"Kalau aku jadi kau, pasti aku lebih memilih untuk menjadi siswa SMA biasa-biasa saja, dan menjalani kehidupan normal pada umumnya."
"Benarkah?"
"Kenapa tidak? Bukannya menyenangkan menjalani hidup sehari-hari dengan damai?"
"Begitukah? Tapi sepertinya kalau Senior adalah seorang siswa, entah kenapa aku yakin sekali Senior akan sering masuk ruang detensi."
"Maksudmu aku akan jadi murid bermasalah, begitu?!"
"Kenapa tidak? Senior suka sekali menghajar orang, bukan?"
"White Dog! Itu masalah lain ya! Aku hanya menghajar orang yang pantas aku hajar!"
"Karena itu, Senior Diamond sudah cocok sekali berada di SSIA. Jadi apa gunanya berandai-andai?"
"Ck! Dasar Junior kurang ajar! Benar-benar tidak seru!"
Jeno hanya bisa terkekeh di sela-sela kedua tangannya yang terlihat sibuk mengetik pada sebuah keyboard. Meski demikian, Ia sama sekali tidak mengabaikan gerutuan Sang Senior seutuhnya, di tengah kepalanya yang sedang berusaha menyusun kalimat laporan patroli paling efisien yang Ia bisa pada monitor di hadapannya.
"Omong-omong, Rabbit baik-baik saja? Apa tidak masalah kalau meninggalkannya untuk jadwal patroli seperti ini?"
Jeno lantas menghentikan kegiatan mengetiknya sebelum melukis senyum tipis.
"Senior, terima kasih sudah memperhatikan 'istri'ku," ucap Jeno setelahnya, "Meski efek terguncang yang dialami oleh Rabbit masih ada, tapi kondisinya sudah lebih mendingan dibandingkan sebulan yang lalu," lanjutnya, "Lagipula ada Mice dan Little Fox yang menjaganya."
"Syukurlah," balas Senior Diamond sambil mengelus dadanya dengan lega, "Kau tahu kan dia adalah Junior kesayanganku? Aku benar-benar menghawatirkannya."
Dan sisa tengah malam itu, dalam hati Jeno hanya bisa meminta maaf lantaran tidak sepenuhnya mendengarkan ocehan Senior Diamond yang begitu memfavoritkan Jaemin, lantaran pikirannya malah melayang pada segala kejadian tragis yang menimpanya dan para sahabatnya di Mall sebulan yang lalu.
Sampai sekarang pun, jujur Jeno masih saja merasa bersalah karena gagal mencegah adegan penembakan yang pada akhirnya membuat seluruh sahabatnya dan dirinya sangat sengsara.
Mark koma.
Haechan kehilangan ingatannya secara total.
Kondisi Jaemin drop.
Bahkan Renjun, Jisung dan Chenle juga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memantau, menemani dan menjagai mereka secara bergiliran.
Benar-benar kaos.
Sebuah situasi yang membuat Jeno sangat merutuki ketidakbecusan dirinya, hingga pada tahap memforsir tenaganya sendiri untuk tetap memenuhi jadwal patroli di SSIA pada malam hari, dengan harapan mampu bergerak secepat mungkin saat pada akhirnya pelaku penembakan tersebut telah ditemukan.
Ya.
Sejak kegagalannya sebulan lalu, Jeno bersumpah akan menyeret pelaku penembakan tersebut, atau lebih bagus lagi bisa menghabisi nyawanya sekalian, sebagai pembalasan dari segala rasa sakit yang Ia dan para sahabatnya rasakan.
Tapi mau bagaimana lagi, proses hukum harus tetap berjalan kan?
"White Dog! Kau dengar kata-kataku tidak sih?!"
Tentunya dengan suara Senior Diamond yang mendadak terdengar sangat ngegas itu, ratapan kebencian Jeno pada sang pelaku penembakan yang masih buron pun buyar seketika oleh karena tubuhnya yang sedikit terlonjak di kursi yang Ia duduki.
![](https://img.wattpad.com/cover/294817797-288-k203647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...