haechan's Missing Pieces Pt. 3)

943 105 18
                                    

"Aku paham jika bertemu denganmu di Arena. Tapi sumpah, kenapa di tempat seperti ini...?"

"Aku lebih heran kenapa menemukan Hyung di sini. Aku pikir Hyung akan selamanya menangisi Mark hyung di kamar?"

"Sialan."

Umpatan dari Haechan yang terdengar begitu kesal tersebut, tak ayal membuat Sungchan tak mampu menahan kekehan gelinya. Sebuah reaksi, yang semakin membuat Haechan tidak habis pikir, di tengah rasa frustasi yang sedang mati-matian Ia tahan, akan usahanya yang tak kunjung menemukan hasil.

Iya.

Setelah mempertimbangkan perkataan sang kakak ipar beberapa waktu lalu, Haechan benar-benar pergi ke tempat yang berkemungkinan menjadi kenangannya bersama Mark lima tahun lalu.

Benar-benar dimanapun itu, semuanya, tidak seperti rencananya semula yang berniat hanya mengunjungi beberapa tempat saja.

Benar-benar semuanya, dan sampai berkali-kali.

Karena Haechan sudah terlampau putus asa untuk mencari Mark.

Iya.

Bisa ditebak kan hasilnya?

Bahkan setelah semua itu, Haechan masih saja tidak mampu menemukan Mark yang menghilang bagai ditelan Bumi.

Sebuah fakta yang membuat Haechan nyaris menangis kembali.

Sebab Haechan mulai gundah, tentang kemungkinan dari Mark yang mungkin saja memang sudah membenci—

"Apapun yang sedang Hyung pikirkan, kalau itu hal buruk, buang saja."

Meski agak terkejut dengan perkataan Sungchan yang terdengar begitu mampu memahami kondisi emosionalnya, Haechan lebih memilih untuk menghapus setitik air mata yang berhasil lolos dari sudut matanya, sebelum menoleh pada Sungchan yang terlihat tengah memandang pada hamparan bunga Kosmos pada sore hari itu.

"Tapi serius," ucap Haechan lagi sambil melirik pada Sungchan, "Kenapa bisa kau ada di si—"

"Mark hyung pernah mengajakku ke sini."

DEG!

DEG!

DEG!

Diiringi lebaran mata dari Haechan yang tak mampu Ia kendalikan untuk terbias padanya, sambil tersenyum kecil Sungchan melanjutkan perkataannya.

"Tepat setelah apa yang menimpa Hyung lima tahun lalu."

"Sung—"

"Saat itu aku ingat, bahkan seluruh bunga Matahari di ladang ini nyaris kehilangan kelopaknya, seakan menjadi latar yang pas sekali untuk Mark hyung saat memberitahukan kondisimu padaku."

Di tengah rematannya pada sisi bangku memanjang yang Ia duduki, Sungchan terkekeh kecil.

"Mark hyung menceritakan segalanya padaku, tentang rencana Hyung, tentang kegagalan Mark hyung melindungimu. Semuanya. Semuanya yang membuatku hancur."

"..."

"Saat itu aku masih terlalu muda untuk menerima semuanya."

"..."

"Aku sedih, aku marah pada Mark hyung dan pergi begitu saja meninggalkannya di sini, meninggalkannya hancur sendirian di tempat ini."

"..."

"Aku tidak peduli. Saat itu yang aku pikirkan hanyalah aku ingin segera menjadi kuat. Untuk melindungimu, Hyung yang begitu manis dan memanusiakanku, di saat ayahku sendiri adalah dalang yang telah membuangku."

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang